Rabu, 12/02/2025 16:57 WIB

Mengenal Puasa Ayyamul Bidh di Nisfu Syaban: Hukum hingga Hikmahnya

Puasa Ayyamul Bidh, atau puasa pada pertengahan bulan Hijriah seperti Syaban, adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan umat Islam setiap bulan. Di bulan Syaban, puasa ini jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15

Ilustrasi - Puasa Ayyamul Bidh, atau puasa pada pertengahan (nisfu) bulan Hijriah seperti Syaban (Foto: NU Online)

Jakarta, Jurnas.com - Puasa Ayyamul Bidh, atau puasa pada pertengahan (nisfu) bulan Hijriah seperti Syaban, adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan umat Islam setiap bulan. Di bulan Syaban, puasa ini jatuh pada tanggal 13, 14, dan 15. 

Puasa Ayyamul Bidh menjadi sebuah kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puasa ini memiliki keutamaan yang luar biasa, baik dari sisi spiritual maupun kesehatan. Puasa ini sekaligus memperoleh keutamaan puasa Nisfu Syaban.

Ayyamul Bidh, yang secara harfiah berarti "Hari-hari Putih", merujuk pada tiga hari dalam sebulan, yaitu tanggal 13, 14, dan 15 bulan Hijriah, seperti bulan Syaban. Puasa pada hari-hari ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagai amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan.

Dikutip dari buku berjudul Mengenal Ayyamul Bidh, karya Abu Ziyad, salah satu penjelasan mengenai penamaan "Ayyamul Bidh" berasal dari kisah Nabi Adam AS yang diturunkan ke bumi. Ketika tubuhnya terbakar matahari, Allah SWT memerintahkan Nabi Adam untuk berpuasa pada tiga hari ini.

Seiring dengan berjalannya waktu, tubuh Nabi Adam berubah menjadi putih kembali, yang menjadi simbol dari pembersihan jiwa dan tubuh. Selain itu, malam hari pada tanggal tersebut juga dikenal sangat terang oleh cahaya rembulan, memberikan kesan malam yang cerah, sehingga disebut sebagai "hari-hari putih" alias bulan purnama.

Hukum puasa di pertengahan bulan ini adalah sunnah muakad atau sunnah yang dikuatkan, dianjurkan untuk dikerjakan setiap bulan. Hal tersebut jelaskan dalam hadits Rasulullah seperti berikut.

"Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata bahwa" `Nabi Muhammad SAW sering berpuasa pada hari-hari yang malamnya cerah (pada pertengahn bulan), baik pada saat menetap di rumah maupun pada saat bepergian." (HR. An-Nasai melalui Hasan).

Dari Abdul Malik Ibn Qudaman ra bahwa ayahnya berkata: Rasulullah SAW biasa memerintahkan kita untuk berpuasa selaa tiga hari dengan malam yang cerah (al-ayyam al-bid), yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15 pada setiap bulan penuh (purnama)." (HR. An-Nasa`i).

Khusus Dzulhijjah yang mana tanggal 13 termasuk Hari Tasyrik yang haram digunakan berpuasa, maka menurut pendapat yang lebih kuat dalam mazhab Syafi’i dapat diganti dengan tanggal 16. Karenanya, khusus saat Dzulhijjah puasa Ayyamul Bidhdilakukan pada tanggal 14, 15 dan 16. (Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, h. 269).

Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama dan Baznas, puasa Ayyamul Bidh memiliki banyak manfaat atau hikmah, baik dari sisi spiritual maupun kesehatan. Salah satunya ialah mengikuti sunnah Rasulullah SAW, yang menjadikan puasa ini sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat ikatan spiritual.

Selain itu, puasa ini membawa pahala yang sangat besar, bahkan setara dengan puasa sepanjang tahun. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa tiga hari dalam setiap bulan akan mendapatkan pahala seperti berpuasa sebulan penuh, yang tentu menjadi ganjaran besar bagi umat Islam.

Puasa Ayyamul Bidh juga melatih kesabaran dan meningkatkan ketakwaan. Dengan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, kita diajak untuk lebih introspektif dan menjaga perilaku agar sesuai dengan ajaran Islam.

Di bulan Syaban, puasa Ayyamul Bidh menjadi kesempatan emas untuk memperbaiki diri menjelang datangnya Ramadan. Dengan menjalankan puasa ini, kita mempersiapkan diri secara spiritual, menyambut bulan suci dengan hati yang bersih.

Selain manfaat spiritual, puasa Ayyamul Bidh juga memberi dampak positif bagi kesehatan tubuh. Proses detoksifikasi yang terjadi selama berpuasa membantu membersihkan tubuh dari racun dan meningkatkan metabolisme.

Puasa ini juga memberikan efek menenangkan bagi pikiran dan emosi. Dengan menahan diri, kita belajar untuk lebih sabar, yang pada gilirannya menciptakan ketenangan batin dan stabilitas emosional.

Setelah menjalankan puasa, kita disarankan untuk menutupnya dengan doa dan rasa syukur kepada Allah SWT. Doa ini mencerminkan pengakuan atas segala nikmat dan harapan agar amal ibadah kita diterima dan diberi pahala yang berlipat ganda.

Dengan melaksanakan puasa Ayyamul Bidh di Nisfu atau pertengahan bulan Syaban, kita tidak hanya memperoleh pahala besar, tetapi juga memperbaiki diri secara keseluruhan. Sekaligus mendapatkan pahala puasa Nisfu Syaban. Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan keikhlasan untuk menjalankan amalan ini dengan penuh rasa syukur.

Wallohu`alam

KEYWORD :

Puasa Sunnah Ayyamul Bidh Bulan Syaban Hukum dan Hikmahnya Nisfu Syaban




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :