Perbandingan Shin Tae-yong (STY) dan Patrick Kluivert (Foto: Designed by Canva/Sky Sports)
Jakarta, Jurnas.com - Pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi kepelatihan Tim Nasional Indonesia menghiasi berbagai linimasa media sosial, pasca diumumkan langsung oleh Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Erick Thohir, pada Senin (6/1).
Pelatih berkebangsaan Korea Selatan (Korsel) itu dikabarkan menyepakati pemutusan kontrak, meski seharusnya menangani Timnas Garuda hingga 2027 mendatang, berdasarkan pembaruan kontrak terakhir.
Berbagai spekulasi muncul pasca pemecatan STY. Erick menyebut ada tiga sosok pelatih Eropa yang sudah melakukan wawancara, untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Coach Shin. Wawancara itu dilakukan langsung oleh Ketum PSSI, ketika dirinya terbang ke Eropa pada akhir Desember lalu.
Salah satu nama mencuat ialah Patrick Kluivert. Nama ini juga diamini oleh Erick dalam sesi konferensi pers di Jakarta. Pakar transfer sepak bola Fabrizio Romano bahkan sudah `curi start` mengumumkan penunjukan Kluivert, yang konon akan menukangi Timnas Garuda selama dua tahun ke depan.
Sebagai pemain, Kluivert merupakan salah satu legenda sepak bola Belanda dengan prestasi mentereng. Saat masih aktif bermain sepak bola profesional, pria kelahiran Amsterdam, 1 Juli 1976 itu pernah membintangi klub-klub elit Eropa, mulai dari Ajax, AC Milan, Barcelona, Newcastle United, Valencia, PSV Eindhoven, hingga Lille.
Pencapaian terbesarnya tentu ketika membela Barcelona pada 1998-2004. Kala itu, Kluivert berhasil mencatatkan 122 gol dan 63 assist dari total 257 pertandingan, berkat sentuhan empat pelatih Barca sepanjang periode tersebut. Yakni, Louis van Gaal, Llorence Serra Ferrer, Carles Rexach, Radomir Antic, dan Frank Rijkaard.
Layaknya pemain bintang lainnya, Kluivert memilih jalur kepelatihan pasca memutuskan pensiun pada 2008 silam, dengan catatan 206 gol dan 85 assist dari 479 pertandingan. Sayangnya, karier mantan mesin gol Ajax ini di sisi lapangan masih jauh dari kata mulus.
Tercatat sejak 2015 lalu, Kluivert hanya pernah menangani dua tim sebagai pelatih tim utama. Pertama, ketika menukangi Timnas Curacao (2015-2016 & 2021 sebagai pelatih interim). Kedua, saat ditunjuk sebagai pelatih klub Liga Super Turki, Adana Demirspor, pada 2023. Bahkan, di klub terakhir dia hanya bertahan 156 hari sebelum dipecat.
Secara hitung-hitungan statistik, STY lebih unggul dibandingkan Kluivert. Jika hanya dihitung sebagai pelatih timnas senior, STY telah mengumpulkan masing-masing 21 pertandingan saat melatih Korsel, dan 57 laga ketika menangani Indonesia. Sementara itu, Kluivert sejauh ini hanya mengumpulkan 14 pertandingan bersama Timnas Curacao, termasuk ketika menjalankan peran pelatih interim pada 2023.
Adapun dari segi tren kemenangan, STY memiliki point-per-game (PPG) 1,29 dari tujuh kali menang, enam kali imbang, dan delapan kali kalah bersama Korsel. Serta PPG 1,61 dari 26 kali menang, 14 kali imbang, dan 17 kali kalah bersama Timnas Indonesia. Dibandingkan STY, Kluivert memiliki PPG 1,38 dengan catatan tiga kali menang, dua kali imbang, dan tiga kali kalah.
Adapun statistik keduanya ketika masih melatih klub, STY memiliki PPG 1,47 dari 145 pertandingan (59 menang, 36 imbang, 50 kalah) saat menangani klub K-League, Seongnam Ilhwa. Sedangkan Kluivert mencatatkan PPG 1,50 dari 20 pertandingan (8 menang, 6 imbang, 6 kalah) bersama Adana Demirspor.
Mendekati Kualifikasi Piala Dunia 2026 Ronde Ketiga melawan Australia yang kurang dari dua bulan lagi, nama pemegang tongkat komando Timnas Indonesia selanjutnya masih berada di kantong PSSI, sebelum diumumkan resmi pada 12 Januari nanti. Keputusan spektakuler mengganti pelatih di tengah kualifikasi, diharapkan berbuah manis, di saat negara gila bola ini masih tetap memupuk mimpi untuk mencicipi pentas akbar Piala Dunia 2026 mendatang.
KEYWORD :STY Shin Tae-yong Patrick Kluivert Timnas Indonesia