Petani ikan tengah memberikan pakan di keramba bendungan Jatiluhur. (Foto: Dok. Jurnas.com)
Purwakarta, Jurnas.com - Budidaya ikan di kolam terapung masih jadi `primadona` di Bendungan Jatiluhur. Tidak sedikit warga mengadu nasib dengan bertani ikan berbagai jenis.
Ina Sukmana, salah satu petani yang menggantungkan ekonomi keluarganya pada budidaya ikan. Tak tanggung-tanggung Ina bahkan terbilang `pemain` lama dalam budidaya ikan tersebut, kurang lebih 10 tahun.
Untung dan rugi bukan lagi hal yang menghalangi Ina untuk terus berkecimpung dalam bisnis tersebut. Namun, dia mengakui jika nasib sedang baik, keuntungan dari bertani ikan ini cukup menggiurkan.
"Rata-rata Rp3 juta setiap panen, itu dari per kolam, setiap satu lapak terapung sekadang dibatasi hanya boleh 8 kolam, nah di kali saja 8 kolam kalau semua berhasil panen," kata Ina ditemui di kolamnya, Bendungan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Jabar), Minggu (18/1).
Ina menceritakan sisi lain yang menakutkan menjdi petani ikan di kolam terapung. Seperti, angin kencang dan petir yang seringkali menyambar saung yang dibangun di antara kolam untuk menjadi tempat petani beristirahat.
"Saya sudah dua kali menyelamatkan petani lain yang tersambar petir, enggak ada yang selamat kalau sudah tersambar petir. Angin kencang juga kami khawatir, semua atap bisa beterbangan sampai sisa lantai kayu ini aja," kata dia.
Hal lain yang dikhawatirkan dari budidaya ikan, yakni musibah tahunan` yang menjadi momok menakutkan bagi para petani ikan. Dia menjelaskan `musibah tahunan` merupakan musim penghujan yang terjadi setiap tahun. Saat itu, suhu air tidak stabil dan membuat ikan mabuk dan setres berujung mati.
"Kita enggak selalu untung, yang menyakitkan saat musibah tahunan datang, itu berlangsung setiap musim hujan, hujan yang enggak berhenti-berhenti," kata dia.
Untuk mengantisipasi itu, kata Ina, para petani biasanya mengganti jenis ikan yang akan dibudidaya. Menurutnya, ikan Nila menjadi salah satu pilihan para pembudidaya.
Alasannya sederhana, ikan Nila lebih kuat dengan kondisi hujan ketimbang ikan lain, seperti Emas. "Iya ikan Nila lebih kuat dari Ikan Emas, sekalipun harganya memang tak semahal ikan Mas," kata dia.
Menjadi petani selama 10 tahun, tak membuat Ina berhenti belajar. Ina saat ini sudah mahir mengembangbiakkan ikan Nila. Dia bahkan sesekali menjual bibitnya ke petani lain.
Ina bahkan sekarang lebih tertarik menjual benih ke petani ketimbang memanen ikan Nila yang berukuran besar. Sebab, biaya untuk pakan bibit jauh lebih murah.
"Sekarang fokus menjual benih, lebih untung. Pengeluaran pakan kan lebih sedikit, sementara untung penjualan hampir sama saat menjual Nila yang sudah besar," kata dia.
Di sisi lain, Ina mengeluhkan harga pakan ikan yang cukup menyekik para petani ikan. Dia menerangkan harga pakan ikan terus naik dan tak pernah turun. Dia berharap baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat bisa mengontrol harga dari bandar pakan ikan.
"Harga pakan terlalu tinggi, naik-naik terus, turun enggak, kita ingin harga pakan benar-benar tidak memberatkan petani ikan," keluh Ina.
KEYWORD :
Petani ikan bendungan Jatiluhur harga pakan