Ketua Komisi XIII, Willy Aditya. (Foto: Dok. Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya menyebutkan bahwa sejumlah regulasi pertembakauan tidak seimbang. Beberapa peraturan hanya membatasi produksi tembakau, tetapi tidak berlaku sama untuk komoditas lain yang juga berisiko terhadap kesehatan, seperti gula.
“Penyakit terbesar sekarang itu diabetes, tapi kenapa pabrik gula terus berkembang?” tanya dia dalam diskusi Forum Legislasi di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11).
Willy menyoroti pula kebijakan yang belum mampu memberikan perlindungan hukum bagi pekerja Indonesia di luar negeri, seperti kebijakan moratorium tenaga kerja ke Dubai yang tidak didukung upaya perlindungan menyeluruh.
Hal ini, menurutnya, mencerminkan perlunya reformasi kebijakan yang mempertimbangkan dampak sosial-ekonomi secara komprehensif.
Willy mengajak semua pihak untuk membangun keberpihakan yang berlandaskan pada keunggulan kompetitif bangsa. Dia menyinggung perlunya Indonesia untuk belajar dari keberhasilan negara lain dalam industri tertentu, seperti industri penerbangan.
"Dulu kita lebih dulu membuat pesawat dibanding Brasil, tapi sekarang kita malah mengimpor dari mereka," ungkapnya, menggarisbawahi pentingnya merangsang industri dalam negeri.
Sebelum mengakhiri paparanya, Willy menyampaikan harapannya untuk masa depan kebijakan yang lebih partisipatif dan adil.
“Kita hidup di bumi Pancasila, kita harus saling mendukung dan duduk bersama,” tutupnya.
KEYWORD :
Warta DPR Ketua Komisi XIII Willy Aditya tembakau Pancasila