Presidium MLB NU (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Rengekan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf di depan awak media terkait permintaan untuk dilibatkan secara teknis dalam program makan bergizi gratis. Seolah tidak ada cara lain yang lebih elegan.
"Seakan tidak ada cara lain, keinginan itu disampaikan secara vulgar dihadapan publik, berharap diikutkan dalam pekerjaan teknis program, karena tidak kebagian. Apa yang dilakukan PBNU dengan meminta dilibatkan dalam pekerjaan,program makan bergizi gratis telah menempatkan NU setara dengan Badan Usaha pengadaan barang dan jasa," ujar Kiai Rizal, Sekretaris Presidium Penyelamat Organisasi dan Musyawarah Luar Biasa Nahdlatul Ulama (PPO dan MLB NU), Sabtu (4/1).
Kiai Rizal bertanya apakah tidak ada cara lain untuk menjaga marwah NU sebagai organisasinya para ulama pondok pesantren. Sangat disayangkan, pernyataan Gus Yahya dikesankan PBNU sedang mengkapitalisasi pondok pesantren dengan mengatakan bahwa pesantren-pesantren milik PBNU telah dihubungi pemerintah untuk menjadi lokasi pilot project makan bergizi gratis.
Gus Ipul Sebaiknya Mundur dari Sekjen PBNU
"Gus Yahya, Ketum PBNU, dengan yakin mengatakan program itu akan dilaksanakan dengan koordinasi pemerintah bersama NU. Sungguh lucu," ucapnya.
Kiai Rizal menegaskan bahwa pesantren adalah entitas sosial budaya yang mandiri dan independen dalam pengelolaannya. Pesantren memiliki kewajiban membesarkan dan memajukan jam’iyyah NU karena faktor epistimologi agama, sanad keilmuan yang tersambung dan menyatu, dan fakta sejarah pesantren sebagai pendiri dan pembentuk kepribadian jam’iyyah NU.
"Pesantren adalah akar yang menghidupi sekaligus pemasok utama sumber daya manusia dan penjaga kepribadian NU. Dengan begitu, jangan kerdilkan pesantren dengan klaim pesantren-pesantren milik PBNU. Ini klaim yang salah kaprah, karena pesantren berbadan hukum mandiri," katanya.
Dia berkata, pesantren satu-satunya lembaga pendidikan yang secara tradisional teruji dalam penyediaan makan ribuan hingga puluhan ribu santri-pelajar, setiap hari. Manajemen pesantren telah mapan dalam menanganinya, puluhan tahun melalui “dapur pesantren/santri”.
"Maka, tidak heran bila pemerintah –dalam beberapa bulan terakhir- telah melakukan uji coba pelaksanaan program andalan makan bergizi gratis di beberapa pondok pesantren, dengan berkoordinasi langsung pengasuh pondok pesantren," tutur Kiai Rizal.
Kiai Rizal menambahkan Presiden PO dan MLB NU memiliki pandangan terhadap program strategis Presiden H Prabowo Subianto yakni;
1. Mengapresiasi Pemerintah melalui Kabinet Merah Putih dan meminta agar lebih kurang 23.370 pondok pesantren penopang Jam’iyyah Nahdlatul Ulama seIndonesia, dimana 20.136 pesantren memiliki lembaga pendidikan formal; Madrasah (12.674) dan Sekolah (7.462), mendapat manfaat dari pelaksanaan kebijakan strategis “Makan Bergizi Gratis”.
2. Agar dalam teknis penyediaan “Makan Bergizi Gratis” secara arif bermitra dengan dan melalui sistem penyediaan makan santri pesantren. Badan Gizi Nasional atau daerah terlibat dalam fasilitasi, bimbingan dan pengawasan untuk pemenuhan standar pelayanan sesuai ketenprogram strategis “Makan Bergizi Gratis”, pemerintah.
3. Makan bergizi bagi santri pesantren, disamping menjadi kebutuhan dasar setiap manusia, juga menjadi bagian dari sistem belajar yang dipedomani pesantren; memiliki nilai filosofis, spiritual dan etika yang dijunjung tinggi.
"Inilah peradaban pesantren yang terbentuk selama ratusan tahun," tutupnya.
KEYWORD :PBNU MLB NU Pesantren Program Makan Bergizi Gratis