Minggu, 23/03/2025 23:33 WIB

21 Maret Memperingati Hari Puisi Sedunia, Begini Sejarah hingga Tujuannya

World Poetry Day atau Hari Puisi Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 21 Maret, merupakan sebuah momen yang tak hanya menghormati keindahan kata-kata, tetapi juga memperingati peran penting puisi dalam membangun jembatan antara budaya, bahasa, dan generasi

Ilustrasi World Poetry Day atau Hari Puisi Sedunia (Foto: Pexels/Thought Catalog)

Jakarta, Jurnas.com - World Poetry Day atau Hari Puisi Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 21 Maret, merupakan sebuah momen yang tak hanya menghormati keindahan kata-kata, tetapi juga memperingati peran penting puisi dalam membangun jembatan antara budaya, bahasa, dan generasi. Peringatan ini juga sekaligus menjadi sebuah pengakuan atas kekuatan puisi dalam menginspirasi perubahan sosial, mempromosikan perdamaian, dan merayakan keragaman bahasa di seluruh dunia.

Peringatan Hari Puisi Sedunia pertama kali digagas oleh UNESCO dalam Konferensi Umum ke-30 pada tahun 1999 di Paris, Prancis. Mengutip laman UNESCO, inisiatif ini bertujuan memperkuat ekspresi puitis di seluruh dunia dan mendukung pelestarian bahasa-bahasa yang terancam punah.

Sejak saat itu, 21 Maret dipilih dan ditetapkan sebagai Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day. Tanggal ini dianggap sebagai hari yang tepat untuk mengakui pentingnya puisi dalam memperkaya budaya dan komunikasi manusia.

Puisi, baik dalam bentuk klasik maupun kontemporer, memiliki kemampuan untuk menyentuh hati dan merangsang pemikiran. Sebagai bentuk ekspresi yang mendalam, puisi bisa melahirkan pemahaman lintas budaya, memupuk rasa hormat antarbangsa, dan bahkan menginspirasi aksi positif untuk perubahan sosial.

Di zaman yang penuh dengan informasi dan teknologi ini, puisi tetap menjadi salah satu bentuk seni yang menghubungkan emosi manusia secara universal. Melalui barisan kata yang indah dan penuh makna, puisi mampu merangkul beragam kelompok masyarakat, dari penyair terkenal seperti Shakespeare dan Rumi, hingga para penyair modern yang menantang norma sosial dan politik.

Hari Puisi Sedunia memberikan penghargaan khusus kepada para penyair di seluruh dunia. Peringatan ini juga mendorong orang-orang untuk lebih aktif dalam membaca, menulis, dan mengajarkan puisi. UNESCO mengharapkan bahwa perayaan ini bisa memperkenalkan puisi kepada masyarakat lebih luas, merayakan keberagaman gaya, serta mendorong penerbitan karya dalam bahasa yang kurang dikenal.

Tahun ini, tema yang diangkat dalam Hari Puisi Sedunia adalah "Poetry as a Bridge for Peace and Inclusion" (Puisi sebagai Jembatan Menuju Perdamaian dan Inklusi). Tema ini menyoroti bagaimana puisi mampu menjadi sarana untuk menyatukan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, mendorong inklusivitas, dan menciptakan dialog yang penuh penghargaan terhadap perbedaan.

Dalam konteks global yang sering kali dipenuhi ketegangan politik dan sosial, puisi menawarkan cara untuk meresapi kedamaian dan membangun pemahaman antarbangsa. Melalui puisi, suara-suara yang sering kali terpinggirkan, seperti komunitas minoritas dan bahasa yang hampir punah, bisa didengar dan dihargai.

Selain itu, puisi juga membantu melestarikan tradisi lisan dan budaya yang kerap terabaikan. Di berbagai negara, puisi adalah medium untuk menyampaikan kisah-kisah rakyat, sejarah, dan pengetahuan yang diwariskan turun-temurun.

Sebagai catatan, peringatan Hari Puisi Sedunia tanggal 21 Maret ini berbeda dengan Hari Puisi Nasional yang diperingati di Indonesia setiap tanggal 28 April. Hari Puisi Nasional di Indonesia diperingati bertepatan dengan peringatan meninggalnya salah satu legenda penyair terkemuka asal Indonesia, Chairil Anwar

Karya-karya Chairil Anwar, seperti Aku, Karawang-Bekasi, dan Diponegoro, telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan puisi Indonesia, dan peringatan ini menjadi ajang untuk merayakan puisi di tanah air yang sarat akan makna dan nilai-nilai kemanusiaan.

KEYWORD :

Hari Puisi Sedunia Peringatan Hari Puisi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :