Seminar BAANAR Ansor-BNN
Jakarta - Badan Ansor Anti Narkoba (BAANAR) yang merupakan organisasi sayap Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menggelar seminar pemberantasan narkoba bekerjasama dengan Badan Nasional Narkotika (BNN). Acara tersebut digelar di kantor Pengurus Pusat (PP) GP Ansor di jalan Kramat Raya 654 Jakarta Pusat, Kamis (18/5/2017).
Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN Irjen Pol Sobry Effendi dalam sambutannya menyampaikan cita-cita generasi emas telah dicanangkan sejak 2012 lalu. Sebuah generasi, kata dia, yang dicanangkan untuk mampu bersaing secara global.
Sobri menyampaikan dalam rencana program jangka panjang 2016-2025, BNN mendapatkan mandat dari pemerintah untuk menekaan laju prevalensi penyelahgunaan narkoba sebesar 0.05 persen pertahun.
"Alhamdulillah berkat duukungan dan peran aktif pemerintah dan seluruh omponen bangsa bangsa, upaya memperlambat laju penyalahgunaan narkoba tersebut terus ditekan. Terbukti dari prakiraan hasil survei BNN dan Puslitkes UI tahun 2014 dan 2015, angka prevalensi penyelahgunaan narkoba di Indonesia yang seharusnya 2,32 persen berhasil ditekan 2,18 persen," ujar Sobri dalam sambutannya di di kantor Pengurus Pusat (PP) GP Ansor di jalan Kramat Raya 654 Jakarta Pusat, Kamis (18/5/2017).
Sekretaris BAANAR Ahmad Ghufron Sirodj mengatakan pihaknya menggelar seminar berantas Narkoba berdasarkan perintah langsung dari Ketua Umum PP GP Ansor KH Yaqut Cholil Qoumas. Menurutnya, Yaqut berharap BAANAR menjadi kepanjangan tangan bagi GP Ansor untuk mengawal masyarakat selamat dari jerat pengaruh narkoba.
"Sesuai perintah Ketum Ansor, BAANAR harus mampu memberikan pemahaman pengetahuan tentang bahaya Narkoba, memperkuat dan mempertajam paham arti narkoba sebagai pandangan hidup bahwa melawan narkoba adalah jihad. Kita berkomitmen, BAANAR PP GP Ansor dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan Narkoba," ujar Ghufron yang juga menjadi moderator seminar
Dalam seminar tersebut, Kasubdit Masyarakat Pedesaan BNN Hendrajid Putut Widagdo. Hendrajit memapatkan secara detail mengenai kondisi masalah Narkoba dunia dan Indonesia.
Selain itu, ia juga merinci tentang metode pengenalan tentang potensi rawan narkoba di Indonesia.
"80 persen, Penyelundupan narkoba melalui jalur laut dengan jumlah barang bukti sabu secara fantastis. Di. Teluk Naga 955 Kilogram, WCP 862 kilogram, Tanjung Pasir, KSS Jepara dan lain-lain. Modusnyamelalui kapal di jalur laut bebas dan perantara nelayan," ungkapnya.
Hendrajid mengungkap kurang ketatnya petugas dalam memeriksa kelur masuknya barang di pelabuhan. Sehingga, angkutan yang membawa narkoba dari pelabuhan kerap lolos.
Sementara itu, Sekjend Forum Komunikasi Nasional Anti Narkoba (FOKAN) Anhar Nasution menyampaikan pentingnya peran aktif masyarakat dalam melakukan pencegahan terhadap Narkoba.
"UU nomor 35 tahun 2009 Pasal 104, masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika," ungkapnya.
"Pasal 105, masyarakat mempunyai hak dan tanggungjawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika," imbuhnya.
Sebagai pembicara terakhir, Wakil Kepala Satuan Kordinasi Nasional Barisan Serbaguna (Satkornas Banser) Hasan Basri Sagala memaparkan generasi emas yang diharapkan menjadi titik balik kemajuan dan kejayaan dimana Indonesia genap berusia satu abad bisa menjadi pepesan kosong. Disatu sisi, kata dia, Indonesia memiliki bonus demografi yang cukup besar dengan populasi generasi yang siap kerja.
"Tetapi, bonus demografi dapat menjadi ancaman jika generasinya terjerembap dalam kubangan narkotika. Mereka yang seharusnya dapat menjadi harapan bangsa untuk bersaing, justru sebaliknya dapat menjadi beban," terangnya.
KEYWORD :BNN BAANAR Ansor Generasi Emas