Minggu, 16/03/2025 20:09 WIB

Kisah Nuaiman Jual Sahabat hingga Bikin Rasullullah Tertawa

Nu`aiman dikenal sebagai sosok yang lucu dan tak jarang melakukan hal-hal konyol yang mengundang gelak tawa. Namun, di balik kelakuannya yang lucu itu, tersimpan kecintaan yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ilustrasi perjalanan memakai unta di gurun pasir saat malam hari (Foto: Pexels/Tarek Hagrass)

Jakarta, Jurnas.com - Sahabat Nabi Muhammad SAW sering kali dikenang bukan hanya karena keberanian dan kesalehannya, tetapi juga karena sisi-sisi unik, jenaka misalnya. Salah satu sahabat yang mencuri perhatian dengan sisi humorisnya yang cukup tinggi ialah Nu`aiman bin Amr bin Raf`ah, yang meskipun dikenal sebagai seorang yang shalih, sering kali membuat orang di sekitarnya tertawa, bahkan Rasulullah SAW.

Nu`aiman dikenal sebagai sosok yang lucu dan tak jarang melakukan hal-hal konyol yang mengundang gelak tawa. Namun, di balik kelakuannya yang lucu itu, tersimpan kecintaan yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya.

Nu`aiman memang dikenal dengan sifat keusilannya, tetapi tak sedikit dari kisah-kisahnya yang mengandung pesan moral yang menginspirasi. Seperti dam kisah berikut ini, yang dilansir dari NU Online.

Suatu ketika, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq mengajak Nu`aiman dan Suwaibith bin Harmalah untuk berdagang ke Negeri Syam. Ketika itu, Abu Bakar meminta izin kepada Rasulullah untuk membawa mereka berdua dalam perjalanan dagang tersebut. Rasulullah SAW pun memberikan izin, dan perjalanan itu pun dimulai.

Setibanya di Negeri Syam, mereka dibagi tugas. Suwaibith yang dikenal amanah pun dipercaya untuk menjaga perbekalan, sementara Nu`aiman bersama Abu Bakar menjalankan tugasnya yang lain. Namun, sebuah kejadian lucu terjadi ketika Nu`aiman merasa lapar dan meminta sepotong roti kepada Suwaibith.

Nu`aiman yang merasa kelaparan pergi menghampiri Suwaibith, dan meminta sepotong roti. Namun, Suwaibith yang berpegang teguh pada amanahnya menolak untuk memberikan roti tersebut karena takut akan melanggar tugas yang diberikan oleh Abu Bakar. Dengan nada serius, Nu`aiman pun mengancam, “Berikan aku roti itu, atau kau akan kuberikan pelajaran.” Namun, Suwaibith tetap teguh pada pendiriannya.

Merasa kesal, Nu`aiman pun pergi ke pasar untuk mencari penjual hamba sahaya. Ia menawarkan kepada seorang pedagang hamba sahaya bahwa ia memiliki seorang hamba sahaya yang hanya dijual dengan harga 20 dirham. Yang membuat Nu`aiman semakin “unik” adalah klaimnya bahwa hamba sahaya tersebut memiliki kekurangan, yakni selalu mengaku sebagai orang merdeka, bukan hamba sahaya.

Ternyata, Nu`aiman bukan hanya berbicara, ia kemudian mengarahkan para calon pembeli kepada Suwaibith yang sedang menjaga perbekalan. Tanpa sepengetahuan Suwaibith, ia pun dijual oleh Nu`aiman dengan harga 20 dirham. Ketika Suwaibith ditangkap dan dibawa ke pasar, ia pun berteriak, “Aku bukan hamba sahaya! Aku orang merdeka!” Namun, para pembeli hanya tertawa dan menganggap itu sebagai bagian dari kekurangan yang dijelaskan Nu`aiman.

Kejadian ini sampai ke telinga Abu Bakar setelah ia kembali dari berdagang. Ia mencari-cari Suwaibith yang tak kunjung muncul. Dengan nada santai, Nu`aiman pun berkata, “Saya sudah menjualnya, wahai Abu Bakar.” Tanpa rasa marah, Abu Bakar hanya tertawa mendengar penjelasan Nu`aiman yang ceria itu. Nu`aiman pun menceritakan kejadian tersebut secara rinci, membuat Abu Bakar semakin tidak bisa menahan tawa.

Akhirnya, Abu Bakar pun bergegas membeli kembali Suwaibith yang dijual oleh Nu`aiman. Setelah dibebaskan, mereka kembali ke Madinah. Begitu sampai, kisah lucu itu pun diceritakan kepada Rasulullah SAW. Mendengar cerita tersebut, Rasulullah SAW. tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Bahkan, lebih dari setahun setelah kejadian tersebut, Rasulullah SAW. selalu menceritakan kisah Nu`aiman kepada setiap tamu yang datang.

Meskipun sering berkelakuan kocak dan mengundang tawa, Nu`aiman adalah sosok yang sangat dihormati oleh Rasulullah SAW. Beliau bahkan melarang sahabat-sahabatnya untuk mencela Nu`aiman. Rasulullah SAW. berkata, “Janganlah kalian mencela Nu`aiman, karena dia cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Kisah ini mengajarkan kita bahwa humor yang tulus dan ringan bukanlah sesuatu yang buruk, bahkan dapat mencairkan suasana dan menjalin kedekatan. Namun, di balik setiap kelakar, Nu`aiman menunjukkan ketulusan dan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, meski melakukan hal-hal yang terlihat tidak serius, nuansa keimanan dan kesetiaan kepada Rasulullah SAW. tetap melekat kuat pada dirinya. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Kisah Sahabat Nabi Nuaiman tertawa Rasulullah SAW




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :