
Ilustrasi - Sahur, makan sebelum fajar tiba (Foto: Baznas)
Jakarta, Jurnas.com - Puasa merupakan ibadah yang penuh makna bagi umat Islam. Selain menahan lapar dan dahaga, puasa juga mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan rasa syukur. Salah satu momen penting dalam ibadah puasa adalah sahur, makan sebelum fajar tiba.
Namun, tahukah Anda bagaimana asal-usul sahur dan bagaimana sahabat Nabi Muhammad SAW, Qais bin Shirmah, menjadi salah satu teladan yang menginspirasi aturan sahur hingga saat ini? Berikut ini penjelasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Kisah Qais bin Shirmah, Teladan Kesabaran dalam Berpuasa
Qais bin Shirmah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari kaum Anshar, dikenal sebagai sosok yang sangat taat beribadah. Ia bekerja keras sebagai tukang kebun kurma, tetapi meskipun beban pekerjaannya berat, ia tidak pernah mengabaikan ibadah puasa. Namun, sebuah peristiwa yang dialami Qais bin Shirmah menjadi titik penting dalam sejarah puasa dalam Islam.
Suatu ketika, pada bulan Ramadan, Qais bin Shirmah pulang setelah bekerja seharian penuh. Ketika tiba di rumah, ia bertanya kepada istrinya, “Apakah ada makanan?” Istrinya menjawab, “Tidak ada, tetapi aku akan mencarikannya untukmu.” Namun, karena kelelahan, Qais jatuh tertidur tanpa sempat makan sahur.
Pada pagi harinya, Qais tetap berpuasa meski belum makan atau minum apapun sejak malam sebelumnya. Saat ia bekerja kembali di kebun, tubuhnya yang lelah tak sanggup menahan keletihan, dan ia pun jatuh pingsan. Kejadian ini segera sampai ke telinga Rasulullah SAW. Melihat kondisi Qais yang demikian, Allah SWT menurunkan wahyu yang mengatur aturan sahur yang lebih jelas.
Pentingnya Sahur dalam Puasa
Kisah Qais bin Shirmah menjadi cikal bakal turunnya firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 187, yang mengatur tata cara puasa dan pentingnya sahur. Firman tersebut menjelaskan bahwa umat Islam diizinkan untuk makan dan minum hingga jelas terlihat perbedaan antara benang putih dan benang hitam, yang menandakan fajar.
Artinya:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." (QS Al-Baqarah: 187)
Ayat ini di antaranya memberi petunjuk kepada umat Islam untuk tidak hanya berpuasa dari makan dan minum, tetapi juga menjadikan sahur sebagai bagian penting dalam ibadah puasa.
Bukan hanya soal mengisi perut, sahur juga memiliki nilai spiritual. Dari kisah Qais bin Shirmah, kita belajar bahwa sahur memiliki peran penting dalam menjaga kekuatan tubuh untuk beribadah.
Rasulullah SAW sendiri menegaskan pentingnya sahur, bahkan dalam sebuah hadis beliau bersabda, "Bersahurlah kalian, karena dalam sahur terdapat berkah." (HR. Bukhari dan Muslim). Sahur membantu umat Islam untuk tetap kuat dalam menjalankan ibadah puasa, serta mengingatkan kita untuk tidak melupakan nikmat-Nya.
Selain itu, sahur juga menjadi waktu yang penuh berkah, karena Allah SWT menurunkan rahmat-Nya di waktu-waktu tertentu, termasuk saat sahur. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk tidak melewatkan waktu sahur, meskipun hanya dengan seteguk air atau sejumput kurma.
Dalam sejarah awal puasa, belum ada aturan yang jelas tentang waktu makan dan minum yang diizinkan selama berpuasa. Banyak sahabat Nabi yang, seperti Qais bin Shirmah, tertidur dan melewatkan sahur, sehingga berpuasa dalam keadaan sangat lelah dan kelaparan. Dengan turunnya wahyu Allah SWT, umat Islam diberikan batasan yang lebih jelas mengenai waktu sahur dan waktu berbuka, membuat ibadah puasa menjadi lebih mudah dijalankan.
Kisah Qais bin Shirmah mengajarkan kita tentang keteguhan iman dan ketaatan pada perintah Allah SWT, bahkan dalam kondisi yang sangat sulit sekalipun. Dari kisah ini juga kita belajar bahwa Allah SWT sangat memahami kondisi umat-Nya dan selalu memberikan jalan keluar untuk setiap kesulitan.
KEYWORD :Asal Usul Sahur Sejarah Sahur Kisah Qais bin Shirmah Hikmah Sahur