Senin, 06/01/2025 18:44 WIB

Rahasia Stoikisme untuk Hidup Tenang Tanpa Beban

Rahasia Stoikisme untuk Hidup Tenang Tanpa Beban

Ilustrasi - Rahasia Stoikisme untuk Hidup Tenang Tanpa Beban (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam kehidupan yang penuh ketidakpastian, banyak orang mencari cara untuk tetap tenang dan fokus. Salah satu filosofi yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir adalah Stoikisme. Meskipun berasal dari Yunani kuno, ajaran ini tetap relevan dan sering diterapkan dalam gaya hidup modern, termasuk oleh para pemimpin, atlet, hingga pebisnis sukses.

Lalu, apa sebenarnya Stoikisme? Bagaimana cara menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari?

Apa Itu Stoikisme?

Stoikisme adalah filosofi yang berkembang pada abad ke-3 SM oleh Zeno dari Citium, dan kemudian disempurnakan oleh filsuf seperti Seneca, Epictetus, dan Kaisar Romawi Marcus Aurelius. Filosofi ini menekankan kendali diri, ketenangan dalam menghadapi kesulitan, serta hidup sesuai dengan kebajikan.

Secara sederhana, Stoikisme mengajarkan bahwa tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di luar diri, tetapi bisa mengendalikan respons terhadapnya. Alih-alih mengeluh atau mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa diubah, seorang Stoik akan fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol, seperti tindakan, pemikiran, dan emosi.

Prinsip Utama dalam Stoikisme

Untuk memahami bagaimana Stoikisme bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ada empat prinsip utama yang menjadi pedoman dalam filosofi ini:

1. Dikotomi Kendali: Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan

Salah satu konsep terpenting dalam Stoikisme adalah memahami bahwa ada dua jenis hal dalam hidup. Pertama, hal yang bisa dikendalikan seperti pikiran, tindakan, keputusan, reaksi terhadap situasi. Kedua, hal yang tidak bisa dikendalikan seperti cuaca, opini orang lain, masa lalu, dan keadaan di luar kendali.

Seorang Stoik akan melepaskan kekhawatiran terhadap hal-hal yang tidak bisa dikontrol dan mengalihkan energinya ke hal-hal yang bisa diubah.

“Kebahagiaan dan kebebasan dimulai dengan memahami satu prinsip sederhana: beberapa hal dalam kendali kita, dan beberapa hal tidak.” – Epictetus

2. Amor Fati: Menerima dan Mencintai Takdir

Amor Fati berarti mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup, baik maupun buruk. Daripada melawan atau mengeluh tentang keadaan, seorang Stoik akan menerimanya dengan lapang dada dan mencari pelajaran dari setiap pengalaman.

Misalnya, jika mengalami kegagalan dalam pekerjaan atau bisnis, seorang Stoik tidak akan meratapi nasib, melainkan melihatnya sebagai peluang untuk berkembang dan belajar.

"Jangan berharap segala sesuatu terjadi sebagaimana yang diinginkan, tetapi terimalah apa yang terjadi dan hiduplah dengannya." – Epictetus

3. Memento Mori: Mengingat Kematian untuk Hidup Lebih Baik

Meskipun terdengar suram, Stoikisme mengajarkan bahwa mengingat kematian bisa membuat hidup lebih bermakna. Memento Mori berarti “Ingatlah bahwa kamu akan mati”, sehingga setiap momen dalam hidup harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Banyak orang menghabiskan waktu untuk menunda kebahagiaan, takut mengambil keputusan, atau khawatir tentang hal-hal kecil. Dengan menyadari bahwa hidup itu sementara, seorang Stoik akan lebih berani dalam bertindak dan tidak membuang waktu untuk hal-hal yang tidak penting.

“Jalani hari ini seolah-olah itu adalah hari terakhirmu.” – Marcus Aurelius

4. Ataraxia: Mencapai Ketenangan Batin

Seorang Stoik berusaha mencapai ataraxia, yaitu kondisi di mana pikiran tetap tenang dalam segala situasi. Tidak mudah terpancing emosi, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pujian maupun kritik.

Untuk mencapai ataraxia, seorang Stoik sering melakukan refleksi diri, meditasi, dan latihan mental untuk menghadapi tekanan hidup dengan lebih baik.

“Jika seseorang bisa membuatmu marah, itu berarti dia lebih kuat darimu.” – Epictetus

Gaya Hidup Stoik dalam Kehidupan Modern

Meskipun berasal dari ribuan tahun lalu, prinsip-prinsip Stoikisme masih sangat relevan dan bisa diterapkan dalam kehidupan modern. Adapun secara garis besar, gaya hidup Stoik dapat dibagi ke dalam lima prinsip berikut ini.

Perinsip pertama ialah bangun pagi dengan niat yang jelas. Marcus Aurelius selalu memulai harinya dengan merenungkan tujuan dan apa yang akan dihadapinya. Kedua, jangan terjebak dalam opini orang lain, fokus pada apa yang bisa dikontrol, bukan penilaian orang lain.

Ketiga, hadapi kesulitan dengan kepala dingin. Saat menghadapi tantangan, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini dalam kendaliku?" Jika tidak, lepaskan.

Keempat, hidup sederhana dan tidak berlebihan. Seneca mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak datang dari harta, tetapi dari ketenangan pikiran. Kelima, jadikan kegagalan sebagai pelajaran. Setiap pengalaman buruk adalah kesempatan untuk berkembang.

Prinsip-Prinsip Stoikisme untuk Hidup Tanpa Beban

Stoikisme mengajarkan empat kebajikan utama yang dapat membantu seseorang menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik:

  1. Kebijaksanaan (Wisdom) – Mampu membedakan mana yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak.

  2. Keberanian (Courage) – Berani menghadapi kesulitan dan tantangan hidup tanpa takut.

  3. Keadilan (Justice) – Bersikap adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

  4. Pengendalian Diri (Temperance) – Tidak mudah terbawa emosi dan nafsu yang berlebihan.

KEYWORD :

Stoikisme Filosofi stoik Gaya hidup stoik Stoikisme dalam kehidupan modern




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :