
Mahasiswa UTA 45 Jakarta bagikan ratusan paket sembako ke warga terdampak dan ojek online. (Foto: Jurnas)
Jakarta, Jurnas.com - Di bawah langit Jakarta Utara yang membentang luas, pada hari Selasa (29/4) lahir sebuah oase kepedulian. Bukan riuh rendahnya politik, melainkan sentuhan kasih yang menjelma tindakan nyata. Para putra-putri terbaik Universitas 17 Agustus 1945 (UTA’45) Jakarta, hadir membawa secercah harapan bagi sesama yang tengah berjuang.
Lima ratus bingkisan tulus, berisi butiran nasi yang menjadi penopang hidup dan untaian mie instan yang mengusir perihnya lapar, mereka bagikan bagai mata air di tengah dahaga.
Bukan gedung-gedung pencakar langit yang menjadi tujuan, melainkan gerobak-gerobak usang tempat para pedagang menggantungkan asa, jalanan aspal tempat para pengemudi daring mencari rezeki, dan rumah-rumah mungil di sekeliling kampus tercinta.
McTominay Cetak Brace, Napoli di Ambang Scudetto
“Inilah wujud empati kami, para mahasiswa, kepada saudara-saudara sebangsa yang terhantam keras badai ekonomi. Kami berharap aksi ini bukan sekadar perayaan sesaat, namun menjelma agenda abadi, wadah bagi mahasiswa untuk mengamalkan nilai-nilai luhur. Semoga di masa depan, jangkauan kebaikan ini semakin meluas,” ujar ketua pelaksana, Rizky Ariel Nugroho.
Sejak mentari pagi menyapa bumi, ratusan jiwa telah memadati pelataran gerbang UTA’45, membawa serta sebentuk pengharapan. Tampak seorang ibu yang bergegas demi menyiapkan hidangan dan menjemput buah hatinya, juga seorang ayah pengemudi ojek daring yang belum kunjung mendapatkan penumpang sejak subuh.
Salah seorang bapak pengemudi ojek daring yang tak ingin disebutkan namanya berujar, "Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, mencari penumpang pun kian sulit. Bantuan sembako dari adik-adik mahasiswa ini sungguh bagai oase di padang pasir."
Aksi ini bukanlah sekadar seremoni belas kasihan. Barisan mahasiswa bergerak tertib, memastikan setiap paket amanah sampai ke tangan yang berhak. Bahkan, para petinggi akademik UTA’45 turut memberikan dukungan moril dan materiel, sebuah penegasan bahwa ruang belajar mahasiswa tak terbatas pada dinding kelas.
Lebih dari sekadar bakti sosial, kegiatan ini juga menjadi perayaan dwi dasawarsa emas bagi komunitas Pecinta Alam Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (PATAGA Jakarta). Sebuah persembahan cinta kepada Ibu Pertiwi dan sesama manusia, sejalan dengan trilogi pengabdian perguruan tinggi.
Diharapkan, gelombang kebaikan ini mampu menginspirasi lebih banyak insan, dari bangku-bangku kuliah hingga kursi-kursi kepemimpinan, untuk terus menumbuhkan rasa peduli dan memberikan sumbangsih nyata bagi masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Sebuah pelajaran abadi bahwa di tengah gemerlapnya metropolitan, nurani kemanusiaan tak pernah lekang.
“Kegiatan nyata seperti ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak pihak, baik dari kalangan mahasiswa maupun institusi pendidikan lainnya, agar terus menumbuhkan empati dan kontribusi langsung bagi masyarakat sekitar,” tandas Rizki.
KEYWORD :
Mahasiswa Universitas 17 Agustus Jakarta sembako Pataga ojek online badai ekonomi UTA 45