Myriam Rawick (Foto: Arab News)
Jakarta - Myriam Rawick, gadis baru berusia delapan tahun saat mulai merekam pengalamannya yang mengerikan dalam "Le Journal de Myriam" atau diary Myriam selama pengepungan Aleppo, kota kedua di Suriah dalam dua priode November 2011 hingga Desember 2016
"Saya terbangun suatu pagi, tiba-tiba terdengar suara pekikan `Allahu Akbar`," kata Myriam.
"Saya sangat takut hingga ingin muntah. Saya memeluk boneka dengan erat sembari berkata "Jangan takut, jangan takut, saya di sini bersamamu," tambahnya.
Catatan peristiwa itu diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Prancis dan dipublikasikan pada Rabu (14/6). Myriam menceritakan bagaimana keluarga Kristen kelas pekerja harus meninggalkan lingkungan mereka di Aleppo saat militan memerintahkan mereka untuk pergi.
"Ketika perang pecah, Ibu meminta saya untuk menyimpan buku harian itu," kata Myriam (13) kepada AFP dalam sebuah wawancara. " Saya pikir suatu hari nanti aku bisa mengingat apa yang terjadi," tambanya
Gadis yang suka menggambar dan bernyanyi tidak akan pernah melupakan hari-hari gelap pada Maret 2013 ketika pria berpakaian hitam memaksa keluarganya untuk melarikan diri. "Saya bergegas memasukkan buku-buku ke ransel. Saya suka buku, saya tidak bisa melakukannya apa-apa tanpa buku," kisah Myriam
Menurut laporan Arab News, keluarganya mengunsi di bagian barat kota, yang berada di bawah kendali rezim namun masih secara teratur ditargetkan oleh bom-bom pemberontak.
"Rudal-rudal itu sangat menakut-nakuti saya. Suatu malam, saya ingin tidur di mana langit berubah menjadi memerah dengan suara yang memekakkan telinga. Sebuah rudal jatuh di jalan di sebelah rumah kami. Orangtuaku memberi kami permen berharapa dapat menghilangkan rasa takut, tapi ternyata tidak ada perubahan untukku!"
KEYWORD :
Myriam Rawick Suriah Aleppo