Senin, 03/03/2025 23:53 WIB

Kisah Sahabat Nabi Muhammad yang Pingsan Waktu Puasa Ramadan

Kisah Sahabat Nabi Muhammad yang Pingsan Waktu Puasa Ramadan

Ilusrasi - Kisah Qais bin Shirmah, sahabat Nabi Muhammad SAW yang pingsan waktu Puasa Ramadan perama kalinya (Foto: Islami)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam perjalanan sejarah umat Islam, terdapat banyak kisah teladan dari sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang tak hanya menggugah, tetapi juga penuh dengan hikmah. Salah satu di antaranya adalah kisah Qais bin Shirmah, seorang sahabat yang menunjukkan betapa tinggi ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT meski dalam keadaan yang sulit.

Kisah ini bukan hanya tentang ujian fisik, namun juga mencerminkan kebijaksanaan Allah dalam memahami kesulitan hamba-Nya. Qais bin Shirmah, seorang sahabat Nabi yang berasal dari kaum Anshar, bekerja sebagai tukang kebun di kebun kurma.

Meski pekerjaannya sangat berat, Qais tidak pernah mengabaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim, termasuk menjalankan puasa Ramadan. Pada masa itu, kewajiban berpuasa baru saja diperintahkan kepada umat Islam, dan aturan yang jelas tentang bagaimana menjalani puasa, seperti sahur, belum sepenuhnya ditetapkan.

Pada suatu hari, Qais mengalami sebuah kejadian yang menjadi titik balik dalam tata cara puasa yang kita kenal sekarang. Di tengah keletihan bekerja, ia jatuh pingsan karena tidak sempat makan sahur dan menghabiskan waktu berpuasa dengan perut kosong. Meski demikian, Qais tetap berpuasa tanpa mengeluh dan melanjutkan pekerjaannya dengan penuh semangat.

Kisah ini dimulai saat Qais pulang ke rumah setelah seharian bekerja di kebun kurma. Dengan perut kosong dan tubuh lelah, ia bertanya pada istrinya, “Apakah kau punya makanan untuk berbuka?” Istrinya menjawab dengan jujur, “Tidak, tetapi aku akan mencarikannya untukmu.” Dengan perasaan sabar, sang istri pun pergi untuk mencari makanan.

Namun, karena keletihan yang luar biasa, Qais tertidur sebelum sempat menikmati hidangan berbuka. Saat istrinya kembali dengan makanan, dia mendapati suaminya yang sudah tertidur. Tak tega membangunkannya, sang istri memilih untuk menunggu.

Keesokan harinya, meskipun belum makan apapun setelah sahur kemarin, Qais kembali bekerja seperti biasa. Namun, di tengah hari yang panas, tubuhnya tidak sanggup lagi menahan kelelahan dan ia pun jatuh pingsan.

Kejadian tersebut sampai ke telinga Nabi Muhammad SAW, dan sebagai reaksi atas kejadian tersebut, Allah SWT menurunkan wahyu yang mengatur tata cara puasa dengan lebih jelas. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 187, Allah menjelaskan tentang pentingnya sahur dan memberi batasan yang jelas mengenai waktu puasa.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa umat Islam boleh makan dan minum hingga waktu subuh (fajar), serta di malam hari sebelum berbuka. Begitu pula dengan berhubungan suami istri yang sebelumnya terbatas, sekarang diatur dengan lebih jelas.

Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah, ayat 187:

"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu, yaitu perbedaan antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 187)

Dari kisah Qais bin Shirmah, kita dapat mengambil banyak pelajaran, terutama tentang ketekunan dalam menjalankan ibadah meski dalam keadaan yang sangat sulit. Qais menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah SWT tidak tergantung pada kenyamanan duniawi. Bahkan dalam keletihan yang luar biasa, ia tetap berusaha menjalankan perintah-Nya dengan penuh kesabaran.

Kisah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara fisik dan ibadah. Allah SWT, dalam kebijaksanaannya, mengerti betul kondisi umat-Nya. Sehingga, meskipun awalnya umat Islam belum diberi petunjuk lengkap tentang waktu sahur dan batasan puasa, Allah memberikan petunjuk yang jelas melalui wahyu-Nya. Dengan demikian, kita dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih baik dan tepat sesuai dengan ketentuan-Nya.

Pelajaran terbesar yang bisa kita ambil dari kisah Qais bin Shirmah adalah tentang pentingnya keikhlasan dan keteguhan dalam beribadah. Sebagaimana Qais yang tetap berpuasa meski menghadapi kesulitan, kita pun diharapkan untuk terus berusaha menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya, tanpa mengeluh atas segala kesulitan yang mungkin datang.

Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, termasuk kenikmatan makan dan minum yang kita nikmati saat sahur dan berbuka. Dalam menjalani ibadah puasa, mari kita jaga hati dan niat kita agar tetap tulus, dan semoga kita selalu diberi kekuatan untuk menjalani segala ujian dengan sabar dan tawakal.

Wallahu A`lam.

Sumber: Kemenag, Haibunda

KEYWORD :

Kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW Puasa Ramadan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :