Sabtu, 26/04/2025 03:08 WIB

Jangan Sampai Salah, Mengenal Perbedaan Nyamuk Penyebab Malaria dan DBD

Wabah demam berdarah dengue (DBD) dan malaria masih menjadi ancaman kesehatan serius bagi masyarakat, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Kedua penyakit ini sering disamakan karena sama-sama ditularkan oleh nyamuk.

Ilustrasi mengenal perbedaan nyamuk penyebab Malaria dan DBD (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Wabah demam berdarah dengue (DBD) dan malaria masih menjadi ancaman kesehatan serius bagi masyarakat, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Kedua penyakit ini sering disamakan karena sama-sama ditularkan oleh nyamuk. Namun, perlu diketahui bahwa kedua penyakit ini disebabkan oleh jenis nyamuk yang berbeda.

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), sepanjang 1 Januari hingga 3 Februari 2025, tercatat 6.050 kasus DBD dengan 28 kematian, tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi.

Sementara itu, malaria juga belum mereda. Data global dari World Malaria Report 2022 mencatat sebanyak 247 juta kasus malaria dilaporkan di 84 negara endemis, termasuk Indonesia. Dari jumlah tersebut, Indonesia menyumbang 443.530 kasus malaria, dengan 89% berasal dari Papua.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, mengungkapkan bahwa tren malaria terus meningkat, khususnya di wilayah timur Indonesia. “Dari seluruh kasus malaria, 95% berasal dari provinsi-provinsi di wilayah Timur, seperti Papua, NTT, dan Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur,” kata Murti dikutip Detikhealth dalam Hari Malaria Sedunia, Jumat (25/4/2025).

Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menambahkan bahwa pada tahun 2024 tercatat sekitar 543 ribu kasus malaria. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kedua di Asia Tenggara setelah India dalam jumlah kasus tertinggi.

Mengutip berbagai sumber meski sama-sama ditularkan oleh nyamuk, DBD dan malaria berasal dari vektor yang berbeda. DBD disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, sedangkan malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dibawa oleh nyamuk Anopheles.

Memahami perbedaan kedua jenis nyamuk tersebut sangat penting karena sifat virus dan parasit tentu memengaruhi cara penularan, pengobatan, dan pencegahannya. Selain itu, habitat dan waktu aktivitas nyamuk pembawa penyakit ini juga tidak sama.

Nyamuk Aedes aegypti aktif di pagi hingga sore hari dan lebih suka berkembang biak di air bersih tergenang di lingkungan rumah. Sebaliknya, nyamuk Anopheles lebih sering menggigit pada malam hari dan hidup di perairan alami seperti rawa atau sawah.

Jika dilihat dari fisiknya, nyamuk DBD memiliki corak tubuh hitam dengan garis-garis putih mencolok di seluruh tubuh dan kakinya. Sementara itu, nyamuk malaria memiliki tubuh yang lebih gelap tanpa pola mencolok.

Cara mereka mengisap darah juga bisa jadi pembeda yang menarik untuk dikenali. Nyamuk DBD menggigit dengan posisi membungkuk, sedangkan nyamuk malaria cenderung menempelkan tubuh secara sejajar lurus ke permukaan kulit.

Yang lebih menarik, hanya nyamuk betina dari kedua spesies ini yang bisa menularkan penyakit. Hal ini karena nyamuk betina membutuhkan darah sebagai nutrisi untuk memproduksi telur.

Mengetahui perbedaan ini bisa membantu masyarakat lebih memahami bahaya yang dihadapi, serta bagaimana cara mencegahnya secara efektif. Pencegahan bukan hanya dengan obat, tapi dimulai dari menjaga lingkungan dan kebersihan tempat tinggal.

Langkah paling sederhana dan dianjurkan pemerintah adalah menerapkan prinsip 3M: menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Selain itu, penggunaan kelambu, losion antinyamuk, dan fogging juga bisa menjadi perlindungan tambahan.

Dengan semakin meningkatnya angka kasus dan meluasnya sebaran wilayah terdampak, kesadaran masyarakat menjadi kunci pengendalian wabah. Karena pada akhirnya, mengenali musuh dengan baik merupakan salah satu langkah krusial untuk menang dalam pertempuran. (*)

KEYWORD :

Nyamuk Malaria DBD




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :