Menteri Agama Nasaruddin Umar sebut salah satu tugas kemenag ialah memberikan pembelajaran tentang hidup berdampingan di tengah perbedaan (Foto: dok. jurnas)
Jakarta, Jurnas.com - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan, tugas Kementerian Agama (Kemenag) bukanlah menyatukan umat, melainkan memberikan pembelajaran tentang hidup berdampingan di tengah perbedaan.
Hal tersebut disampaikanya dalam `Rakor Sekber MB & Launching Grand Design: Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia` pada Rabu (11/12) di Auditorium H.M. Rasjidi, Kemenag, Jakarta.
"Saya ulangi tugas kita selaku kementerian agama bukan untuk menyatukan umat, bukan itu yang priority, tapi bagaimana memberikan pembejaran terhadap umat ini bisa hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada," kata Prof Nasaruddin.
Menteri Nasaruddin menyampaikan, pembelajaran untuk membiasakan hidup di tengah keberagaman dinilai jauh lebih penting dilakukan saat ini. Menurutnya dengan bisa menghargai perbedaan, maka dengan sendirinya persatuan akan terbangun sendirinya.
"Jadi bukan bagaimana bersatu, tapi bagaimana membiasakan hidup di tengah perbedaan. Ini lebih urgen bagi kita," ujar dia.
Selain itu, ia juga mengatakan, salah satu tantangan kementerian agama saat ini adalah bagaimana mengartikulasikan agama yang semula sebagai mythos menjadi logos, kemudian menjadi etos dan membentuk sebagai kebiasaan.
Menag juga menyebut terkait mythos yang kemudian menjelma menjadi logos. Dan logos itulah yang melahirkan etos. Etos ini akan melahirkan habbit. Jadi mengamalkan apa yang ia yakini dan meyakini apa yang diamalkan.
"Mengetahui apa yang diamalkan, dan mengamalkan apa yang dia ketahui. Itulah umat beragama yang konstruktif. Jadi berangkat dari mythos, menjelma jadi logos, lalu menjadi etos (etik), lalu menjadi habbit," kata Menag.
"Kalau agama menjadi habbit kita semua, dengan sendirinya kerukukan beragama akan berjalan dengan sendirinya," ujar dia.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno menyoroti sosial media sebagai ruang yang harus diperhatikan secara serius bagi badan moderasi beragama.
"Sosial media memberikan ruang kepada siapapun untuk mengupload apapun. Oleh karena itu, kita sebagai pejuang moderasi harus mengisi. Kalau tidak, ruang sosial media akan diisi oleh orang lain," ujar Pratikno.
Untuk itu, Praktikno mendorong kepada badan moderasi beragama untuk berpikir lebih besar soal media sosial. Ia mengingatkan, agar ruang-ruang digital harus dikuasai.
"Kita tidak lagi hanya berpikir bagaimana meningkatkan moderasi ini dengan cara- cara, mohon maaf eceran, tapi kita harus mikir dengan cara-cara grosiran. Jangan sampai chanel besar yang namanya media digital justru tidak kita kuasai. Itu merupakan satu strategi penting yang harus kita pikirkan," kata Pratikno.
KEYWORD :Menteri Agama Kementerian Agama Moderasi Beragama Tugas Kemenag