
Ilustrasi - Tokoh adat akan melakukan tradisi sasi atau memberlakukan larangan adat di Maluku (Foto: Menaraglobal)
Jakarta, Jurnas.com - Sasi—sebuah tradisi adat yang sudah mengakar kuat di Maluku—bukan hanya soal larangan mengambil hasil alam. Lebih dari itu, sasi merupakan bentuk kearifan lokal yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam, memastikan keseimbangan ekosistem, dan mengatur pemanfaatan sumber daya alam.
Beberapa tahun belakangan ini, tepatnya pada April 2021 lalu, tradisi sasi sempat hendak diterapkan di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, untuk menghentikan aktivitas tambang emas ilegal. Waktu iu, Raja Petuanan Kayeli, Abdullah Wael, bersama tokoh adat lainnya bertemu dengan pihak kepolisian untuk memastikan pelaksanaan sasi di Gunung Botak. Pemasangan sasi ini diharapkan dapat mengembalikan keharmonisan alam dan mencegah kerusakan lebih lanjut di area tersebut.
Lantas apa itu tradisi sasi? Bagaimana asal usul dan sejarah tradisi sasi? Apa tujuan penerapannya? Berikut ini adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Pekan Ini, IHSG Menguat 5,83 Persen
Apa Itu Sasi?
Sasi adalah tradisi adat yang mengatur kapan dan bagaimana masyarakat dapat mengambil hasil alam, baik dari laut maupun darat. Tradisi ini berakar dari pemikiran bijak masyarakat Maluku yang menyadari bahwa sumber daya alam mereka terbatas. Sasi memberi kesempatan bagi alam untuk beregenerasi, memastikan ketersediaan hasil alam untuk generasi mendatang.
Menurut sejarawan John Patty Kayhatu dalam Sejarah Daerah Maluku, seperti dikutip Fortal Informasi Indonesia, sasi adalah perintah adat untuk melarang pengambilan hasil alam pada waktu tertentu, guna mempertahankan kualitas dan kelestarian alam. Sasi bukan sekadar aturan; ia adalah bagian dari tata krama hidup bermasyarakat yang juga mencerminkan penghormatan terhadap alam.
Sejarah dan Filosofi Sasi
Sasi bukan hanya sekadar larangan, melainkan sebuah bentuk kebijakan yang mengajarkan masyarakat untuk hidup selaras dengan alam. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15, dan diterapkan oleh para raja-raja Maluku untuk mengatur pemanfaatan sumber daya alam. Saat itu, masyarakat sadar bahwa jika alam terus dieksploitasi tanpa batas, maka sumber daya alam akan punah, dan kehidupan akan terancam.
Dengan masuknya agama-agama besar seperti Islam dan Kristen, pemuka agama turut berperan dalam pelaksanaan sasi. Namun, intinya tetap sama: mengatur kapan hasil alam dapat dipanen, agar alam tetap terjaga dan hasilnya dapat dinikmati secara berkelanjutan.
Tujuan Utama Sasi
Sasi bukan hanya tentang pengaturan waktu mengambil hasil alam. Ada tujuan filosofis yang lebih mendalam, yakni menjaga keseimbangan ekosistem dan menghindari eksploitasi alam yang berlebihan. Tradisi ini juga bertujuan untuk menjaga hubungan sosial dalam masyarakat, dengan memastikan bahwa hasil alam didistribusikan secara merata dan adil.
Selain itu, sasi berfungsi untuk mencegah konflik antar masyarakat. Dengan adanya aturan yang jelas, siapa pun tahu kapan dan bagaimana mereka dapat mengakses sumber daya alam, dan ini menciptakan kedamaian serta keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan
Penerapan sasi di Maluku ditujukan untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dalam praktiknya, setelah periode sasi berakhir, masyarakat melakukan "Buka Sasi", di mana hasil alam, dapat dipanen bersama-sama. Ini menekankan pentingnya kebersamaan dan kesetaraan dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Tradisi sasi mengajarkan tentang pentingnya tidak serakah terhadap alam, menghormati siklus alami, dan memastikan bahwa kita tidak merusak lingkungan demi keuntungan jangka pendek. Ini adalah filosofi yang relevan untuk diterapkan dalam pengelolaan alam di seluruh dunia.
Keberlanjutan alam adalah tantangan global yang semakin mendesak, dan tradisi sasi memberikan pelajaran berharga dalam hal ini. Dengan mengatur pemanfaatan sumber daya alam secara bijak dan berkelanjutan, sasi membantu memastikan bahwa alam tetap terjaga, ekosistem tetap seimbang, dan masyarakat dapat terus hidup dalam harmoni dengan alam. (*)
KEYWORD :Tradisi Sasi Gunung Botak Maluku tradisi sasi tradisi adat