Nurlaela Buludawa, seorang ibu rumah tangga asal Popayato Barat, Kabupaten Pohuwatu, Gorontalo yang berhasil mengembangkan usaha pertanian berkat keterlibatannya dalam program READSI (Foto: Istimewa)
Gorontalo, Jurnas.com - Di tengah tantangan besar yang kerap dihadapi sektor pertanian—mulai dari masalah pengelolaan lahan hingga perubahan iklim yang semakin tak menentu—terdapat kisah inspiratif tentang bagaimana pengetahuan, inovasi, dan pemberdayaan dapat mengubah kehidupan petani dan komunitasnya.
Salah satu kisah sukses tersebut datang dari Nurlaela Buludawa, seorang ibu rumah tangga asal Popayato Barat, Kabupaten Pohuwatu, Gorontalo yang berhasil mengembangkan usaha pertanian berkat keterlibatannya dalam program READSI (Rural Economic and Agricultural Development Support Initiative).
Sebelumnya, Nurlaela mengaku hanya mengenal pertanian secara tradisional. Namun, setelah mengikuti pelatihan yang difasilitasi oleh READSI—program yang didanai oleh International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Kementerian Pertanian (Kementan)—pengetahuannya tentang teknik pertanian modern semakin berkembang.
Melalui pelatihan tersebut Nurlaela mulai mengelola tanah secara lebih efisien, memilih pupuk yang ramah lingkungan, dan merawat tanaman dengan cara yang lebih efisien.
"Sebelum program READSI, kami hanya tahu bertani secara tradisional. Sekarang, kami mengelola tanah dengan cara yang lebih bijak, memilih pupuk yang tepat, dan merawat tanaman dengan lebih efisien," ujar Nurlaela baru-baru ini.
Dengan ilmu yang diperoleh, Nurlaela mulai menerapkan metode pertanian yang lebih modern. Hasilnya, produksi jagung dan sayuran musiman yang ia kelola meningkat pesat. Keberhasilan ini juga memberikan dampak positif bagi para petani lain di desanya yang terinspirasi untuk mengubah cara bertani mereka.
Selain sukses mengelola pertanian pribadi, Nurlaela juga memimpin Kelompok Wanita Tani (KWT) yang kini berkembang menjadi salah satu kelompok tani sukses di desanya. Sebelumnya, banyak anggotanya yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga.
Nurlaela menuturkan, melalui bimbingan dan pelatihan yang diberikan, hampir 90% anggota KWT kini telah menjadi petani sayuran yang sukses. Setiap anggota kelompok tani tersebut mengelola lebih dari 12 jenis tanaman di pekarangan rumah mereka.
"Jadi pola pikir para petani di desa Tunas Jaya, Popayato Barat ini saya rasa cukup berubah dengan adanya program READSI," ujar Nurlaela.
Di sisi lain, ia juga menyadari pentingnya literasi keuangan untuk pemberdayaan ekonomi anggotanya. Melalui pelatihan dari READSI, anggota KWT kini dapat mengelola pendapatan dari hasil pertanian dengan lebih bijak, mengatur pemasukan dan pengeluaran dengan lebih terstruktur.
Di tahun 2023, Nurlaela juga berhasil mendirikan Pusat Pembelajaran Pertanian (P4S) yang kini menjadi tempat pendidikan bagi lebih dari 300 petani dari berbagai daerah. P4S menyediakan pelatihan teknik pertanian berkelanjutan, di mana petani lokal bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara bertani yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Fasilitas yang ada di P4S turut didukung oleh program READSI dan Dinas Pertanian setempat, yang menyediakan peralatan pertanian modern serta infrastruktur yang memadai.
Dalam pengembangan usahanya, Nurlaela dan kelompok tani juga berencana meningkatkan produksi pupuk organik dan memperkenalkan produk olahan pertanian, seperti keripik pisang dan keripik bayam, yang kini sudah dipasarkan secara lokal dan melalui platform online. Mereka juga berencana membangun rumah produksi permanen yang lebih besar untuk mendukung skala usaha yang lebih luas.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya mengubah sektor pertanian menjadi lebih menguntungkan dan strategis. “Kementan terus mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya usaha tani. Pemerintah berkomitmen menjadikan pertanian sebagai dunia usaha atau bisnis yang strategis dan menguntungkan,” ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti, menambahkan bahwa untuk mengembangkan usaha tani yang berkelanjutan, diperlukan ekosistem yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. “Konsolidasi usaha produktif berbasis komoditas potensial dalam satu klaster usaha berskala ekonomi sangat diperlukan,” jelas Santi.
Adapun Kisah Nurlaela menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang tepat, penerapan teknologi pertanian yang efisien, dan semangat pemberdayaan ekonomi, sektor pertanian Indonesia dapat berkembang menjadi lebih produktif dan menguntungkan.
Dengan dukungan program-program seperti READSI dan komitmen pemerintah, petani Indonesia kini memiliki kesempatan untuk bertransformasi menjadi lebih profesional dan berkelanjutan.
Nurlaela dan kelompok tani yang dipimpinnya menjadi contoh nyata bahwa sektor pertanian, dengan pendekatan yang tepat, dapat memberikan manfaat besar tidak hanya bagi petani, tetapi juga bagi perekonomian lokal dan ketahanan pangan nasional.
KEYWORD :Kisah Sukses Usaha Pertanian Program READSI Kementerian Pertanian