
Dirjen Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika (Foto: Ist/Humas Kemenperin)
Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyiapkan lima strategi jitu untuk meningkatkan pertumbuhan industri furnitur di tengah tantangan global. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, selama industri furnitur memainkan peranan penting dalam perekonomian nasional.
"Pada tahun 2024, industri furnitur memberikan kontribusi sebesar 1,15 persen terhadap PDB non-migas," kata Dirjen Putu dalam Rakernas Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) di Jakarta, pada Rabu (19/2).
Pada 2024, industri furnitur mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Capaian positif ini turut mendongkrak pertumbuhan sektor industri agro yang menyentuh angka 5,20 persen. Industri agro mampu memberikan andil hingga 51,81 persen terhadap PDB industri pengolahan non-migas.
"Sementara itu, untuk nilai ekspor furnitur (HS 9401-9403) pada periode Januari-November 2024 tercatat sebesar USD1,47 miliar atau meningkat sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023," ujar Putu.
Menurut dia, nilai ekspor furnitur diproyeksi dapat semakin meningkat. Hal ini berdasarkan data Expert Market Research, yang menyebutkan nilai pasar furnitur global pada 2024 sebesar USD660 miliar, dan diproyeksikan tumbuh 4,9 persen selama periode 2025 hingga 2034.
"Meski demikian, industri furnitur Indonesia saat ini menghadapi tantangan terutama akibat kondisi geopolitik yang menyebabkan terhambatnya logistik pengiriman ekspor," ujar Putu.
Tantangan lainnya, yakni isu kebijakan kelestarian lingkungan di negara tujuan ekspor, misalnya The European Union Deforestation Regulation (EUDR) serta meningkatnya impor furnitur, terutama furnitur logam dan plastik menjadi pesaing bagi industri furnitur berbasis kayu untuk berkembang.
Adapun lima strategi yang disiapkan Kemenperin yakni memfasilitasi ketersediaan bahan baku, memfasilitasi ketersediaan SDM terampil, memfasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk, serta memfasilitasi iklim usaha kondusif dan peningkatan investasi.
"Terkait dengan strategi pertama, yaitu fasilitasi ketersediaan bahan baku, Kemenperin akan melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk meningkatkan penyediaan akses sehingga tercapai pola rantai pasok bahan baku furnitur ideal melalui fasilitasi Pusat Logistik Bahan Baku Industri Furnitur," kata Putu.
Mengenai fasilitasi ketersediaan SDM terampil, Kemenperin telah mendirikan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, yang memiliki tiga program studi, yaitu Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur.
"Keberadaan Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal ini dapat menghasilkan SDM furnitur dan pengolahan kayu yang terampil, siap pakai, dan berdaya saing," dia menambahkan.
Selanjutnya, dalam rangka fasilitasi peningkatan pasar dan penguatan riset referensi pasar, Kemenperin telah memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri dalam pameran furnitur internasional. Pada 2024, Kemenperin memfasilitasi enam perusahaan furnitur kolaborator Program Pengembangan Konsep Desain Industri Furnitur pada pameran furnitur internasional Index Plus New Delhi di India. Sejumlah produk furnitur Indonesia disambut antusias oleh para konsumen India.
Strategi keempat ialah menjalankan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Pengolahan Kayu yang telah berlangsung selama tiga tahun sejak 2022 untuk memfasilitasi peningkatan produktivitas, kapasitas, dan kualitas produk. Sebanyak 33 perusahaan industri pengolahan kayu (termasuk furnitur kayu) telah terfasilitasi, dengan total nilai reimburse sebesar Rp20,6 miliar.
"Kemenperin juga melaksanakan program pengembangan konsep desain furnitur, berupa workshop kolaborasi antara desainer furnitur dengan pelaku industri. Kemudian untuk meningkatkan kualitas produk dilakukan penerapan SNI," ujar dia.
Sementara untuk menciptakan iklim berusaha yang kondusif bagi pelaku industri furnitur, pemerintah memberi fasilitas insentif perpajakan (tax allowance, tax holiday, super deduction tax), preferensi tarif, ketentuan lartas, serta kemudahan prosedur ekspor produk jadi dan impor bahan baku atau bahan penolong.
"Selain terus meningkatkan pasar ekspor, pelaku industri furnitur juga diharapkan agar tidak meninggalkan pasar dalam negeri. Dengan inovasi-inovasi produksi yang lebih efisien maka konsumen dalam negeri juga akan dapat menikmati produk furnitur berkualitas karya anak bangsa," kata Putu.
Putu mengatakan, meningkatnya kesadaran lingkungan dari konsumen diharapkan dapat memacu pelaku industri untuk terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam produksi sehingga bisa lebih efisien, bersumber dari bahan baku lestari, ramah lingkungan, menerapkan konsep circular economy, berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, serta dapat menghasilkan produk berbasis eco-design.
KEYWORD :Kemenperin Industri Furnitur Ditjen Agro Kementerian Perindustrian