
Anggota Komisi I DPR Fraksi PAN, Okta Kumala Dewi. (Foto: Parlementaria)
Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi I DPR RI Okta Kumala Dewi menyesalkan terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh oknum TNI di Markas Polres Tarakan pada Senin, 24 Februari 2025. Apalagi, insiden itu mengakibatkan kerusakan pada tujuh titik di Mako Polres Tarakan dan beberapa anggota Polres Tarakan mengalami luka-luka.
Politikus PAN ini menilai, kekerasan yang dilakukan oleh oknum TNI tersebut adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dan dapat memperburuk citra institusi militer.
"Ini bukan pertama kalinya kita mendengar adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh oknum TNI. Sayangnya, kejadian serupa telah terjadi beberapa kali tahun ini. Hal ini menunjukkan adanya masalah terkait dengan profesionalisme prajurit, yang seharusnya menjadi landasan utama bagi setiap anggota TNI dalam menjalankan tugasnya," kata Okta dalam keterangannya, Jakarta, Rabu (26/2).
Menurut informasi yang beredar, penyerangan di Mako Polres Tarakan dipicu oleh sebuah perkelahian antara oknum anggota Polri dan TNI di sebuah kafe di Tarakan sebelum kejadian.
Perkelahian ini kemudian memanas dan berujung pada penyerangan oleh sejumlah oknum TNI yang membawa senjata tajam dan senjata api laras pendek, serta merusak fasilitas di markas polisi.
Insiden ini mengakibatkan tujuh titik kerusakan di Mako Polres Tarakan dan beberapa anggota kepolisian mengalami luka-luka. Okta juga memberikan saran terkait langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Menurut dia, mengadakan jam komandan yang menjadi sarana penting untuk membangun komunikasi dua arah antara pimpinan dan bawahan.
Hal ini akan memberikan kesempatan bagi pimpinan untuk mengetahui secara langsung persoalan yang dihadapi oleh prajurit serta mengambil langkah-langkah yang tepat sebagai solusi.
"Jam komandan merupakan sarana yang sangat penting dalam pembinaan mental dan kejuangan prajurit. Melalui waktu ini, seorang pimpinan bisa memberikan arahan yang tegas sekaligus menjaga moral prajurit tetap tinggi, serta memastikan bahwa setiap prajurit TNI selalu profesional dan mematuhi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI," ucap dia.
Selain itu, Okta menekankan betapa pentingnya bagi setiap prajurit TNI untuk senantiasa menjunjung tinggi 8 Wajib TNI, yang merupakan pedoman dasar dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
Berikut 8 Wajib TNI itu adalah;
1. Bersikap Ramah Tamah Terhadap Rakyat.
2. Bersikap Sopan Santun Terhadap Rakyat.
3. Menjunjung Tinggi Kehormatan Wanita.
4. Menjaga Kehormatan Diri Di Muka Umum.
5. Senantiasa Menjadi Contoh Dalam Sikap Dan Kesederhanaannya.
6. Tidak Sekali-Kali Merugikan Rakyat.
7. Tidak Sekali-Kali Menakuti Dan Menyakiti Hati Rakyat.
8. Menjadi Contoh Dan Mempelopori Usaha-Usaha Untuk Mengatasi Kesulitan Rakyat Sekelilingnya.
"Prajurit TNI harus selalu menjaga komitmen untuk mematuhi 8 Wajib TNI ini, karena dengan demikian mereka dapat memastikan bahwa tugas dan tanggung jawab mereka dijalankan dengan penuh disiplin, profesionalisme, dan rasa hormat terhadap rakyat. Hal ini sangat penting untuk menjaga citra TNI di mata masyarakat serta mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan," kata Okta.
Dia juga mengingatkan, tindakan kekerasan seperti yang terjadi di Tarakan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia meminta agar oknum-oknum TNI yang terlibat dalam tindak kekerasan tersebut ditindak tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku.
"Tindakan kekerasan oleh oknum TNI tidak hanya merusak citra TNI, tetapi juga dapat merusak hubungan baik dengan Polri dan masyarakat. Oleh karena itu, saya mendesak agar tindakan tegas diambil terhadap mereka yang terlibat dalam insiden ini untuk memberikan efek jera dan memastikan bahwa hal serupa tidak terulang lagi," ucapnya.
Terakhir, Okta berharap insiden ini tidak merusak solidaritas yang telah terjalin antara TNI dan Polri. Dia mengingatkan bahwa bulan lalu Presiden Prabowo Subianto dalam Rapim TNI-Polri menegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu negara tercermin dari bagaimana kedua institusi ini menjalankan tugasnya.
Okta berharap kejadian ini bisa diselesaikan dengan baik dan tidak mempengaruhi soliditas TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
"Semoga masalah ini dapat diselesaikan dengan bijak dan tidak merusak hubungan baik yang sudah terjalin antara TNI dan Polri," kata dia.
KEYWORD :
Warta DPR Komisi I Okta Kumala Dewi Jam Komandan PAN Polres Tarakan