Ilustrasi - Kopi pahit (Foto: Pexels/Samer Daboul)
Jakarta, Jurnas.com - Kopi adalah sahabat pagi sejuta umat. Kopi menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas pagi banyak orang. Di banyak negara, tingkat konsumsinya bahkan hanya kalah dari air putih. Tak heran, karena segelas kopi hangat mampu mengusir kantuk, meningkatkan fokus, bahkan memperbaiki mood.
Tapi muncul satu pertanyaan yang masih sering jadi perdebatan "apakah aman minum kopi saat perut kosong?" Beberapa orang percaya bahwa kebiasaan ini dapat memicu masalah pencernaan, meningkatkan hormon stres, bahkan mengganggu penyerapan nutrisi.
Kekhawatiran ini berawal dari fakta bahwa rasa pahit dalam kopi bisa merangsang produksi asam lambung. Saat tidak ada makanan di dalam perut, peningkatan asam ini dianggap dapat melukai lapisan lambung.
Meski begitu, penelitian belum menemukan hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan kerusakan lambung atau gangguan pencernaan. Bahkan, pada sebagian besar orang, kopi tidak menyebabkan masalah berarti meskipun diminum tanpa makanan terlebih dulu.
Namun, tetap ada individu yang sensitif dan merasakan heartburn, mual, atau tidak nyaman setelah minum kopi sebelum sarapan. Jika kamu termasuk yang merasakan efek seperti itu, ada baiknya mulai mempertimbangkan perubahan kebiasaan.
Selain isu lambung, kopi juga disebut-sebut bisa memicu lonjakan hormon stres kortisol. Kortisol adalah hormon penting yang mengatur metabolisme, tekanan darah, dan gula darah, namun jika diproduksi berlebihan secara kronis bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Waktu bangun tidur merupakan fase alami ketika kadar kortisol sedang tinggi. Karena itu, sebagian orang khawatir bahwa mengonsumsi kopi pada saat ini dapat memperburuk lonjakan tersebut.
Namun, data menunjukkan bahwa respons kortisol terhadap kopi justru cenderung ringan, apalagi pada mereka yang sudah terbiasa minum kopi secara rutin. Bahkan tidak ada bukti bahwa minum kopi dengan makanan bisa meredam efek hormonal tersebut secara signifikan.
Dengan kata lain, peningkatan kortisol akibat kopi umumnya bersifat sementara dan tidak berbahaya. Risiko kesehatan yang berkaitan dengan kortisol lebih sering muncul akibat kondisi medis tertentu, bukan dari secangkir kopi pagi.
Efek samping kopi lainnya seperti gelisah, jantung berdebar, hingga gangguan tidur lebih banyak dipengaruhi oleh dosis kafein dan sensitivitas pribadi. Bahkan dalam kondisi perut kenyang, konsumsi berlebihan tetap bisa memicu efek yang sama.
Para ahli menyarankan agar konsumsi kafein dibatasi maksimal 400 mg per hari, setara sekitar empat hingga lima cangkir kopi. Bagi ibu hamil, batas ini jauh lebih rendah karena efek kafein dapat bertahan lebih lama dalam tubuh.
Namun yang menarik, semua efek tersebut tidak terbukti diperparah oleh kondisi perut kosong. Artinya, waktu minum kopi tidak terlalu berpengaruh besar selama jumlah dan toleransi tubuh tetap diperhatikan.
Jadi, jika kamu merasa baik-baik saja setelah minum kopi sebelum makan, tidak ada alasan kuat untuk menghindarinya. Tapi jika tubuh memberi sinyal tidak nyaman, mengubah waktu konsumsi bisa menjadi solusi sederhana namun efektif.
Keseimbangan tetap menjadi kunci utama. Tidak semua orang memiliki respons tubuh yang sama terhadap kafein, sehingga mengenali pola reaksi tubuh sendiri jauh lebih penting daripada mengikuti anggapan umum.
Minum kopi di pagi hari bukanlah kebiasaan buruk, tetapi cara menikmatinya bisa disesuaikan agar lebih bersahabat dengan tubuh. Menikmati kopi setelah sarapan ringan atau bersama camilan bisa jadi kompromi terbaik untuk menjaga manfaat tanpa risiko.
Dengan begitu, ritual pagi yang menyenangkan ini tetap bisa jadi bagian dari gaya hidup sehat. Karena pada akhirnya, kopi bukan musuh—asal diminum dengan cerdas dan penuh kesadaran.
Sumber: Heatline.com
KEYWORD :Minum Kopi Perut Kosong Kebisaan pagi
