Kamis, 13/03/2025 00:51 WIB

Tantangan Pengembangan dan Pelestarian Seni Ukir Jepara Harus Mampu Dijawab Bersama

Tantangan Pengembangan dan Pelestarian Seni Ukir Jepara Harus Mampu Dijawab Bersama

Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat. (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Sejumlah tantangan yang dihadapi industri funitur ukir Jepara harus segera dijawab bersama demi keberlangsungan seni ukir Jepara yang merupakan bagian dari warisan budaya bangsa.

"Seiring perkembangan zaman, seni ukir Jepara menghadapi tantangan yang kompleks dalam upaya pelestarian, regenerasi perajin, hingga pemasaran," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Mengukir Masa Depan: Legenda Ukiran Jepara yang diselenggarakan Forum Diskusi Denpasar 12 bersama Jepara International Furniture and Craft Buyer Weeks 2025, Rabu (12/3).

Lestari menuturkan, di masa lalu ukiran Jepara banyak diminati masyarakat lokal dan mancanegara.

Bahkan, tambah Rerie, sapaan akrab Lestari, pada era 1980-an furnitur ukir Jepara menjadi simbol status di masyarakat.

Selain itu, ujar Rerie, di Istana Negara pada masa itu juga dibuat ruang Jepara dengan dilengkapi ornamen, furnitur, dan kelengkapan ruang bernuansa ukir khas Jepara, untuk menerima tamu-tamu negara.

Namun, tegas Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, saat ini tantangan dalam bentuk tidak adanya regenerasi dan jauh berkurangnya para pengukir yang ahli, tengah dihadapi para perajin di Jepara.

Situasi industri furnitur ukir Jepara, ujar Rerie, cukup memprihatinkan sehingga sejumlah langkah strategis harus segera dilakukan untuk menyelamatkan salah satu warisan budaya bangsa itu.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka, Kementerian Perindustrian RI, Reni Yanita mengungkapkan produk furnitur ukir Jepara masuk dalam industri furnitur dan industri kerajinan.

Menurut Reni, saat ini seni ukir lebih banyak ditangani sebagai industri kerajinan. Saat ini pemerintah memiliki 578 sentra kerajinan di 29 provinsi di seluruh Indonesia.

Sementara itu, ungkap dia, industri furnitur saat ini tercatat ada 1.375 perusahaan besar dan 126.138 perusahaan kecil dan menengah.

Pemerintah, ujar Reni, melakukan pembinaan kepada para perajin melalui sentra-sentra industri furnitur dan kerajinan yang ada saat ini.

Diakui Reni, industri furnitur ukir Jepara merupakan industri padat karya yang berorientasi ekspor karena diminati pasar global.

Saat ini, ungkap Reni, kondisi pasar global dan konflik geopolitik yang terjadi mempengaruhi penurunan ekspor furnitur ukir Jepara.

"Harus  mampu mencari pasar non-tradisional dan juga memanfaatkan permintaan pasar lokal sebagai salah satu alternatif membuka pasar baru," ujarnya.

Direktur Kriya Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif, Neli Yana mengungkapkan sebagai kementerian baru pihaknya mengakui untuk seni ukir Jepara belum memiliki program yang khusus.

Menurut Neli, seni ukir Jepara bukan sekadar keterampilan, tetapi juga merupakan warisan budaya.

Neli berpendapat ide dan kreativitas merupakan penggerak utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas.

"Seni ukir Jepara harus mampu mengikuti  perkembangan zaman, tanpa meninggalkan ciri khasnya," ujarnya.

Unsur pentahelix, tegas Neli, harus dilibatkan dalam upaya meningkatkan kembali daya saing seni ukir Jepara ke pasar dunia.

Perajin Ukir Jepara, Sutrisno berpendapat strategi penguatan seni ukir Jepara melalui pendidikan dan pemberian insentif diakuinya cukup sulit.

Karena generasi muda, tambah Sutrisno, saat ini kurang memiliki rasa ingin tahu terhadap ukir Jepara.

Even-even yang menampilkan hasil karya para pengukir, jelasnya, harus terus diperluas untuk menarik minat masyarakat terhadap seni ukir Jepara.

KEYWORD :

Kinerja MPR Lestari Moerdijat Jepara Seni Ukir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :