Senin, 03/03/2025 23:23 WIB

Peristiwa Tiga Maret, Pemberontakan di Sumbar saat Indonesia Baru Merdeka

Peristiwa Tiga Maret (Pemberontakan di Sumatera Barat) menjadi salah satu episode penting yang mengguncang stabilitas politik Indonesia pada masa awal kemerdekaan

Ilustrasi - Peristiwa Tiga Maret, Pemberontakan di Sumbar pada Awal Kemerdekaan Indonesia (Foto: Indozone Fadami)

Jakarta, Jurnas.com - Peristiwa Tiga Maret (Pemberontakan di Sumatera Barat) menjadi salah satu episode penting yang mengguncang stabilitas politik Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Peristiwa yang terjadi pada 3 Maret 1947 ini merupakan upaya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok militan Islam di Sumatera Barat terhadap pemerintahan Republik Indonesia.

Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang dinilai terlalu kompromistis dengan Belanda, serta ketegangan politik yang semakin meningkat di daerah tersebut. Berikut ini ulasan mengenai peristiwa tersebut yang dirangkum dari berbagai sumber.

Tujuan utama dari pemberontakan ini adalah merebut kekuasaan dari pemerintah Republik Indonesia dan menculik dua tokoh penting, yaitu Muhammad Rasjid, kepala pemerintahan saat itu, serta Komandan Militer Ismail Lengah.

Awal Mula Peristiwa Pemberontakan di Sumbar

Pemberontakan ini bukanlah sekadar ledakan kekerasan tanpa sebab. Di baliknya, terdapat ketegangan mendalam antara pihak yang menginginkan Indonesia yang lebih radikal dan yang cenderung kompromistis dalam menghadapi Belanda. Pemilihan umum lokal pada pertengahan 1946 menunjukkan dominasi para kandidat yang menentang kerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda, termasuk tokoh-tokoh dari Partai Masyumi, yang sebagian besar menguasai pemerintahan desa lokal.

Di sisi lain, perjanjian Linggarjati yang ditandatangani pada November 1946, semakin memperburuk ketidakpuasan di Sumatera Barat. Salah satunya adalah keputusan yang memerintahkan penarikan unit tentara Indonesia dari Kota Padang, yang dianggap sebagai langkah mundur oleh sebagian besar penduduk setempat.

Peristiwa Tiga Maret, Pemberontakan di Sumbar

Pada dini hari 3 Maret 1947, milisi Hizbullah yang datang dari berbagai wilayah seperti Solok, Padang Panjang, dan Payakumbuh bergerak menuju Bukittinggi, pusat pemerintahan Keresidenan Sumatera Barat. Rencananya adalah merebut kekuasaan dari pemerintah Republik Indonesia dan menculik pemimpin lokal seperti Rasyid dan Ismail Lengah. Namun, berkat informasi yang didapat sebelumnya, para pemimpin militer Republik telah siap dengan strategi untuk menghadapi pemberontakan tersebut.

Dengan kebijakan minimalisasi kekerasan, pertempuran yang terjadi di Bukittinggi pun berlangsung singkat. Pasukan Hizbullah berhasil dicegat dan dikepung sebelum bisa mencapai pusat kota. Setelah beberapa jam perlawanan yang tidak berarti, milisi tersebut akhirnya menyerah. Meskipun ada beberapa pemberontak yang mencoba melarikan diri dengan menyatu dengan warga sipil, mereka tidak dikejar. Di luar Bukittinggi, beberapa pejabat sipil seperti Eny Karim sempat ditangkap, namun para pemimpin pemberontakan utama berhasil ditangkap keesokan harinya.

Dampak dan Akhir Pemberontakan di Sumbar

Setelah pemberontakan gagal, para pemimpin militan yang terlibat ditangkap dan dipenjarakan. Beberapa di antaranya dibebaskan beberapa hari kemudian, setelah mendapat pembebasan dengan membawa uang dan pakaian. Meski gagal, peristiwa ini memiliki dampak besar terhadap dinamika politik di Sumatera Barat.

Hamka, seorang ulama terkemuka, turut mengambil peran sebagai pembela para terdakwa dalam persidangan yang berlangsung. Di sisi lain, pemimpin Partai Masyumi, Mohammad Natsir, yang berasal dari Sumatera Barat, memimpin delegasi untuk menyelidiki insiden ini dan memastikan bahwa partainya tidak terlibat langsung dalam pemberontakan tersebut.

Sebagai akibat dari Peristiwa Tiga Maret, pemerintah pusat Indonesia mulai menyesuaikan pendekatannya terhadap wilayah Sumatera Barat. Salah satunya adalah keputusan untuk memasukkan milisi Islam ke dalam struktur komando militer Republik, yang menjadi bagian dari upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut.

Pembelajaran dari Peristiwa Tiga Maret

Peristiwa Tiga Maret menjadi pengingat tentang betapa dalamnya perbedaan ideologi dan ketegangan yang muncul pada awal kemerdekaan Indonesia. Walaupun pemberontakan ini gagal, dampaknya sangat besar dalam menentukan kebijakan pemerintah terhadap Sumatera Barat, yang selama masa awal kemerdekaan Republik Indonesia menunjukkan kecenderungan untuk lebih tegas dan radikal.

Peristiwa ini mengajarkan kita bahwa sejarah bukan hanya tentang kemenangan atau kekalahan, tetapi juga tentang bagaimana setiap peristiwa mengubah arah dan keputusan-keputusan penting di masa depan.

KEYWORD :

Peristiwa Tiga Maret Pemberontakan di Sumbar Sejarah Indonesia 3 Maret sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :