
Ilstrasi - Kapan Bulan Syawal 2025 Berakhir? Ini Penjelasan, Makna hingga Amalannya (Foto: Pexels/Mesut Yalçın)
Jakarta, Jurnas.com - Bulan Syawal, yang terletak setelah Ramadan dan menjelang Dzulkaidah dalam kalender Hijriah, bukan sekadar bulan untuk merayakan kemenangan, momen Idulfitri yang pada tahun ini di Indonesia jatuh pada 31 Maret 2025, tetapi juga memiliki kedudukan istimewa bagi umat Islam. Syawal merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan, di mana bulan ini bisa jadi kesempatan umat Islam untuk meningkatkan berbagai amalan yang dianjurkan.
Lantas, sampai kapan bulan Syawal 1446 H/2025 M berlangsung? Berdasarkan kalender Hijriyah resmi yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, bulan Syawal 1446 Hijriah dimulai pada 31 Maret 2025 dan diperkirakan akan berakhir pada 28 April 2025.
Apa makna bulan Syawal? Bagaimana keutamaan dan keistimewaaannya? Amalan apa saja yang dianjurkan pada bulan ini? Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Syawal merupakan bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah. Bulan ini merupakan salah satu bulan yang istimewa bagi umat Islam, bukan hanya karena kehadiran hari raya Idulfitri, tetapi juga karena nilai spiritual dan historis yang terkandung di dalamnya.
Syawal menandai momen transisi penting setelah Ramadan. Dalam bahasa Arab, “Syawal” berasal dari kata syaala yang berarti “meningkat”. Nama ini mencerminkan semangat untuk terus memperbaiki diri setelah sebulan penuh berpuasa, menahan diri, dan memperbanyak amal ibadah. Idulfitri yang jatuh di awal bulan ini bukan sekadar perayaan, melainkan juga simbol kemenangan spiritual, kebersihan hati hingga pembuktian terkait keistiqomahan dalam meningkatkan amal ibadah setelah Ramadan.
Namun, keistimewaan Syawal tak berhenti sampai di sana. Bulan ini mencatat beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pada tahun kedua Hijriah, Nabi Muhammad SAW menikahi Siti Aisyah R.A. di bulan Syawal, yang menjadi penegasan bahwa menikah di bulan ini bukan hal yang sial sebagaimana kepercayaan masyarakat Jahiliyah saat itu.
Dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, di akhir bulan Syawal tahun yang sama, terjadi pertempuran antara pasukan Muslim dan Bani Sulaim di Qurqarah Al-Kurar. Tahun berikutnya, Perang Uhud terjadi di bulan yang sama, peristiwa besar yang menjadi bagian penting dari perjuangan umat Islam, di mana paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, gugur sebagai syahid. Setelahnya, Perang Hamra al-Assad juga terjadi, memperkuat peran strategis bulan ini dalam sejarah perjuangan Islam.
Bulan Syawal juga membawa banyak pesan spiritual. Salah satu amalan paling dianjurkan adalah puasa enam hari setelah Idulfitri. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR Muslim). Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan atau terpisah, dan menjadi cara yang luar biasa untuk melanjutkan momentum spiritual Ramadan.
Selain itu, amalan puasa Senin dan Kamis, serta puasa Ayyamul Bidh di pertengahan bulan Hijriah (tanggal 13, 14, dan 15), yang sering disebut dengan "hari-hari putih" karena bertepatan dengan malam bulan purnama yang menerangi langit, juga dianjurkan untuk diamalkan. Puasa Ayyamul Bidh hari pertama jatuh pada Sabtu, 12 April 2025 (13 Hari kedua jatuh pada Minggu, 13 April 2025 (14 Syawal 1446 H). Kemudian, hari ketiga jatuh pada Senin, 14 April 2025 (15 Syawal 1446 H).
Hari-hari tersebut memiliki nilai ibadah yang tinggi, dan merupakan kesempatan untuk terus memperbanyak amal kebaikan. Syawal juga dikenal sebagai waktu yang tepat untuk mempererat hubungan sosial.
Tradisi halal bi halal yang dilakukan masyarakat Indonesia adalah salah satu manifestasi nilai-nilai Islam dalam memperkuat silaturahmi, saling memaafkan, dan menumbuhkan empati. Dalam hadits, Rasulullah SAW menekankan pentingnya menyambung tali silaturahmi sebagai bagian dari ibadah yang mendatangkan keberkahan hidup.
Memberikan sedekah di bulan ini juga sangat dianjurkan. Baik dalam bentuk materi, makanan, maupun bantuan lainnya, sedekah menjadi sarana berbagi kebahagiaan dan menebar manfaat. Rasulullah SAW bersabda, “Infaqkanlah hartamu, jangan menghitung-hitungnya, karena Allah akan menghilangkan keberkahannya.” Semangat memberi dan berbagi inilah yang seharusnya terus hidup bahkan setelah Ramadan berakhir.
Bulan ini juga menjadi waktu yang dianjurkan untuk melangsungkan pernikahan. Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah R.A. di bulan Syawal sebagai bentuk pembebasan dari mitos dan keyakinan lama yang keliru. Pernikahan di bulan Syawal dipandang sebagai awal yang baik, penuh berkah, dan mencerminkan semangat sunnah Rasulullah SAW.
I’tikaf ringan di luar Ramadan juga bisa dilakukan di bulan ini. Dengan meluangkan waktu khusus untuk berdiam diri di masjid, berdzikir, merenung, dan memperbarui komitmen spiritual, seorang Muslim bisa terus menjaga kedekatannya dengan Allah SWT sepanjang tahun.
Dengan berakhirnya Syawal pada 28 April 2025, masih ada waktu bagi umat Islam untuk terus memperbanyak amal dan memperkuat hubungan sosial. Syawal bukan hanya bulan kemenangan, tapi juga bulan peningkatan dan perbaikan diri. Setelah ujian Ramadan, Syawal hadir sebagai ruang refleksi untuk menjaga semangat ibadah tetap menyala hingga bulan-bulan berikutnya. (*)
KEYWORD :Bulan Syawal Makna Syawal Amalan Syawal Puasa Syawal