
Ilustrasi Hari Arsitektur Indonesia yang diperingati pada 18 Maret (Foto: Pexels/Lex Photography)
Jakarta, Jurnas.com - Hari ini, tanggal 18 Maret 2025 diperingati sebagai Hari Arsitektur Indonesia. Peringatan ini bertujuan mengenang jasa-jasa arsitek yang telah berkontribusi dalam pembangunan dan perkembangan arsitektur di tanah air.
Meskipun tanggal 18 Maret tidak diperingati sebagai hari libur nasional, pentingnya peran arsitek dalam pembangunan Indonesia menjadikan tanggal ini sebagai salah satu tanggal yang tercatat dalam sejarah. Lantas, bagaimana asal usul dan sejarah peringatan Hari Arsitektur Indonesia diperingati setiap tanggal 18 Maret? Berikut ulasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Asal Usul dan Sejarah Penetapan Hari Arsitektur Indonesia
Meskipun asal-usul penetapan tanggal 18 Maret sebagai Hari Arsitektur Indonesia tidak banyak dibahas, catatan sejarah menunjukkan bahwa tanggal tersebut tercatat di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Indonesia sebagai peringatan khusus. Peringatan ini juga tidak terlepas dari pembentukan atau pendirian Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Penting untuk diingat bahwa peran arsitek Indonesia dapat dilihat dalam beragam bangunan bersejarah yang tersebar di seluruh nusantara, seperti Candi Borobudur, Monas, Gedung Sate, dan banyak lagi. Bangunan-bangunan tersebut tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga tempat wisata yang terus menarik perhatian pengunjung dari dalam dan luar negeri.
Arsitektur bukan hanya sekadar merancang bangunan, tetapi juga seni dan ilmu yang mencerminkan identitas budaya serta kebutuhan masyarakat. Sejak zaman prasejarah, arsitektur sudah digunakan untuk merencanakan dan menciptakan lingkungan binaan yang sesuai dengan kebutuhan zaman tersebut.
Menurut Vitruvius, seorang arsitek Romawi legendaris, ada tiga kriteria penting dalam sebuah bangunan: firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan), dan venustas (keindahan). Kriteria ini menjadi dasar dalam merancang bangunan yang kokoh, fungsional, dan indah, yang diterapkan oleh banyak arsitek, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam dunia arsitektur, yang dapat dilihat dari banyaknya bangunan bersejarah. Sebagai contoh, Monas yang dibangun oleh arsitek Fredrich S. Silaban, atau Gedung Sate yang menjadi ikon kota Bandung, keduanya memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Selain itu, arsitek-arsitek Indonesia juga terus berinovasi untuk menciptakan desain-desain modern yang mengedepankan estetika dan keberlanjutan lingkungan.
Salah satu arsitek yang sangat berpengaruh dalam dunia arsitektur Indonesia adalah Y.B. Mangunwijaya. Karya-karyanya tidak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga aspek sosial dan budaya. Museum Tsunami Aceh, yang dirancang oleh Ridwan Kamil, adalah contoh nyata bagaimana arsitektur dapat berbicara lebih dalam tentang sejarah dan perasaan kolektif bangsa.
Pada tahun 1959, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) didirikan di Bandung, yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan profesi arsitektur di Indonesia. IAI merupakan wadah bagi para arsitek Indonesia untuk berkembang dan berkolaborasi dalam menciptakan karya-karya terbaik bagi bangsa.
Ikatan ini didirikan oleh tiga tokoh arsitek terkenal, yakni Fredrich Silaban, Mohammad Soesilo, dan Lim Bwan Tjie, bersama dengan 18 arsitek muda yang merupakan lulusan pertama Jurusan Arsitektur ITB pada tahun 1958 dan 1959.
Dari pendirian IAI hingga sekarang, peran arsitek Indonesia semakin dirasakan dalam menciptakan bangunan-bangunan ikonik yang tidak hanya memenuhi fungsi praktis, tetapi juga menggambarkan kekayaan budaya bangsa. Hari Arsitektur Indonesia pada 18 Maret menjadi momentum untuk terus menghargai dan mengenang perjuangan arsitek dalam membangun Indonesia.
KEYWORD :Hari Arsitektur Indonesia Peringatan Hari Arsitektur 18 Maret