Pengamat Komunikasi Politik Frans Immanuel Saragih. Foto: dok. Jurnas
JAKARTA, Jurnas.com - Masyarakat Amerika Serikat pada 20 Januari 2025 telah memiliki Presiden ke 47 yaitu Donald J Trump dan Wakil Presiden JD Vance.
Dihadiri oleh para Presiden terdahulu seperti Obama, Bill Clinton, George Bush Jr dan juga Joe Biden beserta wakilnya Kamala Haris, acara pelantikan Trump berlangsung dengan sangat hikmat dan penuh dengan nuansa kenegaraan.
Menurut rencana acara tersebut akan diadakan diluar Gedung, akan tetapi karena cuaca Ekstrem dan dingin beserta angin kencang dengan suhu mencapai -13 derajat maka acara disepakati dipindahkan ke dalam ruangan.
Dalam pidatonya pertamanya sebagai Presiden ke 47 Trump membuka dengan kalimat masa keemasan Amerika akan dimulai dari saat ini dan akan menjadikan Amerika sebagai yang pertama.
“Sebaiknya kita dalam memperhatikan Pidato Trump hal utama yang perlu kita perhatikan adalah apa yang berhubungan dengan Indonesia dulu lalu kita lanjutkan ke masalah International khususnya dampak bagi Asia dan juga saudara kita Palestina," kata Pengamat Komunikasi Politik Frans Immanuel Saragih di Jakarta, Kamis (23/1/2025).
Penonton Hampir Kena Serangan Jantung Nonton Aksi Tom Cruise di Mission: Impossible - The Final Reckoning
Frans memperhatikan ada perbedaan pembahasan yang dilakukan oleh Presiden Trump saat pidato di pelantikan dan juga di Parade.
"Bagaikan dua wajah yang berbeda. Tetapi memiliki inti untuk menghentikan perang yang kerkepanjangan di berbagai tempat," ujarnya.
"Hal ini bisa kita maklumi secara ilmu komunikasi bahwa pidato saat pelantikan itu sarat dengan acara kenegaraan, dan dihadiri oleh banyak perwakilan dari negara sahabat. Sedangkan pada saat parade di luar gedung banyak dihadiri mayoritas adalah pendukung fanatik Presiden Trump," imbuhnya.
Menurut Frans, manfaat bagi Indonesia secara umum dapat dipahami sesuai dengan rencana Trump menghentikan perang, Indonesia bisa mengambil peran sebagai juru runding di berbagai wilayah konflik, sehingga Indonesia bisa memainkan perannya dalam diplomasi internasional.
Hal ini sejalan dengan semangat Indonesia yang anti penjajahan dan anti tindakan kekerasan.
Dari sisi ekonomi, terlihat jelas Amerika dalam pidato Trump lebih menitik beratkan perhatiannya kepada pemulihan ekonaomi Amerika yang sedang dilanda krisis, sehingga ini merupakan keuntungan juga bagi Indonesia untuk dapat melaksanakan ekspansi ekonominya tanpa khawatir akan adanya intervensi khusus.
"Tetapi kita harus waspada juga karena kita berada di dalam BRICS saat ini," katanya.
Tetapi Trump tetaplah Trump tutur Frans, lanjut Frans, dia adalah pebisnis ulung dan seorang billionere Dunia, naluri bisnisnya sangat kuat dan tidak mau membuang waktu.
Oleh karena itu Indonensia tetap harus waspada akan ekspansi ekonomi Amerika juga, karena Trump ingin Kembali menjadikan Amerika Nomer 1 di dunia global.
Selain itu Trump juga menyoroti penggunaan energi mineral yang perlu dikaji lebih jauh lagi agar tidak membahayakan secara global.
Hal ini berbeda pada saat acara Parade, disini kelihatan Presiden Trump tampak sangat rileks dalam berpidato. "Mungkin dikarenakan di depan banyak pendukungnya, berasa seperti di lingkungan sendiri," ujarnya.
Banyak hal yang disampaikan Trump dalam pidato disaat parade mengenai Asia, khususnya China, Iran dan Palestina , yang sudah tidak lupa adalah Hamas. Trump mengatakan negara negara tersebut dan kelompok Hamas sudah “broke” , dalam artian sudah tidak memiliki kemampuan ekonomi.
"Saya melihat bahwa sebenarnya Amerika juga sedang mengalami Krisis Ekonomi apalagi diterpa beberapa kejadian dalam beberapa waktu lalu yang secara ekonomi sangat merugikan keuangan Amerika.
Tetapi hal tersebut wajar saja diucapkan oleh Trump sebagai kepala negara, untuk membangkitkan semangat warga Amerika," tutur Frans.
Hal menarik lainnya, Frans melihat, secara tegas Trump menyatakan hanya ada dua jenis gender di Amerika, yaitu pria dan perempuan. Ini sangat berbeda dengan Presiden Amerika sebelumnya, sebagaimana diketahui Trump adalah seorang Kristen yang taat.
"Dari hal hal tersebut tinggal bagaimana kita mampu memainkan beragam peran di periode Trump tersebut agar Indonesia bisa berbicara banyak di peta politik global," tutup Frans.
KEYWORD :Amerika Serikat Presiden Trump Indonesia