Rabu, 26/03/2025 05:49 WIB

Bandung Lautan Api, Peristiwa Heroik Rakyat Melawan Penjajah, Pertahankan Indonesia

Bandung Lautan Api, Peristiwa Heroik Rakyat Melawan Penjajah, Pertahankan Indonesia

Peristiwa herik Bandung Lautan Api (Foto: Pemkab Kota Bandung)

Jakarta, Jurnas.com - Pada 24 Maret 1946, Kota Bandung menyaksikan salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Bandung Lautan Api. Dalam kondisi genting, terhimpit, dan terpaksa oleh kekuatan kolonial yang masih ingin menguasai tanah air pasca kemerdekaan, rakyat dan tentara Indonesia mengosongkan serta membakar kota Bandung, Jawa Barat, menjadikannya lautan api, untuk mencegah dan melawan penjajah atau pasukan Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) menjadikannya sebagai markas strategis.

Peristiwa ini menjadi simbol perjuangan gigih melawan penjajah dan tekad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bandung Lautan Api merupakan bukti bahwa meskipun dalam keterbatasan, keterhimpitan, semangat juang dan pengorbanan rakyat Indonesia tak tergoyahkan. Lantas, mengapa Bandung harus dibakar?

Awal Mula Terjadinya Bandung Lautan Api

Setelah Jepang menyerah pada Sekutu pada 15 Agustus 1945, pasukan Sekutu datang ke Indonesia, bekerja sama dengan NICA, untuk mengambil alih kontrol di wilayah bekas jajahan Belanda. Mereka membawa ultimatum kepada Indonesia untuk segera menyerahkan senjata atau menghadapi perlawanan militer.

Namun, Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, menolak ultimatum tersebut. Sebagai balasan, pada 12 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Brigade MacDonald mengeluarkan perintah agar seluruh senjata rakyat Indonesia diserahkan kepada mereka, kecuali milik Tentara Keamanan Rakyat (TKR), hasil dari metamorfosa Badan Keamanan Rakyat atau BKR.

Penolakan terhadap perintah tersebut menyebabkan bentrokan bersenjata antara TKR dan Sekutu di berbagai tempat, termasuk serangan terhadap markas-markas Sekutu di Bandung Utara, seperti Hotel Homann dan Hotel Preanger pada malam 24 November 1945. Namun, setelah serangkaian bentrokan yang intens, pada 27 November 1945, pasukan Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum kedua kepada Gubernur Jawa Barat, meminta agar Bandung Utara dikosongkan pada 29 November 1945.

Meskipun pemerintah Indonesia, melalui Perdana Menteri Sutan Sjahrir pada waktu itu, akhirnya memberikan respons atas ultimatum tersebut, tekanan untuk meninggalkan Bandung pun semakin besar. Pada 17 Maret 1946, Sekutu kembali mengancam dengan ultimatum yang lebih keras, meminta agar pasukan Indonesia segera mundur hingga radius 11 kilometer dari pusat kota. Ultimatum ini menjadi titik balik yang memicu Bandung Lautan Api.

Setelah mendengar ultimatum terakhir dari Sekutu dan dengan situasi yang semakin genting, Kolonel Abdul Haris Nasution, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Divisi III Tentara Republik Indonesia (TRI), memerintahkan agar Bandung dikosongkan dan seluruh bangunan di kota tersebut dibumihanguskan untuk mencegah pasukan Sekutu menggunakannya sebagai markas. Keputusan ini bukanlah keputusan mudah, namun ia yakin bahwa langkah ini merupakan yang terbaik dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Rakyat Bandung, yang sebagian besar sudah mulai mengungsi, berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka. Sebelum pergi, mereka membakar rumah dan bangunan mereka. Pembumihangusan dimulai sekitar pukul 20.00, saat dinamit pertama meledak di Gedung Indische Restaurant, dan meskipun rencana pembakaran total baru dijadwalkan pada tengah malam, pasukan TRI bersama rakyat setempat terus melanjutkan perlawanan dengan membakar dan meledakkan gedung-gedung di Bandung Utara.

Bandung Membara dan Menyala, Jadi Lautan Api

Malam itu, Kota Bandung dipenuhi oleh asap tebal dan kobaran api. Bandung membara, menyala. Selama lebih dari tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung rela mengorbankan harta benda, rumah, dan kehidupan mereka demi menjaga Bandung tetap menjadi simbol kemerdekaan dan tak jatuh ke tangan penjajah. Api yang membakar Bandung menjadi simbol dari semangat juang tak kenal lelah dan keikhlasan yang mengalir di setiap jiwa pejuang kemerdekaan.

Peristiwa tersebut pun akhirnya dikenal dengan nama Bandung Lautan Api. Peristiwa ini tak hanya menginspirasi perlawanan di seluruh Indonesia, tetapi juga menginspirasi diciptakannya lagu legendaris Halo-Halo Bandung, yang menjadi simbol rindu dan semangat untuk kembali ke kota yang kini dikenal sebagai Kota Kembang itu.

Monumen Bandung Lautan Api

Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan segala-galanya demi kemerdekaan, kini berdiri Monumen Bandung Lautan Api di Lapangan Tegallega, Bandung, Jawa Barat. Monumen ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat akan peristiwa heroik tersebut, tetapi juga sebagai lambang semangat perjuangan yang tak pernah padam, alias terus menyala.

Tak hanya monumen, di berbagai titik di Bandung juga tersebar 10 stilasi yang memperingati peristiwa penting yang terjadi selama Bandung Lautan Api. Stilasi-stilasi ini menjadi tanda bahwa Bandung adalah kota yang menyimpan kenangan sejarah penting dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (*)

KEYWORD :

Bandung Lautan Api Bandung Dibakar Sejarah Indonesia Belanda




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :