Ilustrasi kegiatan Electricity Connect 2024 di JCC, Jakarta, 20 hingga 22 November 2024. Foto: mki
JAKARTA, Jurnas.com - Kawasan Asia Tenggara tengah menghadapi tantangan besar dalam mempercepat transisi energi menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Penjabat Direktur Eksekutif di Pusat Energi ASEAN, Beni Suryadi mengatakan, dalam rangka mempercepat transisi energi di kawasan Asia Tenggara diperlukan dua hal yakni infrastruktur listrik dan jaminan keamanan.
“Upaya pertama, integrasi infrastruktur listrik regional, dan kedua keamanan energi terbarukan regional (Renewable Energy Certificates atau REC),” ucap Beni di Jakarta, Kamis (28/11/2024).
Salah satu upaya besar yang sedang dijalankan adalah integrasi infrastruktur listrik regional. Langkah ini mencakup inisiatif super grid, dimana pasokan listrik berlebih dari satu negara, dapat disalurkan ke negara lain yang membutuhkan.
“Contohnya adalah pembangkit listrik tenaga air di Laos, yang menghasilkan listrik dan mengirimkannya ke Thailand dan Malaysia, hingga akhirnya listrik tersebut dapat digunakan di Singapura,” katanya.
Integrasi ini memungkinkan negara dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, untuk mengoptimalkan potensi mereka. Sementara negara-negara yang sebelumnya sulit mengakses listrik hijau, kini dapat memanfaatkannya.
“Inisiatif ini sangat mirip dengan super grid yang dipelopori oleh PLN, yang memimpin grup di tingkat ASEAN sebagai Ketua ASEAN Probability,” tutur Beni.
Saat ini, sebanyak 18 koneksi lintas batas telah diidentifikasi, dengan dua di antaranya sedang dalam tahap studi kelayakan, yaitu koneksi antara Sumatera dan Semenanjung Malaysia, serta Kalimantan Utara dan Sabah.
Upaya kedua yakni, ASEAN juga memperkuat keamanan energi terbarukan melalui mekanisme REC. Upaya ini untuk memastikan listrik yang diproduksi dan dikirim ke negara lain, sudah tersertifikasi sebagai energi hijau.
“REC memastikan bahwa listrik yang diproduksi dan dikirim ke negara lain, sepenuhnya tersertifikasi,” ujar Beni.
Melalui ASEAN Power Grid (APG) dan REC, negara penerima dapat mengklaim penggunaan listrik hijau. Sementara negara penghasil, menerima manfaat ekonomi dari insentif REC.
Studi awal tentang REC sedang berlangsung di sub-kawasan BIMP-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina), dengan rencana untuk memperluas cakupan ke seluruh ASEAN.
REC juga memiliki sejumlah manfaat strategis diantaranya keberlanjutan perusahaan, insentif finansial, pelacakan energi dan pemberdayaan konsumen. Keberlanjutan perusahaan dilakukan dengan mendukung perusahaan dalam mencapai target lingkungan dan meningkatkan daya saing pasar. Sedangkan insentif finansial dilakukan dengan memberikan sarana untuk mengautentikasi ‘penghindaran emisi’ melalui penggunaan energi bersih.
Adapun pelacakan energi dan pemberdayaan konsumen dilakukan dengan memastikan transparansi dalam sumber, lokasi, dan waktu pembangkitan energi serta membantu konsumen akhir mengklaim penggunaan energi terbarukan secara akurat.
Sementara itu, Pusat Energi ASEAN merangkum dua upaya ini sebagai rencana regional jangka panjang, untuk energi terbarukan ASEAN. Program ini bertujuan menyelaraskan upaya di tingkat nasional dengan target kolektif di tingkat regional.
Selain itu, program ini akan memberikan informasi rinci tentang arah yang ingin dicapai, teknologi yang dibutuhkan, serta investasi yang diperlukan.
“Saat ini, disebutkan bahwa investasi sebesar $25 miliar diperlukan di tingkat nasional saja. Di tingkat regional, angka ini mungkin lebih besar, tetapi juga mencerminkan peluang besar bagi kawasan ini,” imbuh Beni.
Diketahui, perhelatan Electricity Connect 2024 yang digelar di Jakarta pada 20 November hingga 22 November 2024 di Convention Center (JCC) diselenggarakan PLN bersama Masyarakat Ketanaglistrikan Indonesia (MKI).
Acara ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi para pemangku kepentingan dan pelaku industri ketenagalistrikan untuk tidak hanya bertukar informasi mengenai teknologi energi bersih saja, namun juga berbagi wawasan mengenai smart grid hingga target NZE, serta memperkuat kolaborasi global untuk mencapai transisi energi menuju NZE pada 2060.
KEYWORD :Energi hijau Infratruktur Keamanan Electricity Connect 2024