
Ilustrasi Gerhana Bulan Total pada malam 14 Ramadan (Foto: Pexels/Luke Tinker)
Jakarta, Jurnas.com - Fenomena astronomi gerhana bulan total Maret 2025 berlangsung hingga hari ini, Jumat (14/Maret/2025). Meskipun fenomena menakjubkan ini tidak terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia, momen langka ini tetap memiliki makna yang mendalam terutama bagi umat Muslim.
Gerhana bulan, selain menjadi peristiwa astronomi yang mempesona, juga memberikan kesempatan untuk merenung dan memperdalam keimanan, khususnya selama bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Di sisi lain, sejak zaman kuno, manusia telah menciptakan berbagai mitos dan legenda untuk menjelaskan peristiwa ini, yang sering kali dianggap sebagai pertanda penting dalam kehidupan. Namun, apa yang sebenarnya terjadi saat gerhana bulan total? Dan bagaimana mitos-mitos ini berkembang di berbagai budaya? Berikut ini adalah ulasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Apa Itu Gerhana Bulan Total?
Menurut NASA, gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi menutupi permukaan Bulan. Pada gerhana bulan total, Bulan akan berubah warna menjadi merah, fenomena yang dikenal dengan sebutan blood moon. Proses ini terjadi karena cahaya Matahari yang melewati atmosfer Bumi terpecah dan memantulkan cahaya merah ke Bulan. Fenomena ini hanya terjadi pada saat purnama dan berlangsung selama beberapa menit hingga satu jam.
Gerhana Bulan Total yang Bertepatan dengan Ramadan
Fenomena ini cukup langka, apalagi jika bertepatan dengan bulan Ramadan. Dalam tradisi Islam, fenomena alam seperti gerhana bulan sering kali dianggap sebagai tanda kebesaran Allah, yang mengingatkan umat untuk merenung dan memperkuat ibadah.
Sederet Fakta tentang Gerhana Bulan Total Langka, di Negara Mana Fenomena Ini Bisa Terlihat?
Meskipun gerhana bulan ini tidak akan terlihat di sebagaian besar wilayah Indonesia, umat Muslim di banyak negara lainnya, seperti Afrika, akan dapat menyaksikan peristiwa tersebut. Gerhana bulan pada malam Ramadan ini menjadi pengingat akan keteraturan ciptaan Allah dan kekuasaan-Nya atas alam semesta.
Sementara itu, menurut NASA, gerhana bulan total pada Maret 2025 ini dimulai pada pukul 11:57 malam EDT, dan mencapai totalitas pada pukul 2:26 pagi. Bulan akan tetap berada dalam kondisi totalitas selama lebih dari satu jam, berakhir pada pukul 3:31 pagi. Gerhana bulan kemudian akan berakhir pada pukul 6:00 pagi.
Mitos dan Legenda Gerhana Bulan di Berbagai Budaya
Gerhana bulan tak hanya mengundang kekaguman ilmiah, tetapi juga melahirkan berbagai mitos dan legenda. Masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki penjelasan mereka sendiri terkait fenomena ini.
-
Batara Kala di Jawa, Indonesia
Di Jawa, gerhana bulan diyakini sebagai peristiwa ketika Batara Kala, raksasa penguasa dunia bawah tanah, "memakan" bulan. Masyarakat percaya bahwa untuk mengusir Batara Kala, mereka perlu memukul kentongan atau lesung, serta menjaga diri dari hal-hal yang dianggap membawa sial, seperti perempuan hamil yang tidak boleh keluar rumah selama gerhana. -
Suku Dayak Wehea dan Legenda Matahari-Bulan
Di Kalimantan Timur, suku Dayak Wehea memiliki cerita tentang Dea Pey (Matahari) dan Welueng Long (Bulan) yang menyebabkan terjadinya gerhana. Ketegangan antara keduanya menandakan adanya pelajaran tentang kepercayaan dan spiritualitas dalam menghadapi fenomena alam. -
Jaguar dan Ritual Suku Inca
Bagi suku Inca, gerhana bulan dipahami sebagai serangan jaguar besar yang memakan bulan. Warna merah pada gerhana dianggap sebagai darah bulan yang terluka. Untuk mengusir jaguar tersebut, mereka mengadakan ritual dengan tombak dan suara keras. -
Rahu di India
Mitos di India menyebutkan bahwa Rahu, makhluk setan yang meminum ramuan keabadian, terus mengejar Matahari dan Bulan. Ketika Rahu berhasil "memakan" Bulan, terjadilah gerhana. Mitos ini juga terkait dengan pantangan bagi wanita hamil yang dianggap berbahaya selama gerhana. -
Naga di China
Di China, gerhana bulan sering kali dikaitkan dengan naga yang berusaha menelan Bulan. Suara keras dianggap dapat mengusir naga tersebut dan menghentikan gerhana.
Meski banyak yang mengaitkan gerhana bulan dengan pertanda buruk atau bahkan kiamat, sebenarnya peristiwa ini fenomena alam yang normal, hasil dari pergerakan orbit Bulan dan Bumi yang saling berinteraksi.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa gerhana tetap memicu rasa takjub dan kekaguman terhadap kebesaran Tuhan, yang menciptakan tatanan alam semesta yang begitu teratur dan terukur. Dalam konteks Islam, gerhana bulan juga menjadi pengingat untuk memperbanyak ibadah dan memperdalam ketakwaan kepada Allah, yang mengatur segala yang ada di langit dan bumi. (*)
KEYWORD :Gerhana Bulan Total Mitos Gerhana Bulan Fakta Gerhana Bulan