Rabu, 19/02/2025 06:41 WIB

Asal Usul dan Sejarah Disyariatkannya Puasa Ramadan

Bulan Ramadan selalu menjadi momen penuh berkah yang dinanti umat Muslim di seluruh dunia. Setiap tahun, mereka menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT

Ilustrasi asal usul dan sejarah disyariatkannya puasa Ramadan (Foto: Pexels/Thridman)

Jakarta, Jurnas.com - Bulan Ramadan selalu menjadi momen penuh berkah yang dinanti umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Setiap tahun, mereka menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

Sebagai informasi, puasa Ramadan 2025 di Indonesia diperkirakan akan jatuh pada 1 Maret. Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat Ramadan pada 28 Februari, sementara Muhammadiyah telah menetapkan bahwa awal puasa Ramadan 2025 dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025.

Asal Usul dan Sejarah Disyariatkannya Puasa Ramadan

Sejak kapan puasa Ramadan diwajibkan bagi umat Islam? Mengutip laman Nahdlatul Ulama dan Baznas, puasa mulai diwajibkan pada tahun kedua setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah, tepatnya pada bulan Sya`ban tahun ke-2 Hijriah. Sebelumnya, umat Islam berpuasa pada 10 Muharram atau Hari Asyura untuk memperingati penyelamatan Nabi Musa dan kaumnya dari Firaun.

Namun, setelah hijrah ke Madinah, Allah SWT menurunkan wahyu yang mewajibkan puasa selama bulan Ramadan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183:

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Dengan diturunkannya wahyu ini, umat Islam mulai menjalankan puasa pada bulan Ramadan setiap tahun, sebagai bagian dari rukun Islam yang ketiga. Puasa ini bukan hanya menahan makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala hawa nafsu mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Perubahan dan Penyempurnaan Syariat Puasa Ramadan

Sejarah puasa Ramadan juga mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Pada awalnya, umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan berhubungan suami istri setelah berbuka hingga shalat Isya dan tidur. Namun, aturan ini dirasa terlalu berat sehingga banyak yang melanggarnya. Untuk itu, Allah SWT menurunkan wahyu dalam QS. Al-Baqarah ayat 187 yang menyatakan bahwa umat Islam diperbolehkan makan, minum, dan berhubungan intim sepanjang malam bulan puasa hingga terbit fajar.

Hal ini tentu disambut gembira oleh umat Islam pada saat itu, sebagai tanda kasih sayang Allah yang memudahkan mereka dalam menjalankan ibadah puasa. Puasa yang diwajibkan selama sebulan penuh ini bukan hanya sekadar menahan diri dari hal-hal fisik, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam membentuk ketakwaan.

Makna Puasa Ramadan

Puasa Ramadan bukan sekadar ritual ibadah yang bersifat fisik, namun juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Sebagaimana disampaikan dalam hadits Nabi Muhammad SAW, puasa adalah ibadah yang sangat istimewa karena hanya Allah SWT yang akan memberikan ganjaran langsung kepada orang yang berpuasa.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Puasa Ramadan juga memiliki tujuan untuk mencapai ketakwaan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183. Dengan berpuasa, umat Islam diharapkan dapat mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri dalam beribadah dan bermasyarakat.

Wallohu`alam

KEYWORD :

Puasa Ramadan Sejarah puasa Ramadan Bulan Ramadan sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :