Salah satu rangkaian penutupan Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI).
Makassar, Jurnas.com - Setelah enam tahun beroperasi, Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI), program unggulan yang digagas oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) resmi berakhir.
Rangkaian penutupan program ini ditandai dengan Knowledge Sharing Meeting Tingkat Nasional yang digelar di Makassar pada 18-20 Desember 2024.
Selama pelaksanaannya, program ini telah berhasil meningkatkan kompetensi dan pemberdayaan petani di berbagai wilayah, termasuk Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menekankan bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani adalah kunci utama ketahanan pangan Indonesia.
"Pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi petani sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ketahanan pangan negara kita," ujar Amran.
Senada dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, juga menyampaikan pentingnya pemberdayaan petani secara terstruktur dan berkelanjutan. "Pemberdayaan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi serta pendapatan petani," ujarnya.
Sementara Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, Inneke Kusumawaty, menjelaskan bahwa pada tahun terakhir READSI, program ini fokus pada pencapaian target output dan penyelesaian kegiatan. Namun, yang lebih penting lagi adalah peningkatan kapasitas SDM pertanian serta penguatan kelembagaan petani yang berorientasi pada bisnis.
“Keberlanjutan program ini sangat bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah daerah dan fasilitator desa untuk memastikan manfaatnya terus dirasakan,” ujar Inneke.
Ia juga menekankan bahwa pencapaian ini tidak terwujud tanpa dukungan berbagai pihak, seperti IFAD, Bappenas, Kementerian Keuangan, dan mitra usaha seperti PT MARS, PT Olam Food Ingredients, dan PT Sang Hyang Seri.
Manajer Program READSI, Andi Amal Hayat Makmur, turut menyampaikan bahwa selama pelaksanaannya, program ini berhasil menjangkau 13 kabupaten di 5 provinsi, dengan lebih dari 72.000 keluarga petani merasakan manfaat langsung. Sebanyak 58.427 petani kini memiliki akses yang lebih baik terhadap produk pertanian, pasar, dan pembiayaan.
Selain itu, 46.622 petani telah mengikuti pelatihan keuangan, membuka peluang akses fasilitas keuangan yang lebih baik. Program ini juga memberikan dampak positif terhadap gizi lebih dari 26.000 keluarga petani melalui pelatihan menu makanan sehat.
Tak hanya itu, 518 kelompok tani kini memiliki akses terhadap teknologi mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.
Sebagai bagian dari penutupan program, diluncurkan Buku Most Significant Changes dan jejak kesuksesan yang merangkum perjalanan sukses dan pelajaran berharga dari implementasi READSI. Buku ini akan menjadi panduan untuk pemerintah dan petani agar manfaat yang telah dicapai dapat diperluas ke daerah lainnya.
Keberhasilan program READSI membuktikan bahwa pemberdayaan petani melalui peningkatan kapasitas SDM, akses ke teknologi pertanian, serta pembiayaan yang lebih baik dapat memberikan dampak besar terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Kementan berharap hasil dari program ini dapat terus berkembang dan diadaptasi di berbagai wilayah, guna menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan di masa depan
KEYWORD :Kementan SDM Ketahanan Pangan IFAD Pertanian