
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu`ti dalam Konsolnas 2025 (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Penguatan literasi dan numerasi masih menyisakan sederet pekerjaan rumah bagi pemerintah, di tengah upaya menyukseskan Indonesia Emas 2045.
Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu`ti dalam Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah di Depok, Jawa Barat pada Selasa (29/4).
Menteri Mu`ti mengatakan data menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia cukup memprihatinkan. Sebesar 75 persen anak-anak usia 15 tahun memiliki kemampuan membaca di bawah standar PISA level dua.
"Artinya mereka kesulitan memahami gagasan utama. Mereka mampu membaca tapi tidak paham apa yang dibaca," kata Mendikdasmen.
Selain literasi, numerasi juga tak kalah mengkhawatirkan. 82 persen anak usia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan di bawah standar PISA level dua.
"Mereka ini kesulitan memahami aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari," Menteri Mu`ti menambahkan.
Situasi ini diperburuk dengan kondisi sarana dan prasarana pada sebagian sekolah yang membutuhkan perbaikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, 49 persen bangunan sekolah dasar (SD) masuk kategori rusak ringan/sedang dan 11 persen rusak berat.
Di jenjang SMP, 42 persen bangunan rusak ringan/sedang dan tujuh persen rusak berat. Lalu, di SMA terdapat 33 persen bangunan rusak ringan/sedang dan enam persen rusak berat. Sementara itu di level SMK, 33 persen rusak ringan/sedang dan tiga persen rusak berat.
"Adapun kesenjangan kualitas hasil belajar antarwilayah juga menjadi tantangan yang harus kita atasi bersama. Perlu intervensi untk mengatasi ketertinggalan, terutama di sebagian kawasan Indonesia timur," ujar Menteri Mu`ti.
KEYWORD :Mendikdasmen Abdul Mu`ti Literasi dan Numerasi