Sabtu, 19/04/2025 13:31 WIB

Mengenal Female Breadwinners, Fenomena Perempuan Jadi Tulang Punggung Keluarga

Mengenal Female Breadwinners, Fenomena Perempuan Jadi Tulang Punggung Keluarga

Ilustrasi - Mengenal Female Breadwinners, Fenomena Perempuan Jadi Tulang Punggung Keluarga (Foto: Pexels/Dua`a Al-Amad)

Jakarta, Jurnas.com - Fenomena perempuan yang menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga atau disebut female breadwinners belakangan ini tengah menjadi perbincangan hangat. Selain karena mencuat di tengah ketimpangan gender di dunia kerja, fenomena ini muncul seakan-akan menantang norma gender tradisional yang masih dominan di masyarakat Indonesia, atau bahkan dunia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2025, sekitar 14,37% atau satu dari 10 pekerja perempuan di Indonesia merupakan female breadwinner. Ini berarti jutaan perempuan kini memikul tanggung jawab ekonomi utama di rumah tangga mereka alias jadi tulang punggung keluarga.

Siapa Itu Female Breadwinner?

Secara definisi, female breadwinner dapat diartikan sebagai perempuan yang bekerja dan memperoleh penghasilan paling besar di dalam rumah tangga, termasuk perempuan yang menjadi satu-satunya pencari nafkah.

Dalam jurnal Ristekdik Bertahan Menembus Tantangan Kehidupan: Studi Kasus pada Perempuan Pencari Nafkah Utama, karya Sofia Ramdhaniar dan Artiawati, dijelaskan bahwa istilah breadwinner dalam konteks perempuan telah lama diangkat oleh Mosse. Perempuan dengan peran ini juga disebut sebagai women headed atau women maintained, yaitu perempuan yang memikul tanggung jawab penuh dalam menghidupi keluarganya.

Konsep ini memperkuat realitas yang dihadapi banyak perempuan Indonesia belakangan ini. Mereka tidak hanya berperan sebagai pekerja, tetapi juga sebagai pelindung dan penopang beban seluruh anggota keluarganya.

Menurut BPS, fenomena female breadwinner paling banyak ditemukan di wilayah perkotaan, dengan 64% dari total female breadwinners tinggal di kota-kota besar, di mana peluang kerja lebih terbuka. Namun menariknya, sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan dasar, yakni belum tamat SD hingga tamat SMP.

Realita Female Breadwinner: Kontribusi Nyata, Perlindungan Minim

Meski menopang ekonomi keluarga, female breadwinners sering kali bekerja di sektor informal sebagai usaha perorangan, yang berujung pada minimnya perlindungan sosial dan kesehatan.

Data BPS menunjukkan bahwa 73,42% mereka tidak memiliki jaminan kesehatan, 76,94% tidak mendapatkan perlindungan kecelakaan kerja. Ini bukan hanya risiko individu, tetapi krisis kebijakan sosial yang perlu segera dijawab.

Selain menjadi pencari nafkah, mayoritas perempuan ini tetap memegang peran sebagai pengurus rumah tangga — memasak, mengasuh anak, hingga merawat lansia. Beban serta peran ganda ini menciptakan tekanan fisik dan mental yang tinggi, memperbesar kesenjangan kesejahteraan antara pekerja perempuan dan laki-laki.

Faktor budaya juga memperkuat tantangan tersebut. Di banyak provinsi, norma tradisional masih menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama. Tidak heran jika 23 dari 38 provinsi di Indonesia memiliki persentase female breadwinners yang masih di bawah rata-rata nasional.

Menariknya, kelompok usia 60 tahun ke atas mencatatkan persentase tertinggi sebagai female breadwinners. Ini mengindikasikan bahwa banyak perempuan lanjut usia tetap bekerja karena tuntutan kebutuhan ekonomi, terutama jika pasangan mereka sudah tidak produktif atau mengalami gangguan kesehatan.

Dengan demikian, perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga bukanlah anomali, melainkan realitas yang terus tumbuh. Peran mereka krusial, namun belum mendapatkan dukungan memadai, baik dari sisi kebijakan, akses pendidikan, hingga jaminan sosial. (*)

KEYWORD :

Female Breadwinners Perempuan Tulang Punggung Keluarga Pencari Nafkah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :