
Wakil Ketua MPR, Edhie Baskoro Yudhoyono. (Foto: Humas MPR)
Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua MPR Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menekankan pentingnya kolaborasi ilmu, aksi dan harmoni dalam kemajuan antar kampus dan berbagai pihak termasuk parlemen dalam menciptakan pemikiran tajam, kreatif dan inovatif yang dapat membawa kemajuan bagi negara. Ia mengajak untuk terus berpikir konstruktif, solutif, serta kolaboratif dalam menghadapi permasalahan bangsa dan dunia.
Hal tersebut disampaikan Edhie Baskoro Yudhoyono dalam Audiensi bertopik “Navigating The Future: Science, Policy, and Innovation”, di gedung MPR RI, Rabu (15/4/25).
“Institut Pertanian Bogor, IPB University yang kita kenal hari ini, kami berharap dan bermimpi universitas ini bisa lebih mendunia baik dari reputasi, pendidikan dan karya karyanya,” ungkapnya mengawali sambutan.
Menurut Edhie Baskoro, kegiatan silaturahmi audiensi ini menjadi sebuah media demokrasi yang baik mencerdaskan dan harus dipertahankan termasuk berkaitan dengan Dies Natalis ke-50 Sekolah Pascasarjana IPB yang akan segera diselenggarakan.
“This is a great network yang bisa kita pertahankan. Kalau di California ada ‘Mafia Berkeley’, kita juga berharap, tidak usah kata mafia, tapi ‘Pejuang IPB’ hingga sampai kapanpun. Apalagi kekuatan IPB hari ini, bukan hanya sekolah pasca sarjananya saja, tapi sejarah panjang kontribusinya yang lebih dari 60 tahun,” kata Ibas dengan canda goda yang langsung dihadiahi senyum tawa dan tepuk tangan para sivitas akademika.
Netizen Bandingkan Lagu Taylor Swift dengan Misi Penerbangan Glamor Luar Angkasa Blue Origin
“Sehingga Dies Natalis ini kita harapkan berjalan dengan baik; kita sukseskan dan kita dukung. Sehingga tema yang disampaikan ini, Navigating the Future: Science, Policy and Innovation, membuat satu landasan awal yang kuat untuk kita perjuangkan dan tuntaskan, yaitu kekuatan kita tentang masa depan,” tambahnya.
Edhie Baskoro menyoroti bagaimana peran kampus dalam menegakkan demokrasi di Indonesia, tidak hanya secara internalisasi dengan pendidikan akademik yang progresif, tapi juga keluar menjadi ‘champion of ideas’ (juara dalam beride).
“Yang kita rindu dari Indonesia adalah pikiran tajam, kreatif maju dan berbeda. Tidak perlu takut, kami senang kalau mahasiswa berdemonstrasi. Artinya kita tidak kering ide dan gagasan, namun dengan cara yang baik, tidak ada penggerakan atau kepentingan tertentu, selain kepentingan dari mereka yang tulus untuk kebaikan Indonesia,” ungkapnya.
Lebih lanjut Ibas menggaris bawahi pentingnya kolaborasi parlemen dengan kampus. “Sebagai Pimpinan MPR RI dan wakil rakyat, kami juga ingin terus berkolaborasi dengan kampus-kampus. Bentuknya beragam, mulai dari diskusi seperti ini ataupun kami dorong pendidikan berkualitas berkelanjutan termasuk pengawalan beasiswa yang diteruskan ke kampus-kampus, dan pastinya kami juga perlu peran ilmu, pandangan, kepakaran, keahilan dari kampus, termasuk IPB,” terangnya.
“Sehingga kolaborasi ini tidak hanya dalam kemajuan, tapi dalam ilmu, aksi dan harmoni,” tegasnya lagi.
Edhie Baskoro juga menyoroti bagaimana pentingnya informasi yang berimbang di dalam masyarakat. Ia menyampaikan harapannya agar masyarakat dan mahasiswa tidak hanya dibanjiri informasi negatif dan hoaks tapi juga berimbang diberikan informasi dan ilmu terapan yang optimis, positif, dan menjangkau masa depan seperti peluang ‘future enterpreneurship’.
“Itulah kenapa kami selalu mencoba berpikir konstruktif, solutif, dan kolaboratif, tanpa mengurangi rasa kritis kami. Kami harap IPB juga menjadi yang terdepan dalam penyempurnaan dan perbaikan ini,” katanya.
Edhie Baskoro Yudhoyono kemudian juga memaparkan rencana besar pengurangan pengangguran dan kemiskinan di Tanah Air, salah satunya kesejahteraan dosen melalui Tukin (tunjangan kinerja) yang telah dikawal langsung oleh Ibas.
Lebih lanjut Ibas menekankan bahwa dunia ini butuh kebijaksanaan. “This world need wisdom (dunia ini perlu kebijaksanaan). We really need wisdom from the leaders (dari pemimpin dunia).”
“Kita sedih melihat peperangan, termasuk akhir akhir ini dipertontonkan ‘perang dagang (tarif)’. Nah, itu datanganya dari mana? Tentu dari pemimpin dunia dan bangsa, untuk itu kampus-kampus juga memiliki peran sebagai yang dituakan, suhu dalam kehidupan kita, guru kita dalam menjaga ‘intelectual wisdom’ yang pada akhirnya tercipta ‘state craft wisdom’ (pemangku kebijakan yang bijaksana) dimana-mana,” pungkasnya.
Kalau semuanya punya, state craft wisdom, intelektual wisdom, yang muda ini bisa lebih terarah, seperti pepatah guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kita tidak ingin ekspresi, trending dari muda-mudi, #KaburAjaYuk, atau #StayOverseas (tinggal di luar negeri) ini menjadi sebuah kenyataan,” jelas Ibas.
Menurut Ibas diperlukan sebuah gerakan dan semangat yang selaras yang perlu diimplementasikan untuk memperbaiki bersama. Terus mendukung, mengawal, serta mendorong agar pendidikan kita terus maju berkualitas dan berkarakter.
Sehingga, ia berharap keberlanjutan pembangunan negara dapat dilakukan dengan melanjutkan dan menciptakan berbagai kegiatan yang positif. Ia juga menilai IPB memiliki peran besar, di mana kegiatan yang dirancang dalam Dies Natalis dapat mencerminkan semangat IPB berlanadaskan ilmu, aksi, dan harmoni.
“Yang jelas, Prof, kami siap mendukung memastikan kolaborasi IPB untuk Indonesia maju dengan ilmu, dengan aksi dan harmoni dapat tercapai dengan baik,” pungkasnya.
Prof. Iskandar Zulkarnaen Siregar (Wakil Rektor IPB) hadir dalam kegiatan ini menyampaikan dukungan dan sambutan baiknya atas apa yang telah dipaparkan Ibas. “Melalui visi IPB inspiring, topik kali ini sangat relavan, yang disampaikan Mas Ibas tadi sangat bagus cocok dengan agenda kami dan beberapa ide baru. Kami juga sependapat untuk memperkuat kembali kata kunci harmoni, sama dengan yang disampaikan Pak SBY juga misalnya dengan green growth (pembangunan hijau), terima kasih banyak Mas Ibas,” tuturnya.
KEYWORD :Kinerja MPR Edhie Baskoro Yudhoyono IPB Dosen