Kamis, 24/10/2024 18:14 WIB

Indonesia Singgung Peralatan Tua Data Center MEH di Pertemuan TTEG

 Indonesia juga manyampaikan laporan penyelenggaraan Pertemuan Aids to Navigation Fund Committee ke 29 dan 30.

Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Capt. Budi Mantoro (tengah). Foto: hubla/jurnas

JAKARTA – Indonesia menyinggung persoalan peralatan Data Center Marine Electronic Highway (MEH) di Selat Malaka dan Singapura yang sudah ketinggalan zaman karena belum ada pembaruan sejak organisasi itu berdiri tahun 2012.

Hal ini disampaikan Indonesia dalam pertemuan Tripartite Technical Experts Group (TTEG) Meeting on the Safety of Navigation in the Straits of Malacca and Singapore, di Nusa Dua, Bali, Rabu-Kamis (23-24/10/2024).

"Kami memberikan beberapa masukan antara lain tentang hasil studi untuk revitalisasi Data Center Marine Electronic Highway yang telah diselesaikan pada tahun 2023. Adapun pekerjaan revitalisasi akan dimulai pada kuartal 1 tahun 2025. Selain itu, kami juga menyampaikan bahwa terdapat tantangan terkait dengan peralatan yang sudah ketinggalan zaman mengingat MEH Data Centre didirikan pada tahun 2012," kata Direktur Kenavigasian Ditjen Perhubungan Laut Capt. Budi Mantoro selaku Head of Delegation melalui keterangannya di Jakarta, (24/0/2024).

Selain itu, Budi menambahkan, Indonesia juga manyampaikan laporan penyelenggaraan Pertemuan Aids to Navigation Fund Committee ke 29 dan 30, laporan penyelenggaraan pertemuan Co-operation Forum ke-15, dan juga menjadi Chair pada Working Group yang membahas Inisiatif Baru tentang Sistem Rute dan Pelaporan Kapal di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Budi mengatakan, bahwa selepas pertemuan TTEG, pada hari yang sama seluruh delegasi melanjutkan dengan mengikuti Pertemuan The 15th Meeting of the Project Coordination Committee Meeting (PCC) under the Co-operative Mechanism on the Straits of Malacca and Singapore.

“Pertemuan PCC ini dilaksanakan untuk melaporkan update dan mengkoordinasikan implementasi berbagai kegiatan proyek yang dilaksanakan dalam kerangka Co-operative Mechanism,” jelasnya.

Pada pertemuan ini, lanjutnya, Indonesia melaporkan Straits Project 5, yakni tentang kegiatan penggantian dan pemeliharaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura. Sedangkan Malaysia akan melaporkan Straits Project 11 tentang Pengembangan Pedoman untuk Tempat Pengungsian bagi Kapal yang Membutuhkan Bantuan di Selat Malaka dan Singapura, serta Straits Project 15 tentang Memastikan Keselamatan Maritim: Mitigasi Kecelakan Kapal Kontainer di Area Kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura melalui Langkah-Langkah Efektif dan Kesiapsiagaan.

Kemudian Singapura memberikan laporan tentang Straits Project 14, yakni tentang Pengembangan Standar Operasi Prosedur (SOP) untuk penggunaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Virtual di Selat Malaka dan Selat Singapura.

KEYWORD :

TTEG Selat Malaka Hubla




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :