Rabu, 04/12/2024 14:58 WIB

Viral Gus Miftah Olok-olok Penjual Es, Begini Keutamaan Pedagang

Viral Gus Miftah Olok-olok Penjual Es, Begini Keutamaan Pedagang dalam Islam

Ilustrasi Gus Miftah Olok-olok Penjual Es, Begini Keutamaan Pedagang dalam Islam (Foto: FB/Peristiwa Viral)

Jakarta, Jurnas.com - Perdagangan dalam Islam bukan hanya soal mencari keuntungan materi, tetapi juga sebuah bentuk ibadah yang penuh dengan tanggung jawab, etika, dan kejujuran. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu membutuhkan interaksi dengan sesama. Salah satu cara utama manusia saling bertukar manfaat adalah lewat jual-beli atau perdagangan.

Baru-baru ini istilah perdagangan dan pedagang kembali mencuat ke permukaan setelah Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah), seorang tokoh publik, penceramah, dan Utusan Khusus Presiden, mendapat sorotan tajam. Ia `dicibir` netizen setelah aksinya yang dianggap mengolok-olok seorang pedagang es keliling di Magelang viral di media sosial.

Interaksi yang disebut sebagai `bercandaan` atau `guyonan biasa` ini membuat banyak orang mengingatkan pentingnya etika termasuk saat berinterkasi dengan pedagang kecil. Mengingatkan kembali bagaimana Islam memandang derajat dan keutamaan pedagang sangat relevan dengan kejadian ini.

Jual-Beli yang Dihalalkan: Tanpa Penipuan dan Paksaan

Dalam Islam, jual beli adalah transaksi yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah (2:275), "Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba." Transaksi jual beli harus dilakukan dengan prinsip dasar: saling ridha antara penjual dan pembeli, tanpa adanya unsur penipuan atau paksaan. Ini ditegaskan pula dalam Surat An-Nisa’ (4:29), yang mengingatkan agar transaksi dilakukan dengan "suka sama suka."

Kejujuran dalam Perdagangan: Kunci Keberkahan

Kejujuran adalah nilai utama dalam berdagang. Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal bagi seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat kepada saudaranya, melainkan ia harus menjelaskan cacat itu kepadanya" (HR. Ibnu Majah). Menjual barang dengan jujur, tanpa menipu atau menyembunyikan cacat, adalah hal yang sangat dihargai dalam Islam. Dalam Surat Al-Muthaffifin (83:1-3), Allah mengingatkan agar tidak ada pedagang yang curang dalam transaksi, karena hal ini akan mendatangkan kerugian yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.

Perdagangan yang Tidak Mengabaikan Ibadah

Meskipun berdagang adalah sumber rezeki yang halal, Islam mengajarkan kita untuk tidak melupakan kewajiban ibadah. Dalam Surat An-Nur (24:37), Allah berfirman, “Orang laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual-beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.” Meskipun dunia perdagangan menawarkan banyak keuntungan, pedagang Muslim harus tetap mengutamakan ibadah. Shalat tidak boleh tertunda hanya karena kesibukan berdagang, dan zakat dari harta perdagangan juga harus ditunaikan.

Keutamaan Berdagang dalam Islam

Berdagang bukan hanya untuk mencari untung, tetapi juga merupakan jalan menuju keberkahan. Rasulullah SAW mengatakan, “Sesungguhnya sebaik-baik penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak berbohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan” (HR. Al-Baihaqi). Hadis ini menegaskan bahwa pedagang yang menjaga kejujuran, amanah, dan tidak berlebihan dalam menaikkan harga akan mendapatkan keberkahan yang luar biasa.

Berdagang juga mengajarkan kita untuk sabar. Setiap pedagang pasti bertemu dengan berbagai karakter pembeli, dari yang baik hingga yang sulit diajak bekerja sama. Dari sini, kita dapat melatih kesabaran dan belajar untuk berlapang dada, terutama ketika berhadapan dengan pembeli yang tidak menyenangkan. Sabarlah, karena setiap interaksi adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Hikmah dari Perdagangan Nabi: Jangan Lupa Ibadah

Ada satu peristiwa menarik di zaman Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Ketika sebuah kafilah perdagangan datang saat Nabi sedang berkhotbah, banyak orang yang berlarian meninggalkan khutbah untuk mengejar kafilah tersebut. Akibatnya, orang-orang yang tadinya mendengarkan khutbah menjadi kacau.

Saat itulah Allah menurunkan wahyu dalam Surat Al-Jumu`ah (62:11) yang mengingatkan kita bahwa apa yang ada di sisi Allah jauh lebih baik daripada kesibukan duniawi, termasuk perdagangan: "Apabila mereka melihat suatu perdagangan atau bunyi-bunyian, mereka lari ke tempat tersebut dan engkau ditinggalkan berdiri. Oleh karena itu katakanlah (kepada mereka) bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada bunyi-bunyian dan perdagangan itu dan Allah sebaik-baik Zat yang memberi rezeki."

Derajat Pedagang Jujur: Mulia di Dunia dan Akhirat

Pedagang yang jujur dan amanah tidak hanya mendapat keberkahan dunia, tetapi juga penghargaan tinggi di sisi Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercaya, dan orang-orang yang mati syahid" (HR al-Hakim dan Tarmizi). Ini menunjukkan bahwa seorang pedagang yang menjaga prinsip kejujuran, etika, dan amanah akan mendapat derajat mulia di dunia dan di akhirat.

Penutup: Perdagangan yang Penuh Keberkahan

Dalam Islam, perdagangan bukan hanya soal keuntungan materi, tetapi juga tentang etika, kejujuran, dan keberkahan. Pedagang yang memegang teguh prinsip-prinsip ini akan meraih sukses yang lebih bermakna, baik di dunia maupun di akhirat. Kejujuran, sabar, dan tidak melupakan kewajiban ibadah adalah fondasi yang harus dijaga dalam setiap transaksi. Sehingga, perdagangan bukan hanya sarana mencari nafkah, tetapi juga ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Dengan niat yang benar, berdagang bisa menjadi jalan untuk meraih keberkahan hidup.

 

KEYWORD :

Gus Miftah Penjual Es Keutamaan Pedagang Derajat Pedagang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :