Sabtu, 15/02/2025 08:44 WIB

Sejarah Hari Pemberontakan PETA, Diperingati 14 Februari

Pada 14 Februari 1945, tepatnya pada pukul 03.00 WIB, pasukan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Sudanco Soeprijadi melancarkan pemberontakan besar terhadap pasukan Jepang.

Ilustrasi - Hari Pemberontakan Pembela Tanah Air, PETA (Foto: IDN Times)

Jakarta, Jurnas.com - 14 Februari diperingati sebagai Hari PETA (Pembela Tanah Air), sebuah momen penting untuk mengenang perjuangan heroik pasukan milisi yang berperan besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. PETA, yang dibentuk oleh Jepang pada 1943, menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan.

Pada 14 Februari 1945, tepatnya pada pukul 03.00 WIB, pasukan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Sudanco Soeprijadi melancarkan pemberontakan besar terhadap pasukan Jepang. Mereka menyerang kediaman para perwira militer Jepang di Hotel Sakura Blitar dengan mortir.

Aksi tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap perlakuan diskriminatif yang diterima anggota PETA dan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia akibat kebijakan Jepang. Selain serangan mortir, pasukan PETA juga menyerang markas Kempetai dan mengganti poster bertuliskan "Indonesia Akan Merdeka" dengan “Indonesia Sudah Merdeka!”.

Mereka bahkan mengibarkan bendera merah putih, yang menjadi simbol kemerdekaan, dan bertempur melawan pasukan Jepang dengan berani. Namun, upaya heroik ini tidak berlangsung lama karena bala bantuan dari pasukan Jepang di Malang dan Kediri datang untuk memadamkan pemberontakan tersebut.

Meskipun pemberontakan gagal, peristiwa 14 Februari 1945 ini meninggalkan jejak sejarah yang mendalam. Banyak anggota PETA yang ditangkap, disiksa, dan dihukum mati oleh pihak Jepang.

Di antara mereka yang ditahan, terdapat 78 orang perwira dan prajurit PETA yang kemudian dipenjara dan diadili. Enam di antaranya dijatuhi hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, sementara lainnya dipenjara atau dihukum sesuai dengan kesalahan mereka.

Namun, pemberontakan ini juga menandai semangat perlawanan yang terus menyala. Meskipun Sudanco Soeprijadi gugur dalam pertempuran dan jenazahnya tak pernah ditemukan, semangatnya menginspirasi banyak tokoh nasional dan pejuang Indonesia.

PETA menjadi dasar bagi pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan akhirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang menjadi simbol kekuatan dan perjuangan bangsa.

Keberanian pasukan PETA tetap tercatat sebagai bagian penting dari perjalanan bangsa. Sebagian besar anggota PETA yang ditangkap oleh Jepang diadili, disiksa, dan dijatuhi hukuman mati, termasuk enam orang yang dihukum mati di Ancol pada Mei 1945.

PETA tidak hanya menjadi salah satu elemen yang membentuk kekuatan militer Indonesia, tetapi juga melahirkan banyak tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Sebut saja Jenderal Besar TNI Soedirman dan Presiden Soeharto yang dulunya pernah tergabung dalam pasukan ini. Peta perjuangan mereka tidak hanya tercatat dalam sejarah, tetapi juga terus menginspirasi generasi penerus bangsa.

Hari Peringatan PETA adalah momentum untuk menghargai semangat para pahlawan yang rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan Indonesia. Peringatan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai perjuangan, serta mewarisi semangat kebangsaan yang telah ditanamkan oleh para pejuang di masa lalu.

 

KEYWORD :

Hari Pemberontakan PETA Sejarah Hari Peringatan Pembela Tanah Air




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :