Senin, 25/11/2024 17:35 WIB

Perjuangan Bu Guru Dona Mengukir Dedikasi di Tepian Batanghari

Enam jam perjalanan juga bukan tanpa perjuangan. Angkutan yang membawa Dona ke Nipah Panjang, harus keluar masuk hutan dan menelusuri jalanan di tepian Sungai Batanghari

Guru fisika di SMA Negeri 3 Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur, Dona Yulia Sari (Foto: Ist/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Minggu siang akan selalu menjadi hari yang sibuk bagi Dona. Setiap detik di kediamannya di sudut Kota Jambi, sangat berharga untuk menuntaskan rindu yang dia tahan selama sepekan terakhir. Karena setelah itu, jarak ratusan kilometer akan memisahkan antara dirinya dan anak serta suaminya.

Situasi inilah selama 15 tahun terakhir dijalani oleh pemilik nama lengkap Dona Yulia Sari, seorang guru yang mengajar di SMA Negeri 3 Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur, Jambi. Dari ibu kota, Dona harus menempuh perjalanan selama enam jam dengan jarak 125 kilometer.

Enam jam perjalanan juga bukan tanpa perjuangan. Angkutan yang membawa dirinya ke Nipah Panjang, harus keluar masuk hutan dan menelusuri jalanan di tepian Sungai Batanghari. Ada kalanya perjalanan tersendat karena jalanan yang didominasi oleh gambut sulit untuk dilewati.

"Jadi, walaupun jalannya keras, karena berada di pinggir Sungai Batanghari, ketika pasang besar seperti bulan November-Desember jalannya benyek. Dan yang melewati itu mobil sawit. Ada sepotong-sepotong aspal, tanah merah, jalanan hancur," kata Dona saat dihubungi Jurnas.com pada Senin (25/11).

Pengalaman pahit Dona tentu ketika beberapa tahun lalu dirinya terpaksa bermalam di dalam mobil angkutan. Jalanan yang biasanya bisa dilewati, terputus karena kecelakaan truk yang membuat seluruh badan kendaraan besar tersebut menutupi jalan.

Namun, bagi Dona segala tantangan ini tak menyurutkan sedikitpun niatnya untuk mengabdikan dirinya di SMA Negeri 3 Nipah Panjang, meski harus tinggal sebatang kara jauh dari keluarga. Apalagi dia tahu bahwa akses pendidikan di ujung timur Provinsi Jambi itu tidak seluas di ibu kota.

Pada 2013 silam, sebuah tawaran sempat datang. Dona ditawari berpindah tugas mengajar agar lebih dekat ke ibu kota. Tawaran itu ditolak. Dia memikirkan nasib para peserta didiknya jika meninggalkan SMA Negeri 3 Nipah Panjang. Jumlah guru fisika pada waktu itu juga masih minim.

"Kalau saya pindah, anak-anak saya siapa yang mengajar di sini. Saya tidak mau ditawarkan pindah, akhirnya keterusan sampai sekarang," kata dia.

Salah satu yang membangkitkan motivasi Dona ialah semangat para siswa untuk datang ke sekolah. Sebagaimana dirinya yang menempuh waktu berjam-jam menuju Nipah Panjang, banyak pula siswa yang berasal dari seberang Sungai Batanghari, setiap harinya menghabiskan waktu lebih dari dua jam di perjalanan untuk menaklukkan medan yang umumnya hutan, lahan sawit, dan perairan.

"Ketika mau sekolah dan dari daratan seberang, aksesnya harus naik motor dua jam, jalannya jelek, menyeberang lagi naik perahu, lalu lanjut lagi ke sekolah," ujar Dona.

"Kalau sungainya pasang besar, jalannya jelek sekali, kita ikhlaskan mereka yang tidak sampai ke sekolah. Tapi ketika ada yang terlambat karena hujan, tetap diizinkan masuk. Bisa datang pun Alhamdulillah. Apalagi dengan kondisi jalan yang sulit," dia menambahkan.

Berkat perjuangannya, nama Dona masuk dalam salah satu nominasi Anugerah Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan 2025 untuk kategori `GTK Dedikatif`. Kategori ini mengapresiasi guru yang konsisten dalam melaksanakan tugasnya, serta berdedikasi tinggi dalam mendidik peserta didik.

Dona bercerita bahwa dirinya memang berjuang agar bisa menjangkau anak-anak di tengah perbedaan kemampuan. Sebagai guru fisik, dia harus mampu memetakan kompetensi serta preferensi belajar anak.

"Biasanya kita lakukan asesmen di awal pembelajaran untuk mengetahui bagaimana preferensi gaya belajar. Sudah sampai mana kemampuan mereka," kata dia.

Selain itu, Dona juga menerapkan pembelajaran yang menyenangkan meski fisika kerap menjadi momok bagi siswa. Salah satunya dengan pembelajaran yang tidak hanya di dalam kelas, serta memanfaatkan gawai dan sejumlah platform edukasi. Bahkan, menariknya Dona membuat sebuah aplikasi khusus untuk mengajar materi vektor.

"Saya buat menggunakan smart apps creator. Di dalamnya itu ada semacam video pembelajaran dan kuis. Jadi, mereka mainnya pakai ponsel. Kita berusaha mengajar dan mendidik mereka sesuai kodrat zaman mereka," dia menambahkan.

Bagi Dona, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran saat ini merupakan hal yang wajib. Karena itu, memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2024, Dona meminta guru untuk selalu siap belajar untuk meningkatkan kompetensi diri, termasuk membekali diri dengan kemampuan digital.

"Walau teknologi kita butuhkan, tapi ruhnya guru tidak bisa digantikan oleh teknologi. Sehebat apapun teknologi, tanpa ruh guru, itu hanya benda mati. Kita tetap harus bersahabat dengan teknologi, tapi jangan tergantung. Teknologi hanya alat agar pembelajaran kita di kelas bisa lebih menyenangkan," pesan Dona.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu`ti saat memimpin upacara HGN 2024 menyinggung soal peningkatan kompetensi guru guna menghadirkan `Pendidikan Bermutu untuk Semua`, yang tidak hanya terbatas pada kompetensi akademik, pedagogik, moral, dan sosial.

Menurut dia, guru juga harus mendapatkan pelatihan kewirausahaan dan kepemimpinan. Dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) juga mulai memberikan pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai bagi para guru kelas dan guru bidang studi.

KEYWORD :

Dona Yulia Sari Pendidikan Bermutu untuk Semua Guru Inspiratif SMA Negeri 3 Jabung Timur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :