Jum'at, 31/01/2025 05:17 WIB

Asal Usul dan Sejarah Istilah Tuntutlah Ilmu Sampai ke China

Salah satu pepatah atau istilah yang paling dikenal di kalangan umat Islam adalah,

Ilustrasi Peta China - Menuntut Ilmu Sampai ke China (Foto: Pexels/Lara Jameson)

Jakarta, Jurnas.com - Salah satu pepatah atau istilah yang paling dikenal di kalangan umat Islam adalah, "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China." Hadis ini sering menjadi bahan khutbah dan ceramah, menginspirasi banyak orang untuk tidak mengenal lelah dalam menuntut ilmu. Namun, apakah benar hadis ini berasal dari Nabi Muhammad SAW? Bagaimana makna sesungguhnya dan relevansi hadis tersebut dalam konteks modern? Simak penjelasan berikut ini yang dikutip dari berbagai sumber.

Asal Usul Hadis: Benarkah dari Nabi Muhammad?

Mengutip laman Tebuireng, hadis ini bersumber dari Anas bin Malik RA dan tertulis dalam beberapa karya klasik seperti Al Kamil oleh Ibnu `Addi, Akhbar Ashbihan oleh Abu Nu`aim, Tarikh Baghdadh oleh Al Khathib, Al Madkhal oleh Al Baihaqi, dan Al Jami` oleh Ibnu Abdil Barr. Hadis tersebut berbunyi:

أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ

Artinya: "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China."

Namun, meskipun hadits ini sangat terkenal, mayoritas ulama menilai bahwa hadits ini termasuk dalam kategori dhoif (lemah) atau bahkan batil (palsu) berdasarkan sanad atau riwayatnya. Imam `Ajluni, dalam karya Kasyfu al-Khofa wa Mazilu al-Ilbas, mengungkapkan bahwa hadis ini memang populer di kalangan masyarakat, tetapi memiliki kelemahan dalam sanadnya. Bahkan, beberapa ulama seperti Ibnu Hibban dan Ibnul Jauzi menilai hadis ini sebagai hadis yang palsu.

Bagaimana Relasi antara Islam dan China pada Zaman Rasulullah?

Meskipun hadis ini dipertanyakan keasliannya, ada bukti sejarah yang menunjukkan adanya hubungan erat antara dunia Islam dan China. Pada masa Nabi Muhammad, hubungan perdagangan antara Arab dan China sudah terjalin, terutama melalui jalur Sutra yang menghubungkan kedua wilayah. Mengutip Kompas, bahkan, beberapa sahabat Nabi dikabarkan hijrah hingga ke China. Salah satunya, ditemukan makam sahabat Nabi di Quanzhou, China, yang tertulis tahun 622 M, sebuah bukti adanya kehadiran Islam di negeri tersebut sejak awal perkembangan agama ini.

Selain itu, pada masa Dinasti Tang (618–906), para utusan Arab sering mengunjungi China, dan banyak pedagang Arab yang menetap di pesisir selatan China. Masjid Huaisheng di Guangzhou, yang didirikan pada abad ke-7, adalah salah satu bukti nyata dari jejak Islam di China yang dapat ditemui hingga saat ini.

Cendikiawan Muslim asal Indonesia, Muhammad Quraish Shihab, dalam salah satu acara yang diunggah channel Najwa Shihab, menyebutkan bahwa Islam dan China berhubungan cukup akrab. Dalam bincang pada momen Imlek yang diunggah dua tahun lalu itu, Quraish Shihab menuturkan dalam sejarah dikemukakan bahwa sahabat Nabi sudah pernah berkunjung ke China. Walaupun diperselisihkan kesahihan ini, sahabat Nabi itu bernama Sa’ad bin Abi Waqqas.

Qiraish Shihab juga menyinggung terkait keabsahan atau keshahihan mengenai hadist أُطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ يا الْصِيْنِ. Dia mengatakan mayoritas ulama sepakat hadist itu tidak shahih. Dia juga menekankan bahwa hadis itu ada kelanjutannya "karena sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah wajib". Dia melanjutkan, penafsiran hadis ini tidak menafikan peradaban China yang sangat tinggi atau maju dan berpengaruh di dunia.

Makna yang Tersirat: Menuntut Ilmu Tanpa Batas

Meskipun keabsahan sanad hadis tersebut tidak shahih, pesan yang ingin disampaikan tetap sangat relevan. Jika kita menganggap hadis ini benar adanya, maka esensi yang terkandung adalah dorongan untuk menuntut ilmu tanpa mengenal batas, baik itu jarak, waktu, ataupun tempat. Dalam konteks ini, "negeri China" bisa dimaknai sebagai simbol dari pencarian ilmu yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.

Di zaman yang serba digital ini, pesan tersebut terasa semakin kuat. Akses informasi yang begitu mudah melalui internet memungkinkan siapa pun untuk belajar dari berbagai belahan dunia, termasuk dari China, tanpa harus menempuh perjalanan fisik yang jauh. Sebagai umat Islam, kita diajak untuk terus menggali ilmu, bahkan jika itu berarti harus melewati batas geografis dan budaya.

Relevansi Hadis dalam Era Modern

Meskipun banyak yang menganggap hadis ini sebagai dhoif, pesan yang terkandung tetap penting, terutama dalam dunia yang semakin terhubung ini. Pencarian ilmu tidak harus terbatas pada sekolah atau universitas terdekat. Ilmu dapat ditemukan di mana saja, dari berbagai sumber yang dapat diakses kapan saja. Yang terpenting adalah semangat dan tekad untuk terus belajar.

Pesan ini juga mengingatkan kita bahwa ilmu bukan hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Dengan menuntut ilmu, kita tidak hanya meningkatkan diri kita, tetapi juga berkontribusi untuk masyarakat dan umat. Ilmu membawa kemajuan, membuka pemahaman, dan menghilangkan kebodohan.

KEYWORD :

Menuntut Ilmu Negeri China Hadis Islam dan China Imlek




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :