Ilustrasi - Kue bulan, atau mooncake, simbol tak terpisahkan dari perayaan Imlek (Foto: Pexels/Angela Roma)
Jakarta, Jurnas.com - Kue bulan, atau mooncake, telah menjadi simbol tak terpisahkan dari perayaan Imlek, tak hanya di Tiongkok tetapi juga di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di balik rasanya yang manis dan bentuknya yang bulat sempurna, kue ini menyimpan sejarah, makna, dan tradisi yang kaya. Berikut ini ulasannya seperti dukutip National Geographic Indonesia.
Filosofi Bulan dan Tradisi Bersama
Kue bulan memiliki bentuk bulat sempurna yang dianggap melambangkan kebulatan dan kesempurnaan. Bulan purnama yang terjadi pada tanggal 15 bulan kedelapan dalam kalender Cina menjadi simbol kebersamaan keluarga. Pada malam tersebut, keluarga-keluarga berkumpul di taman, duduk melingkar di sekitar meja bundar, sambil menyantap kue bulan dan mengenang kasih sayang orang-orang terdekat. Tradisi ini menekankan nilai kebersamaan dan kehangatan keluarga.
Selain kue bulan, berbagai buah-buahan juga turut menyemarakkan festival. Labu melambangkan harapan bersatunya keluarga, delima menjadi simbol banyak keturunan, dan apel bermakna kedamaian.
Legenda Dewi Bulan
Asal-usul Festival Kue Bulan sering dikaitkan dengan mitos Chang’e, Dewi Bulan. Dalam kisah ini, sepuluh matahari pernah membakar bumi hingga seorang pemanah ulung bernama Hou Yi menembak jatuh sembilan di antaranya. Sebagai hadiah, Hou Yi menerima obat keabadian, tetapi ia menyimpannya untuk istrinya, Chang’e. Namun, ketika seseorang mencoba mencurinya, Chang’e meminum obat itu dan terbang ke bulan, tempat ia tinggal hingga kini.
Demi mengenang pengorbanannya, masyarakat mulai merayakan Festival Kue Bulan dengan menyantap kue bersama. Kisah ini tidak hanya menggambarkan cinta dan kesetiaan, tetapi juga melahirkan tradisi yang bertahan hingga saat ini.
Kue Bulan Sebagai Alat Intelijen
Pada masa Dinasti Ming abad ke-14, kue bulan pernah digunakan sebagai alat komunikasi rahasia. Kue ini dijadikan media untuk menyelipkan pesan rahasia dalam pertempuran yang dipimpin oleh Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming. Pesan-pesan tersebut menjadi strategi penting dalam perjuangan melawan penjajah.
Evolusi Kue Bulan dalam Tradisi dan Budaya
Awalnya, kue bulan digunakan sebagai persembahan untuk arwah leluhur atau dewa. Karena upacara penghormatan dewa biasanya dilakukan pada tanggal 15 setiap bulan dalam kalender Cina, kue bulan yang tadinya biasa menjadi istimewa sebagai sajian sesajen. Kue ini memiliki rasa manis seperti kue keranjang, biasanya berisi kuning telur asin atau biji teratai. Telur melambangkan kesuburan, dan biji teratai menjadi simbol kebahagiaan.
Kini, kue bulan tak hanya menjadi simbol tradisi, tetapi juga identitas kuliner yang lintas budaya. Di Indonesia, kue ini hadir di berbagai supermarket, hotel, hingga toko kue. Kue bulan kerap dijadikan hadiah sebagai tanda terima kasih, baik untuk teman maupun relasi kerja.
Kue bulan telah menembus batas identitas karena siapa pun bisa menikmatinya. Identitas kue ini telah mengglobal sekaligus melokal. Dengan cita rasa yang khas dan nilai historis yang mendalam, kue bulan bukan hanya kudapan, tetapi juga jembatan budaya yang mempererat hubungan antar masyarakat di seluruh dunia.
KEYWORD :Kue Bulan Perayaan Imlek Tahun Baru Imlek Festival Kue Bulan