Kamis, 12/12/2024 18:54 WIB

Tekan Angka Stunting di Sumba Barat, GEDSI SurfAid Lakukan Pendampingan

Organisasi nirlaba SurfAid bergerak menekan angka stunting di Sumba Barat. Seperti apa? 

Pendampingan GEDSI SurfAid Tekan Angka Stunting di Sumba Barat. (Foto: Jurnas/Ist).

NTT, Jurnas.com- Kelas Pengasuhan yang merupakan Pilar ke-2 Program Nusatani yang digalakkan organisasi nirlaba SurfAid di Kecamatan Laboya Barat, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, mulai memberikan dampak positif dalam mengurangi angka stunting.

Untuk diketahui, pada program ini SurfAid melakukan pendekatan melalui pemberdayaan perempuan, di mana mengedepankan unsur-unsur GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion).

Menurut Project Manager Program Nusatani SurfAid di Sumba Barat, W Niken Sasanti, tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, serta memperbaiki pola pengasuhan anak yang berpengaruh pada angka stunting.

"Di Sumba Barat ini masih kental budaya patriarki, dalam assessment diketahui bahwa jam kerja perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Saat bekerja di kebun, mereka ikut bersama laki-laki, namun setelah pulang ke rumah, mereka mengerjakan seluruh pekerjaan domestik, sementara laki-laki sama sekali tidak terlibat," ujar Niken, dalam siaran pers SurfAid, Kamis (12/12/2024).

Niken menambahkan, pola asuh anak yang tidak optimal, akibat waktu kerja yang lebih panjang bagi perempuan, turut memengaruhi tingginya angka stunting di daerah tersebut.

Kehadiran SurfAid di Sumba Barat berfokus untuk memberikan wawasan kepada perempuan tentang pemberdayaan, sekaligus melibatkan para suami dalam kelas pengasuhan. Dengan cara ini, diharapkan suami juga memahami pentingnya peran mereka dalam pengasuhan anak dan pekerjaan domestik.

“Kami ingin para suami juga turut membantu pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak agar anak-anak lebih terurus, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka stunting,” ujar Niken.

Program ini tidak hanya menyasar kaum perempuan, tetapi juga mengedukasi para lelaki melalui pelatihan tentang kesetaraan gender.

“Tujuannya supaya mereka memahami tentang kesetaraan antara suami dan istri,” kata Niken.

Setelah beberapa waktu, terlihat adanya perubahan signifikan. Niken mengatakan, para suami mulai terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Hal ini terlihat jelas saat evaluasi kelas pengasuhan dan kunjungan lapangan. Dampak positif program ini terbukti dari penurunan angka stunting di Sumba Barat. Menurut data, angka balita stunting pada Agustus 2023 turun sebesar 12,1 persen dibandingkan sebelumnya.

"Asumsi saya, karena mereka memiliki pendapatan lebih baik, mereka bisa membeli makanan bergizi untuk anak-anak mereka," kata Niken.

Pemberdayaan perempuan dan pendampingan GEDSI di Kecamatan Laboya Barat, yakni Desa Gaura,Weetana, Harona Kalla, dan Patiala Dete juga dirasakan manfaatnya oleh para petani, seperti Pius, salah satu petani unggulan di Desa Patiala Dete.

“Sekarang masyarakat desa yang memiliki anak balita bisa mengkonsumsi makanan yang lebih bergizi dari sebelumnya. Masakan dan olahannya lebih beragam, jadi gizinya juga bertambah," kata Pius.
Hassan Halungrina, petani unggulan dari Desa Weetana, juga merasakan dampak positif dari kelas pengasuhan ini, terutama dalam berbagi tugas di rumah tangga. "Sekarang kami lebih mudah berbagi tugas dalam kehidupan berumah tangga," tambahnya.

Dengan pemberdayaan perempuan dan perubahan pola pengasuhan, program ini menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Sumba Barat.

KEYWORD :

Sumba Barat Stunting Organisasi nirlaba SurfAid




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :