
Ilustrasi kebiasaan buruk (Foto: Pexels/Kelly)
Jakarta, Jurnas.com - Kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol berlebihan, dan jarang bergerak sering dianggap baru berdampak pada kesehatan, baik secara mental dan fisik, saat usia menua. Namun, sebuah studi mengungkapkan bahwa kerusakan akibat kebiasaan buruk tersebut bisa mulai muncul atau mulai terasa pada kualitas kesehatan sejak usia pertengahan tiga puluhan alias masih muda.
Studi berskala panjang yang dipublikasikan di Annals of Medicine ini menggunakan data dari Jyväskylä Longitudinal Study of Personality and Social Development, sebuah studi yang dimulai di Finlandia sejak tahun 1959 dan menelusuri perkembangan kesehatan 326 orang sejak masa anak-anak.
Dalam studi ini, para peserta dilacak status kesehatannya pada usia 27, 36, 42, 50, dan 61 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang rutin merokok, minum alkohol berlebihan, dan tidak aktif secara fisik sejak usia 36 mengalami penurunan kesehatan secara mental maupun fisik.
Meski efek jangka panjang dari merokok, minum alkohol, dan malas bergerak sudah umum diketahui, studi ini menyoroti bahwa konsekuensi kesehatan sebenarnya mulai muncul bahkan dalam jangka pendek. Aspek mental dan fisik seperti depresi, kesejahteraan psikologis, hingga risiko metabolik turut terdampak.
Hasilnya memperlihatkan bahwa mereka yang menjalani ketiga kebiasaan buruk ini mengalami peningkatan gejala depresi, penurunan rasa sehat secara subjektif, serta gangguan pada tekanan darah, kadar gula, dan lemak tubuh. Kondisi tersebut diperparah jika pola hidup ini berlangsung terus-menerus dari tahun ke tahun.
Yang menarik, dampak masing-masing kebiasaan buruk tersebut ternyata berbeda. Merokok cenderung berkaitan dengan kesehatan mental, sementara kurang gerak berpengaruh pada fisik, dan alkohol menyasar keduanya.
Meskipun begitu, efeknya bisa saling memperkuat. Misalnya, kondisi mental yang memburuk bisa memicu kecenderungan untuk lebih banyak merokok atau minum, lalu menyebabkan makin berkurangnya aktivitas fisik.
Menurut para ahli, memilih mana yang paling berbahaya di antara ketiganya bukan hal yang sederhana. Dr. David Cutler menyebut bahwa pengaruh setiap kebiasaan bisa lebih besar tergantung kondisi kesehatan lain yang menyertainya.
Sementara itu, Dr. Kanwar Kelley menambahkan bahwa merokok dan kurang olahraga masih menjadi penyebab utama kematian yang bisa dicegah. Data global menunjukkan dua kebiasaan ini menimbulkan kerugian besar dalam jangka panjang, dan mulai terlihat sejak usia muda.
Masalah lainnya, perilaku buruk ini cenderung membentuk siklus yang sulit diputus. Kebiasaan tidak sehat menurunkan kualitas mental, lalu kesehatan mental yang menurun membuat seseorang semakin sulit lepas dari gaya hidup tersebut.
Inilah mengapa penting untuk menyampaikan pesan kesehatan sejak dini. Namun, menyampaikan risiko kepada anak muda bukan sekadar memberi peringatan, tapi juga butuh pendekatan yang empatik dan tidak menghakimi.
Studi ini menegaskan bahwa perubahan gaya hidup sebaiknya dimulai sebelum kebiasaan buruk mengakar. Menurut Kekäläinen, semakin lama seseorang menjalani kebiasaan ini, makin besar dampak kesehatannya dan makin sulit untuk berubah.
Kita juga tidak tahu secara pasti seberapa banyak atau seberapa lama kebiasaan ini bisa dianggap “aman.” Maka, langkah pencegahan sebaiknya dimulai bahkan dari jumlah atau frekuensi yang masih dianggap ringan.
Meskipun perubahan tidak selalu mudah, hasilnya bisa sangat signifikan dalam jangka panjang. Kesadaran sejak usia muda bisa menjadi titik balik untuk mencegah risiko kesehatan yang lebih besar di masa depan.
Dengan pemahaman ini, langkah kecil seperti mulai aktif bergerak, mengurangi rokok, atau membatasi alkohol dapat menjadi investasi kesehatan jangka panjang. Karena tubuh tidak menunggu tua untuk mulai bereaksi atas apa yang kita lakukan hari ini. (*)
Sumber: Medicalnewstoday
KEYWORD :Kebiasaan Buruk Merusak Kesehatan Usia Muda