![Hari ini, 14 Februari, di Manado tak hanya dikenal sebagai Hari Kasih Sayang atau Hari Valentine, tapi juga mengingatkan pada Peristiwa Merah Putih yang terjadi pada tahun 1946](https://www.jurnas.com/images/posts/1/2025/2025-02-14/5167ecf210175a2e35a3957b28b11839_1.jpg)
Peristiwa Merah Putih di Manado - Peristiwa Sejarah 14 Februari di Indonesia (Foto: Manadopost)
Jakarta, Jurnas.com - Hari ini, 14 Februari, di Manado tak hanya dikenal sebagai Hari Kasih Sayang atau Hari Valentine, tapi juga mengingatkan pada Peristiwa Merah Putih yang terjadi pada tahun 1946. Pada tanggal yang sama, sejarah kelam dan heroik tercatat ketika pemuda dan pejuang pro-Republik Indonesia di Sulawesi Utara berjuang untuk merebut kembali kekuasaan dari tangan Belanda yang berusaha menguasai wilayah tersebut melalui NICA.
Pada 14 Februari 1946, sebuah peristiwa heroik meletus di Manado yang tidak hanya mengubah jalannya sejarah Indonesia, tetapi juga memperkuat semangat perjuangan kemerdekaan yang meluas ke seluruh tanah air. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Merah Putih di Manado.
Peristiwa Merah Putih di Manado pada 14 Februari 1946 adalah salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara. Peristiwa ini menandai perlawanan sengit rakyat Minahasa terhadap kekuasaan Belanda yang kembali menguasai wilayah tersebut melalui NICA setelah Jepang menyerah.
Sejak berita Kemerdekaan Republik Indonesia sampai di Minahasa, pemuda dan anggota KNIL pro-Republik sudah mulai melawan kekuasaan NICA. Mereka mengorganisir perlawanan dan melakukan beberapa serangan, meski banyak usaha mereka gagal karena terdeteksi oleh Belanda.
Dirangkum dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Kemendikbud dan berbagai sumber lannya, pada 14 Februari 1946, para pemuda dan pasukan KNIL yang pro-Republik melancarkan serangan besar ke Markas Militer Belanda di Teling, Manado. Serangan ini berhasil merebut gudang senjata dan membebaskan sejumlah anggota KNIL yang pro-Republik yang ditahan oleh Belanda.
Selain itu, dalam peristiwa tersebut, F. Wangko Sumanti merobek bendera Belanda, meninggalkan warna merah-putih yang kemudian dikibarkan di atas gedung markas militer Belanda sebagai simbol kemerdekaan Indonesia. Bendera Merah Putih tersebut menjadi tanda kemenangan bagi perjuangan rakyat Manado.
Serangan tersebut dilanjutkan dengan penangkapan Kapten Bloom, komandan garnisun NICA di Manado, dan Letnan Verwajen, pemimpin tangsi militer. Tidak hanya di Manado, perjuangan ini juga merambah ke Tomohon, di mana pasukan yang dipimpin oleh Sersan Frans Bisman berhasil menangkap pejabat tinggi NICA.
Peristiwa Sejarah 6 Februari di Indonesia
Pasukan Indonesia terus bergerak, dan dalam waktu singkat berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Utara, menggantikan bendera Belanda dengan Merah Putih. Dengan kejadian ini, seluruh kekuasaan sipil dan militer NICA di Sulawesi Utara berhasil direbut oleh para pejuang pro-Republik.
Berita tentang peristiwa ini segera tersebar ke seluruh dunia melalui siaran radio dan telegraf, bahkan dilaporkan oleh Radio Australia dan BBC London. Kemenangan ini membantah klaim Belanda yang menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya berlaku di Jawa dan Sumatera.
Peristiwa Merah Putih juga memperlihatkan kepada dunia internasional bahwa semangat kemerdekaan telah menyebar ke seluruh Indonesia, tak hanya terbatas di Pulau Jawa. Keberhasilan ini menjadi momen penting dalam mempercepat pengakuan internasional atas kemerdekaan Republik Indonesia.
Rakyat Manado dan Sulawesi Utara menunjukkan bahwa mereka juga turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, membuktikan bahwa perlawanan terhadap penjajahan adalah semangat yang menyatu di seluruh tanah air. Peristiwa ini juga menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pembentukan Republik Indonesia.
KEYWORD :Peristiwa Merah Putih Manado Peristiwa 14 Februari Hari Valentine Sejarah Indonesia