
Ilustrasi seorang perempuan sedang mempersiapkan makanan untuk buka puasa Ramadan (Foto: Pexels/Thridman)
Jakarta, Jurnas.com - Umat Muslim di seluruh dunia kini tengah memasuki bulan Ramadan, bulan penuh berkah yang merupakan momen istimewa untuk beribadah dan meningkatkan kualitas diri. Salah satu amalan utama aau diwajibkan pada bulan ini adalah berpuasa.
Puasa telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan banyak orang, baik sebagai ritual keagamaan, disiplin diri, maupun sebagai pilihan untuk meningkatkan kesehatan.
Namun, meskipun banyak yang menjalani puasa, tak banyak yang tahu betul apa yang terjadi di dalam tubuh kita saat kita berpuasa. Apa manfaatnya? Bagaimana tubuh merespons perubahan pola makan ini?
Berikut ini adalah proses biologis dan manfaat kesehatan yang terkait dengan puasa, berdasarkan penjelasan ilmiah terkini yang dikutip dari Zeo.
Puasa dan Proses Biologis dalam Tubuh
Secara sederhana, puasa merujuk pada periode tidak mengonsumsi makanan dalam jangka waktu tertentu. Namun, apa yang sebenarnya terjadi dalam tubuh saat tidak makan?
Perubahan Metabolisme
Pada awal puasa, tubuh akan mengandalkan glukosa yang disimpan dalam bentuk glikogen untuk energi. Namun, setelah beberapa jam berpuasa, tubuh mulai beralih ke sumber energi alternatif, yaitu lemak. Proses ini dikenal sebagai ketosis, di mana tubuh membakar lemak sebagai energi utama. Inilah mengapa puasa intermiten sering dijadikan sebagai strategi untuk menurunkan berat badan.
Peningkatan Autophagy
Selama berpuasa, tubuh menjalankan proses yang disebut autophagy, yang merupakan mekanisme pembersihan sel. Proses ini membantu tubuh membuang sel-sel yang rusak dan memperbaiki jaringan tubuh. Selain mendukung pemulihan tubuh, autophagy juga berperan dalam melawan stres dan penyakit.
Awas! Gosip Bisa Merusak Pahala Puasa Ramadan
Kesehatan Usus yang Lebih Baik
Puasa juga memberi kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beristirahat. Aktivitas di dalam usus melambat, memungkinkan mikrobiota usus melakukan perbaikan pada lapisan usus. Penelitian menunjukkan bahwa dengan memperpanjang periode puasa, penghalang usus dapat diperkuat, yang berkontribusi pada kesehatan pencernaan yang lebih baik.
Jenis Puasa dan Pola Makan yang Berbeda
Puasa dapat dibagi menjadi dua jenis utama: puasa intermiten dan puasa berkepanjangan.
-
Puasa Intermiten (Intermittent Fasting)
Puasa intermiten melibatkan pola makan yang bergantian antara periode makan dan berpuasa. Salah satu metode yang populer adalah time-restricted eating, yang membatasi waktu makan dalam sehari. Misalnya, makan dalam jangka waktu 10-12 jam dan berpuasa selama sisanya. Metode ini tidak memerlukan perubahan jenis makanan, hanya pengaturan waktu makan. -
Puasa Berkepanjangan (Prolonged Fasting)
Puasa berkepanjangan dilakukan dalam jangka waktu lebih lama, sering kali lebih dari 24 jam. Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk tujuan detoksifikasi tubuh atau untuk mencapai manfaat kesehatan tertentu. Namun, puasa berkepanjangan perlu dilakukan dengan pengawasan medis.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa puasa intermiten memberikan berbagai manfaat kesehatan. Salah satu studi menarik yang melibatkan 150 pemadam kebakaran yang bekerja dalam sistem shift menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti pola makan 14/10 (makan antara pukul 9 pagi hingga 7 malam) selama tiga bulan melaporkan peningkatan kesehatan secara keseluruhan, termasuk lebih banyak energi dan perbaikan mood.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu mengontrol kadar gula darah, memperbaiki kolesterol, serta mendukung kesehatan jantung. Bahkan, puasa intermiten diketahui dapat meningkatkan fungsi otak, terutama pada usia lanjut, dan dapat membantu mengurangi gejala kecemasan serta depresi.
Manfaat Puasa untuk Kesehatan Mental
Puasa tidak hanya bermanfaat bagi tubuh, tetapi juga dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental. Salah satu mekanisme yang terlibat adalah peningkatan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang berperan dalam pembentukan sel-sel otak baru.
Hal ini dapat memperlambat proses penuaan otak dan mendukung fungsi kognitif yang lebih baik. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa puasa dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi, menunjukkan manfaat psikologis yang signifikan.
Jadi, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar, tetapi melibatkan serangkaian perubahan biologis yang mendalam dalam tubuh. Dari peningkatan metabolisme dan kesehatan usus, hingga manfaat jangka panjang untuk kesehatan mental, puasa menawarkan berbagai keuntungan yang dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
KEYWORD :
Puasa Tubuh Proses Biologis Penjelasan Ilmiah