Sabtu, 19/04/2025 13:28 WIB

Hari Hemofilia Sedunia Diperingati 17 April, Begini Sejarah hingga Tujuannya

Hari Hemofilia Sedunia atau World Hemophilia Day, yang diperingati secara global setiap 17 April, merupakan sebuah momen untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan pendarahan bawaan. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa akses terhadap diagnosis dan perawatan yang layak masih menjadi tantangan global.

Ilustrasi - Hari Hemofilia Sedunia atau World Hemophilia Day (Foto: Kemenkes)

Jakarta, Jurnas.com - Hari Hemofilia Sedunia atau World Hemophilia Day, yang diperingati secara global setiap 17 April, merupakan sebuah momen untuk meningkatkan kesadaran tentang gangguan pendarahan bawaan. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa akses terhadap diagnosis dan perawatan yang layak masih menjadi tantangan global.

Menurut Days of The Year, Hari Hemofilia Sedunia pertama kali dicetuskan oleh World Federation of Hemophilia (WFH) pada tahun 1989. Tanggal 17 April dipilih untuk menghormati ulang tahun pendiri WFH, Frank Schnabel, yang juga hidup dengan hemofilia.

Sejak saat itu, peringatan ini rutin dilakukan setiap tahun dan menjadi kesempatan penting untuk mengedukasi masyarakat. Melalui kampanye global, WFH berupaya membangun solidaritas, mendorong riset, dan memperkuat dukungan terhadap pasien.

Mengutip laman Kemenkes, hemofilia sendiri merupakan gangguan genetik di mana darah sulit membeku akibat kurangnya faktor pembekuan. Kondisi ini bisa memicu pendarahan berkepanjangan, baik setelah cedera, operasi, atau bahkan secara spontan di dalam tubuh.

Meskipun tidak dapat disembuhkan, penderita hemofilia tetap bisa hidup aktif dengan pengelolaan medis yang tepat. Oleh karena itu, peran edukasi publik dan akses layanan kesehatan menjadi sangat krusial.

Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Access for All: Women and Girls Bleed Too”. Mengutip laman WFH, tema ini menyoroti kenyataan bahwa perempuan dan anak perempuan dengan gangguan pendarahan masih sering tidak terdiagnosis atau mendapatkan perawatan yang memadai.

Selama ini, perempuan sering dianggap hanya sebagai pembawa gen, padahal mereka juga bisa mengalami gejala serius. Menstruasi berat, pendarahan pasca-melahirkan, atau komplikasi saat operasi adalah sebagian kecil risiko yang mereka hadapi.

Melalui peringatan ini, WFH mengajak komunitas global untuk lebih peduli pada kelompok yang selama ini terpinggirkan. Tujuannya jelas: memastikan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, mendapat pengakuan dan dukungan medis yang adil.

Penting untuk diingat bahwa hemofilia bukan sekadar soal pendarahan, tapi juga soal kualitas hidup. Dengan dukungan yang tepat, penderita bisa belajar, bekerja, berkeluarga, dan berkontribusi secara penuh di masyarakat.

Di Indonesia, kesadaran terhadap hemofilia dan gangguan pendarahan lainnya masih tergolong rendah. Karena itu, momentum Hari Hemofilia Sedunia menjadi relevan untuk mendorong advokasi kebijakan dan layanan kesehatan yang lebih inklusif.

Peringatan ini bukan hanya tentang memperingati satu hari, tetapi soal membangun komitmen jangka panjang. Sebab akses kesehatan bukanlah kemewahan, melainkan hak semua orang—termasuk mereka yang hidup dengan kondisi langka seperti hemofilia. (*)

KEYWORD :

Hari Hemofilia Sedunia Peringatan Hari Hemofilia 17 April Tema Hari Hemofilia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :