
Potret para Kepala Daerah mengikuti rangkaian retreat yang diadakan di Akademi Militer (Akmil), Magelang (Foto: Humas Gowa)
Jakarta, Jurnas.com - Setelah dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025, 505 kepala daerah hasil Pilkada Serentak 2024 `dianjurkan` untuk menjalani retreat yang diadakan di Akademi Militer (Akmil), Magelang. Agenda ini berlangsung dari 21 hingga 28 Februari 2025, dan dirancang sebagai pembekalan intensif sebelum mereka memulai tugas pemerintahan mereka.
Meskipun agenda ini tampak penting, belakangan ini sempat menjadi sorotan ketika Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, meminta seluruh kepala daerah dari partainya untuk menunda mengikuti retreat atau retret akibat kontroversi penahanan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, oleh KPK.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "retreat" ini? Mengapa para kepala daerah harus mengikutinya? Dan apa tujuan serta asal-usul dari kegiatan ini? Berikut ini penjelasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Apa Itu Retreat?
Secara sederhana, retreat merujuk pada kegiatan yang dilakukan dengan cara "menarik diri" untuk menjauh dari rutinitas sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ini dicantumkan dengan kata `retret` yang berarti menarik diri sejenak atau khalwat (dalam konteks Kristen) dengan memisahkan diri dari dunia ramai untuk mencari ketenagan batin.
Adapun dalam bahasa Inggris, dikutip dari Dictionari Cambridge kata "retreat" bisa merujuk pada pengunduran diri, baik secara fisik maupun mental, dalam rangka mencari ketenangan atau menghindari konflik.
Namun, konsep retreat yang dilakukan oleh kepala daerah di Magelang memiliki makna yang berbeda. Di sini, retreat lebih mengacu pada pembekalan dan orientasi yang bertujuan memperkuat kesiapan para pemimpin dalam menjalankan tugasnya, baik dari sisi pemahaman pemerintahan maupun pengembangan diri.
Dalam banyak hal, retret bukan hanya sebuah pertemuan formal, melainkan sebuah kesempatan untuk membangun solidaritas, memperkuat ikatan antar peserta, dan memperdalam visi serta strategi kepemimpinan.
Asal-Usul Retreat
Praktik retreat bukanlah hal yang baru, dan sejarahnya cukup panjang. Secara tradisional, retreat lebih dikenal dalam konteks spiritual. Dalam banyak agama, retret digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan atau mencapai pencerahan.
Dalam tradisi Kristen, misalnya, retret sering dilakukan di biara-biara atau tempat suci untuk bermeditasi dan merenung. Di agama Buddha, para biksu melakukan meditasi dalam retret untuk mencapai kedamaian batin. Sementara itu, dalam Hindu, praktik retreat banyak dijalankan oleh para yogi untuk mencapai kesadaran lebih tinggi.
Namun, sejak abad ke-20, konsep retreat berkembang ke luar ranah spiritual. Banyak orang yang merasa lelah dengan kehidupan sehari-hari mencari kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan energi.
Maka, retreat mulai dikenal dalam konteks psikologi dan pengembangan diri. Kegiatan ini, yang dulunya hanya berlaku untuk kelompok agama, kini juga diterapkan oleh perusahaan untuk memperkuat tim mereka atau untuk meningkatkan kesejahteraan mental karyawan.
Retreat dalam Konteks Pemerintahan
Dalam konteks ini, retret kepala daerah di Magelang merupakan bentuk pengembangan diri dalam konteks kepemimpinan pemerintahan. Kegiatan ini berfungsi sebagai sarana untuk memberi pemahaman dan memperdalam keterampilan dalam mengelola pemerintahan.
Selain itu, retret juga memberikan kesempatan bagi para kepala daerah untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan rekan sejawatnya dan dengan pemerintah pusat.
Melalui pembekalan yang diberikan, para kepala daerah diharapkan dapat memimpin daerah mereka dengan lebih baik, menjamin keberlanjutan pembangunan, dan menjaga transparansi serta akuntabilitas dalam pemerintahan. Sehingga, meskipun sempat ada kontroversi terkait pelaksanaan retret ini, agendanya tetap penting untuk memperkuat kualitas kepemimpinan di tingkat daerah.
Tujuan Retret Kepala Daerah
Retret yang diadakan di Akmil Magelang disebut-sebut tidak sekadar agenda seremonial. Tujuan utamanya ialah untuk memastikan bahwa para kepala daerah memiliki pemahaman yang kuat mengenai pemerintahan, pembangunan daerah, dan tata kelola yang baik.
Dengan durasi yang cukup lama—selama seminggu—retret ini berisi berbagai pembekalan intensif yang akan membantu para kepala daerah memahami visi kepemimpinan nasional, membangun sinergi dengan pemerintah pusat, serta mempererat koordinasi antar wilayah.
Lebih dari itu, retret ini juga dirancang untuk meningkatkan moral dan membangun jaringan antar kepala daerah. Diharapkan, setelah mengikuti retret, para kepala daerah akan lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada di daerah masing-masing dan dapat menjalankan tugas dengan lebih efektif.
Retret gelombang kedua juga sempat mengemuka, bakal diselenggarakan bagi kepala daerah lainnya yang belum mengikuti agenda ini setelah proses pelantikan selesai. (*)
KEYWORD :
Retreat Kepala Daerah Megawati Soekarnoputri Retret PDIP