Selasa, 29/04/2025 00:53 WIB

Hari Malaria Sedunia Diperingati 25 April, Begini Asal Usulnya

Hari Malaria Sedunia (World Malaria Day/WMD), yang diperingati secara global setiap 25 April, merupakan sebuah momen penting yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat aksi nyata dalam melawan malaria, salah satu penyakit tropis paling mematikan.

Peringatan Hari Malaria Sedunia , yang diperingati setiap 25 April (Foto: Kemenkes)

Jakarta, Jurnas.com - Hari Malaria Sedunia (World Malaria Day/WMD), yang diperingati secara global setiap 25 April, merupakan sebuah momen penting yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat aksi nyata dalam melawan malaria, salah satu penyakit tropis paling mematikan.

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Meskipun bisa dicegah dan diobati, malaria masih merenggut sekitar satu nyawa setiap menit, terutama di wilayah dengan sistem kesehatan yang lemah.

Karena itu, Hari Malaria Sedunia tidak hanya menjadi ajang peringatan, tetapi juga seruan aksi global lintas sektor. Peringatan ini mendorong sinergi antara pemerintah, organisasi internasional, sektor swasta, dan komunitas untuk memperkuat langkah pengendalian dan eliminasi malaria.

Di balik kampanye atau seruan memerangi malaria secara global ini, atau sebelum adanya peringatan Hari Malaria Sedunia, ada sejarah panjang dan komitmen yang lahir dari benua Afrika—wilayah yang paling terdampak oleh penyakit malaria. Tapi, bagaimana sebenarnya asal usul dan sejarah Hari Malaria Sedunia? Dan mengapa 25 April yang dipilih? Berikut ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.

Peringatan Hari Malaria Sedunia bermula dari peringatan Hari Malaria Afrika. Peringatan ini diawali dari KTT Afrika pada tahun 2001, saat 44 negara endemik menandatangani Deklarasi Abuja sebagai komitmen bersama menghadapi krisis malaria.

Deklarasi ini menandai titik balik penting dalam penanganan malaria di Afrika, benua yang memikul beban terbesar dari penyakit ini. Melalui peringatan tahunan tersebut, negara-negara peserta ingin mengonsolidasikan aksi regional dan mendorong kepemimpinan politik dalam pengendalian malaria.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin jelas bahwa malaria bukan hanya masalah Afrika, melainkan tantangan global lintas batas. Hal ini mendorong munculnya kebutuhan untuk memperluas cakupan peringatan tersebut.

Pada tahun 2007, dalam Sidang ke-60 Majelis Kesehatan Dunia, WHO secara resmi menetapkan 25 April sebagai Hari Malaria Sedunia. Transformasi dari Hari Malaria Afrika menjadi agenda global ini mencerminkan tekad internasional untuk menghadapi malaria sebagai isu kemanusiaan, bukan sekadar persoalan geografis.

Peringatan ini menjadi salah satu dari 11 kampanye kesehatan resmi yang diakui oleh WHO. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran, memperluas edukasi, serta memperkuat koordinasi antarnegara dalam menanggulangi malaria.

Sejak ditetapkan, Hari Malaria Sedunia menjadi momen penting bagi dunia untuk meninjau kembali kemajuan dan tantangan yang ada. Tidak hanya dalam hal pengobatan dan pencegahan, tetapi juga dalam inovasi kebijakan dan penguatan sistem kesehatan.

Kampanye ini juga mendorong keterlibatan lintas sektor, dari pemerintah, akademisi, organisasi internasional, hingga komunitas akar rumput. Semuanya memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang lebih tangguh terhadap malaria.

Namun, sejarah perjuangan melawan malaria tidak selalu berjalan mulus. Mengutip laman WHO, pada tahun 1960-an, dunia sempat mengalami kemajuan signifikan dalam pemberantasan malaria, sebelum akhirnya upaya itu terhenti pada 1969.

Akibatnya, jutaan nyawa kembali melayang dan perjuangan harus dimulai dari awal. Butuh waktu hampir 30 tahun sebelum dunia kembali bersatu untuk memerangi penyakit ini secara serius.

Sejak akhir 1990-an, komitmen global yang diperbaharui telah menyelamatkan sekitar 12,7 juta jiwa dan mencegah lebih dari 2,2 miliar kasus malaria. Namun kini, kemajuan tersebut mulai melambat akibat berbagai tantangan baru.

Perubahan iklim ekstrem, konflik, bencana kemanusiaan, dan tekanan ekonomi global mengganggu layanan kesehatan di banyak negara endemik. Kondisi ini membuat jutaan orang kehilangan akses terhadap pencegahan, diagnosis, dan pengobatan yang mereka butuhkan.

Tahun ini, Hari Malaria Sedunia 2025 mengangkat tema global "Malaria Berakhir Bersama Kita: Reinvestasi, Imajinasi Ulang, Semangat Ulang." Tema ini diusung WHO bersama RBM Partnership to End Malaria dan mitra-mitra strategis lainnya.

Melalui kampanye ini, dunia diajak untuk menanam kembali investasi pada intervensi yang terbukti efektif. Selain itu, perlu adanya pendekatan baru yang lebih imajinatif dan inovatif untuk mengatasi hambatan yang terus berkembang.

Semangat kolektif juga perlu dihidupkan kembali, agar perjuangan melawan malaria tidak hanya bersifat top-down, tapi juga melibatkan aksi nyata dari komunitas di tingkat lokal. Dengan pendekatan menyeluruh ini, upaya eliminasi malaria bisa lebih terarah dan berkelanjutan.

Karena itu, Hari Malaria Sedunia bukan hanya peringatan seremonial, tetapi juga sebagai pengingat bahwa kita sudah memiliki ilmu, teknologi, dan solusi untuk melawan malaria— yang dibutuhkan kini hanyalah kemauan untuk bertindak. (*)

 

KEYWORD :

Hari Malaria Sedunia 26 April Peringatan Hari Malaria




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :