Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi - Kapal Tujuh Provinsi atau Zeven Provincien, menjadi saksi perlawanan pertama para pelaut Indonesia terhadap penjajahan Belanda (Foto: Karang Tengah)
Jakarta, Jurnas.com - Tanggal 5 Februari diperingati sebagai Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi. Tanggal ini menyimpan kisah perjuangan heroik yang patut diingat oleh seluruh bangsa Indonesia. Kapal Tujuh Provinsi, yang juga dikenal dengan nama Zeven Provincien, menjadi saksi perlawanan pertama para pelaut Indonesia terhadap penjajahan Belanda. Peristiwa ini, yang terjadi pada tahun 1933, tidak hanya menyuarakan ketidakadilan ekonomi, tetapi juga menjadi simbol semangat perlawanan rakyat terhadap kolonialisme.
Dilansir dari berbagai sumber, pada awal 1933, pemerintah kolonial Hindia Belanda memutuskan untuk memangkas gaji para pelaut Indonesia hingga 17 persen, sementara gaji para pelaut Belanda hanya dikurangi sebesar 14 persen. Keputusan ini membuat marah para awak kapal Indonesia yang merasa diperlakukan secara tidak adil. Keputusan tersebut memicu reaksi keras, khususnya dari kalangan marinir yang selama ini telah berperan penting dalam mendukung kekuasaan Belanda di wilayah tersebut.
Namun, ketidakadilan ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 1932, pemerintah kolonial sudah memotong gaji para pelaut hingga 10 persen, lalu dilanjutkan dengan pemotongan tambahan sebesar 7 persen pada tahun yang sama. Hingga akhirnya, pada 1 Februari 1933, pemerintah mengeluarkan Koninlijk Besluit No. 51, yang secara resmi mengurangi gaji para marinir Indonesia sebesar 17 persen, sementara marinir Belanda hanya 14 persen.
Asal Usul dan Sejarah Penamaan Bulan Syaban
Reaksi pertama atas pemotongan gaji ini datang dari para pelaut di Surabaya, yang pada 27 Januari 1933 melakukan mogok kerja sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan tersebut. Kabar pemogokan ini menyebar cepat melalui siaran radio, hingga akhirnya sampai ke telinga para pelaut di Kapal Tujuh Provinsi yang sedang berlabuh di Sabang, Aceh.
Pada 30 Januari 1933, para pemimpin pemberontakan yang ada di kapal tersebut mengadakan rapat dan memutuskan untuk tidak mengikuti kebijakan kolonial yang merugikan. Pada 5 Februari, pemberontakan resmi dimulai. Para pemimpin pemberontakan mengeluarkan siaran pers dalam tiga bahasa: Belanda, Inggris, dan Indonesia, mengumumkan bahwa Kapal Tujuh Provinsi telah berhasil dikuasai dan sedang bergerak menuju Surabaya untuk melanjutkan perlawanan.
Kabar pemberontakan ini tidak hanya menghebohkan Indonesia, tetapi juga dunia internasional. Pers asing dengan cepat memberitakan kejadian ini, sementara Perhimpunan Indonesia yang berada di Belanda menyatakan dukungannya terhadap perjuangan para pelaut. Namun, pemberontakan ini juga memicu serangan udara oleh Belanda, dengan pesawat tempur yang menjatuhkan bom di atas kapal yang sedang berlayar. Serangan ini menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa di pihak pelaut Indonesia.
Pemberontakan Kapal Tujuh Provinsi menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan Indonesia. Meskipun banyak korban yang jatuh dalam peristiwa ini, semangat perlawanan yang ditunjukkan oleh para pelaut Indonesia menjadi simbol penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan. Sebagian dari mereka yang gugur dimakamkan di Pulau Mati, Kepulauan Seribu, sebelum akhirnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Peristiwa Sejarah 2 Februari di Indonesia
Setiap tahunnya, tanggal 5 Februari diperingati sebagai Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi, untuk mengenang perjuangan gigih para pelaut yang berani melawan ketidakadilan di masa penjajahan. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk keadilan dan kemerdekaan tidak pernah mudah dan memerlukan pengorbanan besar.
KEYWORD :Peristiwa 5 Februari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi Pelaut Indonesia Sejarah