
Ilutrasi - Kisah Uwais Al-Qarni, pemuda berbakti yang gendong ibunya ke Tanah Suci (Foto: Tebuireng Inititives)
Jakarta, Jurnas.com - Belakangan ini, platform media sosial TikTok diramaikan oleh sebuah video mengharukan seorang pria menggendong ibunya mengelilingi Ka`bah saat ibadah thawaf. Diketahui, pria itu berasal dari desa Tambakrejo, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur yang bernama Zainal Abidin.
Aksi pria asal Pasuruan yang penuh cinta dan bakti itu sontak viral dan mengundang ribuan komentar positif dari warganet, yang tak sedikit menyamakan kisah tersebut dengan legenda nyata dari abad ke-7, Uwais Al-Qarni, pemuda Yaman yang menggendong ibunya ke Tanah Suci.
Lantas bagaimana sebenarnya kisah Uwais Al-Qarni yang rela menggendong ibunya untuk beribadah haji dari Yaman ke Tanah Suci, Mekkah? Berikut ini dalah ulasannya yang dikutip dari laman Nahdlatul Ulama.
Kisah Uwais Al-Qarni, Pemuda Gendong Ibu ke Tanah Suci
Nama Uwais Al-Qarni bukan sekadar legenda. Ia adalah sosok nyata yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai simbol kebaktian tertinggi kepada orang tua. Hidup dalam kemiskinan, mengidap penyakit sopak (semacam kusta), dan tak dikenal dunia—namun namanya harum di langit. Bahkan Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa ia adalah "penghuni langit, bukan penghuni bumi."
Uwais tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh. Suatu hari, sang ibu mengutarakan keinginannya untuk berhaji. Permintaan yang tampak mustahil bagi pemuda miskin tanpa kendaraan. Namun, Uwais tak menyerah.
Ia membeli seekor anak lembu, lalu setiap hari ia gendong lembu itu naik turun bukit—bukan untuk dipamerkan, tetapi sebagai latihan fisik untuk misi suci, yakni menggendong ibunya ke Mekkah dengan berjalan kaki.
Selama delapan bulan Uwais melatih tubuhnya. Anak lembu itu makin besar, dan demikian pula kekuatan Uwais. Hingga tibalah musim haji. Dengan penuh tekad dan cinta, Uwais memanggul ibunya dan menempuh perjalanan lebih dari 2.000 km dari Yaman ke Mekkah, menyeberangi padang tandus dan medan berat.
Di depan Ka’bah, sang ibu menangis haru. Sementara Uwais hanya berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa ibuku.” Ketika ibunya bertanya, “Bagaimana dengan dosamu?” Ia menjawab, “Jika ibu masuk surga, maka ridhamu cukup bagiku untuk masuk surga bersamamu.”
Itulah cinta dan keikhlasan yang sulit dicari tandingannya.
Tak Bertemu Nabi, Tapi Dikenal Langit
Setelah ibunya wafat, Uwais pergi ke Madinah untuk bertemu Rasulullah ﷺ. Namun, saat ia tiba, Nabi sedang berperang. Ibunya pernah berpesan agar ia tidak lama-lama meninggalkannya. Maka Uwais memilih pulang ke Yaman tanpa sempat berjumpa Nabi, hanya menitipkan salam lewat Siti Aisyah r.a.
Rasulullah ﷺ kemudian berkata kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, “Akan datang seorang dari Yaman bernama Uwais. Ia sangat berbakti kepada ibunya. Jika kalian menemuinya, mintalah doa dan istighfar darinya.”
Bertahun-tahun kemudian, Umar dan Ali benar-benar bertemu Uwais. Mereka mengenalinya dari tanda putih di telapak tangannya—seperti sabda Nabi. Dan benar saja, saat Uwais wafat, langit seakan turut berduka.
Puluhan orang misterius datang—mandikan, kafani, bahkan mengusung jenazahnya. Masyarakat Yaman gempar, mereka penasaran, bertanya-tanaya "Siapa sebenarnya Uwais yang mereka kenal hanya sebagai penggembala miskin?" Barulah saat itu, rahasia langit terungkap.
Kisah Uwais tak pernah benar-benar padam. Setiap kali muncul potret kebaktian anak terhadap orang tua, kisahnya selalu disebut kembali. Termasuk video viral pria menggendong ibunya di Ka’bah baru-baru ini. Warganet pun ramai menyebut, “Ini seperti Uwais Al-Qarni di zaman modern.” (*)
KEYWORD :Uwais Al-Qarni Pemuda Berbakti Gendong Ibu ke Tanah Suci Kisah Inspiratif