Senin, 07/04/2025 09:38 WIB

Deretan Tradisi Khas Masyarakat Indonesia di Bulan Syawal

Memasuki bulan Syawal, setelah merayakan Idulfitri, sebagian masyarakat Indonesia dari berbagai daerah ada yang menyemarakkan bulan kesepuluh Hijriah ini dengan tradisi yang tak hanya mempererat silaturahmi, namun juga menggambarkan keragaman budaya yang mempesona.

Sesaji Rewanda di Jawa Tengah, tradisi yang cukup unik ini dilakukan oleh warga Talunkacang Kandri Gunung Pati, Semarang, di bulan Syawal (Foto: GoodNews From Indonesia)

Jakarta, Jurnas.com - Memasuki bulan Syawal, setelah merayakan Idulfitri, sebagian masyarakat Indonesia dari berbagai daerah ada yang menyemarakkan bulan kesepuluh Hijriah ini dengan tradisi yang tak hanya mempererat silaturahmi, namun juga menggambarkan keragaman budaya yang mempesona. Bulan Syawal menjadi waktu yang penuh dengan kegembiraan, tanda syukur, dan kebersamaan.

Beberapa tradisi yang ada sangat kental dengan nilai-nilai lokal, menunjukkan identitas masyarakat Indonesia yang kaya akan kebudayaan dan kepercayaan. Berikut ini adalah deretan tradisi khas Indonesia yang menyemarakkan bulan Syawal, yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Sekura di Lampung Barat

Di Lampung Barat, warga merayakan bulan Syawal dengan tradisi Sekura, yang dikenal sebagai pesta topeng. Masyarakat berkeliling kampung mengenakan topeng yang warna-warni, sambil berbagi keceriaan. Tradisi ini bukan hanya sebagai hiburan, namun juga menjadi ajang silaturahmi yang memperkuat ikatan antarwarga, sembari menikmati kemeriahan suasana Lebaran.

2. Grebeg Syawal di Solo dan Jogja

Grebeg Syawal yang dirayakan di Solo dan Jogja merupakan tradisi yang penuh makna. Di sini, masyarakat menyambut Syawal dengan iring-iringan gunungan berisi hasil bumi. Warga berebut isi gunungan sebagai simbol berkah dan keselamatan. Proses ini menggambarkan rasa syukur atas nikmat yang diterima selama bulan Ramadan dan sebagai harapan akan masa depan yang penuh kemakmuran.

3. Grebeg Syawal di Cirebon

Di Cirebon, tradisi Grebeg Syawal memiliki bentuk yang sedikit berbeda. Masyarakat Cirebon merayakan hari ke-8 Syawal dengan ziarah ke makam leluhur di Astana Gunung Sembung. Tradisi ini menjadi ajang untuk mengungkapkan rasa syukur dan mempererat tali silaturahmi antarwarga dan keluarga.

4. Sesaji Rewanda di Jawa Tengah

Tradisi yang cukup unik ini dilakukan oleh warga Talunkacang Kandri Gunung Pati, Semarang, pada 3 Syawal. Sesaji Rewanda merupakan tradisi memberi makan kera di Goa Kreo sebagai ungkapan syukur atas keselamatan dan rezeki yang telah diberikan selama setahun. Selain memberi makan kera, tradisi ini juga melibatkan acara bersih desa dan berbagai kegiatan budaya lokal.

5. Lebaran Ketupat di Jawa

Lebaran Ketupat dirayakan pada 8 Syawal, seminggu setelah Idulfitri, setelah menjalani puasa sunnah enam hari. Ketupat dalam tradisi ini bukan hanya sekadar hidangan, namun juga simbol pengakuan atas kesalahan, serta lambang permintaan maaf dan saling memaafkan antar sesama. Ini adalah waktu yang penuh haru, dimana masyarakat berkumpul untuk bermaaf-maafan.

6. Ketupat Tauge di Semarang

Di Semarang, Ketupat Tauge atau dikenal juga sebagai Ketupat Jembut menjadi sajian khas yang menyertai perayaan tradisi Syawalan. Ketupat yang berisi tauge dan sambal kelapa ini diperebutkan oleh anak-anak, yang biasanya akan menemukan uang dalam ketupat tersebut. Tradisi ini menciptakan keceriaan sekaligus mengajarkan nilai berbagi dan kebersamaan.

7. Lopis Raksasa di Pekalongan

Masyarakat Pekalongan dikenal dengan tradisi membuat lopis raksasa pada bulan Syawal. Lopis yang terbuat dari ketan ini kemudian dipotong dan dibagikan kepada masyarakat. Tradisi ini melambangkan persatuan, kebersamaan, dan silaturahmi di antara warga, yang menguatkan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

8. Larung Sesaji di Demak

Di Demak, tepatnya di Desa Bungo, Wedung, warga menggelar Larung Sesaji pada hari ke-7 Lebaran sebagai bentuk sedekah laut. Acara ini dimeriahkan dengan festival kuliner dan pentas seni, sekaligus sebagai ungkapan syukur atas hasil laut yang melimpah. Masyarakat setempat percaya bahwa tradisi ini akan mendatangkan keberkahan bagi mereka dan hasil laut yang lebih melimpah.

9. Ter-ater di Madura

Ter-ater adalah tradisi masyarakat Madura yang dilakukan setelah Idulfitri dengan berbagi makanan kepada tetangga dan kerabat. Tradisi ini menjadi simbol solidaritas, keramahan, dan kepedulian sosial, yang mengajarkan pentingnya berbagi kebahagiaan setelah bulan Ramadan.

10. Barong Ider Bumi di Banyuwangi

Di Banyuwangi, masyarakat Suku Osing di Desa Kemiren merayakan Syawal dengan mengarak Barong keliling desa. Ritual ini dikenal dengan nama Barong Ider Bumi yang bertujuan untuk mengusir energi negatif dan mendatangkan keberkahan. Ini adalah tradisi yang sudah ada sejak abad ke-19 dan terus dilestarikan hingga kini.

11. Lebaran Topat di Lombok

Dalam tradisi Lebaran Topat yang dirayakan oleh masyarakat Sasak di Lombok, ketupat menjadi makanan utama dalam perayaan ini. Perayaan ini dilaksanakan seminggu setelah Idulfitri, dimulai dengan doa bersama dan ziarah makam tokoh Islam, lalu diakhiri dengan makan ketupat sebagai simbol kebersamaan dan persaudaraan antarwarga.

12. Hias Perahu di Pasuruan

Di Pasuruan, Jawa Timur, tradisi Hias Perahu pada saat Lebaran Ketupat adalah hal yang sangat dinantikan. Perahu-perahu dihias dengan rumbai dan bendera berwarna-warni, yang kemudian melintas di sepanjang pesisir Lekok. Perayaan ini juga diwarnai dengan lomba tarik tambang, tari nelayan, dan skilot, yang menambah keceriaan suasana.

13. Tradisi Bancaan di Singaraja, Bali

Bancaan adalah tradisi makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Jawa di Singaraja, Bali setelah Shalat Idulfitri. Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sebagai simbol antar umat beragama yang saling menghormati. Bancaan menjadi momen untuk mempererat persaudaraan dan menunjukkan nilai kebersamaan. (*)

KEYWORD :

Tradisi Masyarakat Indonesia Bulan Syawal Kebudayaan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :