Ajang YAR-TSRA di Jakarta (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Sebanyak 96 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, mempresentasikan hasil riset terkait isu-isu sosial dalam ajang Youth as Researchers-Tanoto Student Research Awards (YAR-TSRA) di Jakarta pada pekan lalu.
Knowledge Summit yang diprakarsai oleh Unesco dan Tanoto Foundation ini bertujuan memberdayakan pemuda Indonesia untuk menghadapi tantangan masyarakat melalui solusi berbasis bukti (evidence-based solutions).
Ajang tersebut menjadi kesempatan bagi para peneliti muda untuk mempresentasikan hasil riset kepada pembuat kebijakan, akademisi, dan pemimpin sektor swasta, menampilkan pendekatan inovatif untuk menangani isu-isu sosial di Indonesia dengan tema-tema seperti kesehatan mental, aksi iklim, teknologi digital, dan pendidikan inklusif.
Melalui pelatihan, pendampingan, dan penelitian terarah, para peserta diberdayakan untuk menyelidiki topik yang relevan secara personal maupun sosial, merancang metodologi yang solid, dan menganalisis data untuk menghasilkan rekomendasi yang dapat diterapkan.
"Saat ini, kita menyaksikan bagaimana para pelajar menghasilkan penelitian berkualitas, seperti dampak pelaksanaan kebijakan pemerintah terkait aksi iklim di Kepulauan Seribu; menggunakan teknologi digital untuk memetakan petualangan kuliner tersembunyi di Kota Makassar; serta strategi untuk mendorong pendidikan yang lebih inklusif bagi anak-anak di desa nelayan di Medan," kata Direktur dan Perwakilan Unesco Regional Office Jakarta, Maki Katsuno-Hayashikawa dalam siaran pers yang diterima Jurnas.com pada Senin (25/11).
Sementara itu, Head of Leadership Development & Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto, mengatakan saat ini semakin banyak suara dan peran pemuda yang menjadi kunci untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.
"Kesadaran generasi muda terhadap isu-isu global seperti pendidikan, inklusi sosial, dan ketahanan iklim terus berkembang. Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, focus untuk mengembangkan sumber daya manusia dari berbagai segmen termasuk pendidikan tinggi," ujar dia.
Michael berharap program ini akan memunculkan lebih banyak pemuda yang menyadari bahwa mereka juga dapat menjadi agen perubahan dan berkontribusi dalam mendorong aksi-aksi lokal.
"Kami berharap ke depannya semakin banyak upaya kolaboratif yang diinisiasi untuk menghadirkan perspektif dan kreativitas pemuda ke dalam solusi pembangunan," dia menambahkan.
Salah satu peserta YAR-TSRA, Muh Nurfaiz Fahmi dari Universitas Hasanuddin, antusias dengan program ini karena bisa berkontribusi menuju masa depan digital melalui proyek yang dia lakukan.
"Meski menghadapi berbagai tantangan, seperti tenggat waktu dan kendala teknis, kami bangga atas ketahanan dan dedikasi kelompok kami," kata Nurfaiz.
KEYWORD :YAR-TSRA Peneliti Muda Riset Bidang Sosial Unesco